27

2.4K 314 14
                                    

Jimin merenung di kamar rumah sakitnya. Banyak sekali orang yang meninggal ditengah perjuangannya melawan penyakit.  Ia hanya takut. Ia masih ingin melakukan banyak hal di dunia, ia masih ingin menghabiskan waktu bersama sahabat tercintanya, ia masih ingin melihat wajah tampan dr. Yoongi.


Tuhan... Aku masih mau disini...




Pintu kamar terbuka, ternyata dr. Jiyong.

"Permisi, Jimin. Saya mau meriksa keadaan kamu sebentar," ujarnya sambil membawa alat² periksa.

"Oh, iyaa. Boleh, dokter."



dr. Jiyong menaruh ponselnya di meja samping ranjang rumah sakit lalu mulai memeriksa Jimin. Setelah memeriksa, dr. Jiyong langsung membereskan alat²nya.


"Em. Orang tuanya kemana?" Tanya dr. Jiyong.


"Pulang, dok. Udah biasa kalo lagi berobat sering ditinggal," jawab Jimin. dr. Jiyong hanya mengangguk setelah mendengar jawaban Jimin.



"Dokter!" Panggil seorang perawat.




"Oh iyaa. Saya sedang buru², maaf." Ucap dr. Jiyong kepada Jimin sambil meninggalkan Jimin dengan cepat.




Jimin merebahkan badannya di tempat tidur rumah sakit.

Tapi ada sebuah ponsel di meja samping tempat tidurnya berbunyi.




"Ini kan, hp dokter Jiyong," gumamnya. Ia iseng² melihat siapa yang menelepon dr. Jiyong. Ia kaget bukan main....


















"Yoongi? Dokter Yoongi?"




Ia segera mengangkat telepon itu, tapi terlambat.




1 Pesan masuk

Prof, saya udah boleh kesana belum? Ini saya lagi otw.

From : Yoongi





Tak lama, dr. Jiyong masuk ke kamar rawat Jimin.

"Ah. Maaf, dokter. Ini tadi ada telepon ngga terjawab sama pesan masuk," ujar Jimin sambil memberi ponsel dr. Jiyong.

"Oh. Dari Yoongi,"

"Dokter kenal dokter Yoongi?" Tanya Jimin.

"Kenal. Dia dulu murid saya," jawab dr. Jiyong. "Pas masa² dia masih sekolah di FK, saya sering mengajar dia. Walaupun waktu itu dia paling muda, tapi saya bangga sama dia." Lanjutnya.

"Dokter, aku juga mau cerita..." Ucap Jimin.


"Dokter Yoongi itu yang dulu ngerawat aku di rumah sakit satunya. Dia baik banget, dok. Gara² baik banget, aku jadi suka sama dia." Jelas Jimin.


"Hm. Gapapa sih, dia juga belum menikah."




"Kalo boleh jujur, aku pacaran sama dia," terang Jimin.

"Serius?! Pacaran? Selamat, yaa. Hehe!" Kata dr. Jiyong. Jimin hanya tersenyum malu.

"Kalo sudah deket, biasanya kamu manggilnya bukan 'dokter' lagi pastinya. Kamu manggil dia dengan sebutan apa?" Tanya dr. Jiyong.

"Ngga aneh² sih. 'hyung' aja," jawab Jimin.


"Hyung, ya?"



"Iyaaa..... Hyung...."



dr. Jiyong melihat Jimin bingung.


"Hyung? Hyung?"


"Kamu kenapa, Jim?" Tanya dr. Jiyong kebingungan.





Jimin merasakan jarak antara dia dengan dr. Yoongi dekat sekarang.




"Hyung? HYUUUNGG!!!" Seru Jimin melihat keluar pintu.






Ternyata dr. Yoongi lewat di depan pintu. Ia langsung melihat ke dalam, ternyata ada Jimin disana yang daritadi memanggilnya.




"HYUUNGG!!!!!!"


dr. Yoongi langsung masuk ke kamar rawat dan memeluk Jimin.

"Hyuuung... Jimin kangen!" Ucap Jimin sambil menangis di pelukan dr. Yoongi.

dr. Yoongi terus memeluknya dengan erat. Air matanya tak bisa ditahan lagi. Ia mencium kening dan pipi Jimin berkali-kali. "Syukurlah, Jimin..."

dr. Jiyong ikutan terharu melihat dr. Yoongi dan Jimin yang saling berpelukan erat seolah tak ingin berpisah.

"Ah, maaf, Prof." Ujar dr. Yoongi sambil melepas pelukannya dengan Jimin.

"Nggapapa, saya tau perasaanmu. Tadi Jimin barusan cerita sama saya. Kebetulan ada Yoongi disini, temani Jimin dulu yaa. Saya lagi sibuk," kata dr. Jiyong. Lalu dr. Jiyong keluar dari kamar.


"Jimin, apa kabar? Aku kangen banget," tanya dr. Yoongi.

"Baik, Hyung. Kamu sendiri?"


"Yaa, begitulah. Banyak kerjaan, hehe. Ngga kangen aku?" Tanya dr. Yoongi sambil ngelus pipi Jimin.


"Kangeenn!!!" Jimin kembali memeluk dr. Yoongi.

"Hyung. Namjoon-hyung sama Hoseok-hyung mana? Kok ngga diajak?" Tanya Jimin.


"Sibuk sama kerjaan sendiri², kalo ada waktu luang aku ajak mereka kok," ucap dr. Yoongi. Jimin tersenyum mendengarnya.

"Hyung. Pengen nginep di rumahmu lagi. Ngga suka di rumah sendiri!" Kata Jimin sambil mem-pout-kan bibirnya.


"Jangan gitu, Jim. Kasian orang tuamu nanti kesepian ngga ada kamu," ujar dr. Yoongi.


"Ih! Kerjaannya marah² terus, kadang suka ditinggal sendirian. Kan aku ngga like!" Ucap Jimin. dr. Yoongi hanya tersenyum kecil mendengarnya.



"Hyung..." Lirih Jimin dengan wajah murung. Ia menyenderkan kepalanya di dekat leher dr. Yoongi.


"Di rumah sakit ini  banyak orang meninggal ditengah perjuangannya. Aku takut, Hyung...." Ucapnya.


dr. Yoongi terdiam. Ia kaget setelah mendengar perkataan Jimin. Mengingat penyakit Jimin bukan penyakit yang ringan. Jelas ia takut kehilangan Jimin.



Tanpa disadari, dr. Yoongi meneteskan air matanya. Sampai air matanya jatuh tepat di tangan Jimin.


Jimin mendongakkan kepala. "Kamu nangis, hyung?"

dr. Yoongi hanya tersenyum meresponnya.


"Aku bikin kamu sedih, Hyung? Maafin aku..." Ucap Jimin sambil memeluknya lagi.



Ketika sedang menangis, dr. Yoongi tak bisa berkata apa-apa. Ia hanya membiarkan Jimin memeluknya sambil berdoa.

Tuhan, jangan ambil dia dulu. Aku masih ingin menghabiskan waktu bersamanya lebih lama lagi.

Apakah durasi bisa diperlambat? Agar aku bisa bersamanya lebih lama?









TBC~~~

Ini bikinnya buru² jadi ngga nge-feel yaa? :'v

Heart Gata Virus (YoonMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang