"Mungkin ini detik² terakhirku," kata Jimin dengan suara lirih.
Semua yang ada disana kaget. Kenapa Jimin bisa mengucapkan hal itu? Mereka semua diselimuti rasa takut.
"Ngga, Jim. Lu ngga boleh ngomong gitu.." kata Jungkook. Tangisannya kini berubah jadi tangisan sedih.
"Ngga, Chim. Kamu pasti sembuh! Jangan kayak gini!" Kata dr. Yoongi dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya.
Jimin melihat kearah Ny. Park dan Tn. Park.
"Eomma, Appa. Makasih udah sayang sama Jimin, udah rela nganterin Jimin bolak-balik ke rumah sakit. Makasih udah repot ngurusin Jimin yang sakit²an ini. Walaupun kalian udah cerai, kalian harus tetap akur... Jangan banyak berantem," ucap Jimin, suaranya masih lirih.
"Tae, Kuk, makasih udah jadi sahabat terbaik gue. Gue sayang sama kalian. Ngga ada sahabat yang paling baik di dunia ini selain kalian. Aku harap kalian sukses di jenjang pendidikannya selanjutnya. Semoga hubungan kalian langgeng sampe pelaminan yah,"
"Namjoon-hyung, Hoseok-hyung, makasih juga udah hadir di kehidupanku. Makasih atas canda tawa yang kalian berikan. Semoga kalian bisa jaga Yoongi-hyung disaat aku udah ngga ada..."
Jimin mengambil nafasnya. "Dan untuk kamu, Yoongi-hyung...."
dr. Yoongi meraih tangan Jimin. Tangannya dingin seperti es.
"Makasih untuk segalanya..."
dr. Yoongi meneteskan air matanya.
"Makasih, Hyung. Kamu udah jadi dokter hebat dalam hidupku. Kamu udah jadi orang paling berarti di hidupku," ucap Jimin.
Jimin mencoba menyentuh pipi dr. Yoongi dan menyeka air matanya.
Jimin melempar senyuman untuk dr. Yoongi.
"Semua begitu cepat, Hyung."
"Dari mulai kita pertama kali ketemu di ruangan praktekmu, saat kita ketemu di Bangsal rumah sakit."
"Waktu itu aku sempet ngga suka sama kamu, Hyung. Soalnya kamu jutek. Tapi makin lama hatiku mulai nyaman pas ngeliat wajahmu. Aku makin nyaman sama kebaikanmu ke aku.
"Terus kamu ninggalin aku beberapa hari, dan pada akhirnya kita ketemu lagi dan nginep di rumahmu."
"Jalan² bareng, ke pantai. Dan saat aku harus pindah rumah sakit. Aku ketemu sama dr. Jiyong dan ternyata itu gurumu."
"Akhirnya kita ketemu lagi di rumah sakit itu, dan aku seneng banget waktu kamu mengisi acara motivasi itu. Kau lah motivasiku sebenarnya."
"Waktu begitu cepat, Hyung."
Jimin mengucapkan itu dengan lancar. Walaupun napasnya terengah-engah dan dengan suara lirih.
"Sekali lagi makasih, Hyung. Aku ngga nyangka ada dokter seindah kamu, Hyung." Ucap Jimin. dr. Yoongi hanya mengangguk mendengarnya. Ia tak bisa berkata apa².
"Dan yang terakhir...."
"Saranghaeyo, Hyung...."
Jimin menarik nafas panjang, lensa matanya berubah putih semua, ia menutup matanya , suara pendeteksi detak jantung mulai berubah dan menunjukkan garis lurus.
Dengan berat hati dr. Yoongi mengatakan,
"Jimin telah tiada..."
Semua isi ruangan menangis dengan lepas. Ny. Park terlihat sangat histeris, Tn. Park terlihat sangat terpukul melihat kepergian Jimin.
Jungkook bahkan hampir pingsan, Taehyung juga begitu.
"Itu semua karena kamu! Dasar dokter ngga becus!" Kata Ny. Park sambil menatap dr. Yoongi.
"Saya tau! Saya bukan dokter yang baik!" Kata dr. Yoongi sambil berlari pergi dari ruangan itu.
dr. Seokjin masih menangis, tapi ia harus menutupi Jimin dengan selimut dan melepas alat² yang menempel ditubuh Jimin.
"Nyonya, jangan salahkan dokter Yoongi..." Ucap dr. Jiyong sambil mendekati Ny. Park.
"Tapi dia ngga becus nyembuhin orang!" Lanjut Tn. Park sambil menyeka air matanya.
"Dokter memang bertugas untuk menyembuhkan pasien²nya. Tapi seorang dokter tak bisa melawan takdir Tuhan," kata dr. Jiyong.
"Dokter Yoongi memang dokter yang hebat. Tekadnya menyembuhkan Jimin sangat besar. Ia terus berusaha menyembuhkan Jimin dan meringankan beban Jimin. Jadi jangan pernah salahkan dokter Yoongi yang ngga becus jadi dokter karena pasiennya meninggal."
"Jimin dan dokter Yoongi telah menunjukkan usahanya. Mereka berjuang bersama-sama, Jimin yang berjuang melawan penyakitnya dan dokter Yoongi yang berjuang menyembuhkan Jimin. Walaupun pada akhirnya Jimin tak bisa diselamatkan. Itulah takdir, Nyonya, Tuan.."
"Setinggi-tingginya jabatan seorang dokter, setinggi-tingginya ia sekolah, tetap saja ia tak akan pernah bisa melawan takdir Tuhan."
"Intinya kalian semua harus ikhlas. Jimin pasti bahagia disana..." Ucap dr. Jiyong.
Mereka semua mencoba mengikhlaskan Jimin pergi. Walaupun tangisan itu belum juga larut.
Tapi mereka percaya, Jimin pasti bahagia.
Silahkan lanjut.. masih ada chapter berikutnyaaa~
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Gata Virus (YoonMin)
FanfictionPark Jimin, laki-laki 17 tahun yang ceria dan menggemaskan. Ia duduk di bangku SMA bersama kedua sahabatnya yang paling ia sayangi, Kim Taehyung dan Jeon Jungkook. Hidupnya tampak menyenangkan dan baik-baik saja. Tapi semuanya berubah saat ia di di...