Beberapa jam kemudian, Jimin membuka matanya. Ia melihat sekitar dan matanya langsung tertuju ke dr. Yoongi.
"Jimin? Syukurlah kamu udah sadar," kata dr. Yoongi.
Jimin yang melihat dr. Yoongi disampingnya langsung spontan memeluknya tak peduli kalau dia sebenarnya belum pulih sepenuhnya.
"Hyung.... Aku kangen..." Ucap Jimin sambil meneteskan air matanya. dr. Yoongi langsung membalas pelukannya.
Akhirnya rasa rindunya yang ia simpan terbalaskan juga. Menahan rasa rindu berat, seperti kata Dilan.
"Aku takut, Hyung. Aku ngga mau pulang... Maunya disini sama Yoongi-hyung ajaa.." Lanjut Jimin sambil menangis terisak-isak.
"Apa yang kamu takutin, Jimin?" Tanya dr. Yoongi sambil mengusap rambut halus Jimin.
"Eomma sama Appa berantem terus di rumah. Aku ngga kuat, Hyung.." jawab Jimin tanpa ragu² sambil menahan isakan tangisnya.
dr. Yoongi mencium kening Jimin beberapa detik.
"Aku ngerti, Jimin. Selama kamu sama aku, kamu bakal baik² aja. Ikut ke rumahku besok, kamu nginep seharian disana, aku berharap rasa takutmu berkurang walaupun cuma sedikit..." Kata dr. Yoongi sambil melepas ciumannya.
Pipi Jimin merah sekali sekarang. Ia tak bisa menahan malu. Mulutnya terkunci tak bisa berkata sepatah katapun.
WOW! Ini pertama kalinya dr. Yoongi menciumnya. Oke, gejala virus cinta itu datang lagi. Kali ini membuat Jimin panas.
"Yaudah. Kamu istirahat aja dulu, besok jam 10 ke rumahku," kata dr. Yoongi sambil menyelimuti tubuh Jimin.
"Hyung, aku nggapapa? Aku ngga kritis kan? Ngga mati kan?" Tanya Jimin.
"Kamu nggapapa, Jimin. Kamu kecapekan sama stress aja. Kamu ngga kritis kok, kamu masih bertahan," jelas dr. Yoongi dengan yakin.
Jimin menghela nafasnya lega. Ia bersyukur masih diberi waktu untuk bertemu dr. Yoongi.
Jimin menatapnya dengan tatapan berharap. Berharap hubungannya dengan dr. Yoongi tak hanya sebatas pasien dan dokter. Ia ingin lebih, tapi apa itu bisa?
Jimin kembali dengan sifat pesimisnya. Ia teringat dr. Yoongi seperti ilfeel dengannya karena ia menyatakan bahwa ia sudah baper dengan dokternya sendiri. Walaupun ia sekarang sudah sedikit lebih tenang karena dr. Yoongi tak menunjukkan wajah ilfeel.
Yang sekarang harus ia lakukan adalah beristirahat. Sementara dr. Yoongi masih harus menjalani tugasnya. Jimin memaklumi, karena pasiennya bukan hanya Jimin saja.
➡➡➡
Pagi harinya. Jimin membuka matanya dengan berat. Ia tersadar jika ia sedang berada di rumah sakit sekarang.
Matanya tertuju ke dr. Yoongi yang sedang tidur dengan kepala yang diletakkan di samping ranjangnya.
dr. Yoongi menemaninya semalaman? Yang jelas Jimin sangat senang. Ia menatap dr. Yoongi yang tertidur. Tak jarang ia tersenyum sendiri karena memandanginya. Ia terlihat sangat lelap. Mungkin karena lelah berkerja tadi malam.
Ya ampun. Kenapa ganteng banget sih?
Jimin menutup wajahnya malu. Wajah dr. Yoongi terlalu bersinar untuk dilihat.
Beberapa menit kemudian, dr. Yoongi terbangun dari tidurnya. Ia melihat Jimin yang sudah membuka matanya.
"Pagi, Jimin."
Jimin hanya membalasnya dengan senyuman kecil.
"Oh iyaa kamu sarapan dulu, oke? Abis itu aku cek perkembanganmu," ucap dr. Yoongi. Kemudian ia mencuci mukanya, mencuci tangannya, lalu ia pergi mengambil sarapan untuk Jimin.
Rasa rindu Jimin terbalaskan (lagi). Ia rindu disuapi dr. Yoongi, akhirnya ia bisa merasakan lagi.
Setelah selesai sarapan, dr. Yoongi mulai mengecek kesehatan Jimin. Seperti mengecek tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan sebagainya.
Kondisinya mulai stabil. Itu berarti dia bisa pulang. Tapi pulang ke rumah dr. Yoongi. Jimin terlalu takut pulang ke rumah.
Soal Tn. Park dan Ny. Park, dr. Seokjin sudah bilang kalau Jimin kondisinya sudah stabil. Tapi ia berbohong kalau Jimin masih harus dirawat.
Yaa, ini demi Jimin juga sih.
Waktu menunjukkan pukul 10. Waktunya Jimin pulang (ke rumah dr. Yoongi).
Selama perjalanan, ia menyadari kalau rumahnya dr. Yoongi lumayan jauh. Lebih jauh dari rumah Jimin. Tapi kenapa ia rela mengantar Jimin pulang atau menjemputnya di sekolah? Tuh kan, baik banget. Gimana Jimin ngga baper?
Beberapa menit kemudian, mereka berdua sampai di rumah yang lumayan besar.
Setelah mereka turun dari mobil, dr. Yoongi mengambil kunci rumah di saku celananya.
"Hyung? Ada siapa aja di rumah?" Tanya Jimin.
"Ngga ada siapa². Aku sendiri," jawab dr. Yoongi sambil membuka kunci pintu.
"Wow, Hyung! Kamu tinggal sendiri di rumah sebesar ini?" Tanya Jimin tak percaya. dr. Yoongi mengangguk.
"Yaudah. Masuk aja," ucap dr. Yoongi sambil membukakan pintu rumahnya.
Jimin masuk ke dalam. Ia masih tak percaya kini telah menginjak rumah orang yang ia sukai. Hanya satu kata yang mewakili. Senang. Jimin sangat senang.
"Kamarmu disini, yaa," ujar dr. Yoongi sambil menunjuk sebuah kamar.
"Ah, Hyung. Apa ngga terlalu bagus kamarnya?" Balas Jimin.
"Nggapapa, Jimin. Lagian kamu juga tamu istimewa kok," ucap dr. Yoongi. Pipi Jimin berubah menjadi warna pink. Lalu Jimin bergegas menuju kamarnya.
"Istirahat dulu. Nanti siang kita makan. Oke?" Kata dr. Yoongi.
"Oke!" Balas Jimin. dr. Yoongi menutup kamar Jimin.
Setelah melihat dr. Yoongi menutup kamarnya, senyuman yang dari tadi ia tahan ia keluarkan. Senang sekali rasanya! Bahkan ia ingin loncat² pada saat itu juga.
Tapi dia agak jaim aja.
TBC~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Gata Virus (YoonMin)
FanfictionPark Jimin, laki-laki 17 tahun yang ceria dan menggemaskan. Ia duduk di bangku SMA bersama kedua sahabatnya yang paling ia sayangi, Kim Taehyung dan Jeon Jungkook. Hidupnya tampak menyenangkan dan baik-baik saja. Tapi semuanya berubah saat ia di di...