PROLOG

1.3K 58 2
                                    

At Santa Barbara Cemetery - AS
14 April 2003

Seorang pria berjas hitam tak mampu menahan emosi yang bergejolak dalam hatinya. Meski tak terlihat setetes pun air mata, namun siapapun jelas tahu betapa terpukul dirinya saat ini.

Belum lagi dengan fakta keberadaan bocah kecil berusia lima tahun di sampingnya.

Sial, semua begitu mendadak. Umpatnya. Kesal, sedih, marah, menjadi satu.

Sementara bagi si bocah kecil, kenangan terakhir yang ia ingat adalah percakapan dengan sang ayah tepat sebelum kecelakaan itu terjadi. Mungkin, suara memekik yang ia dengar kemarin akan menjadi nada menakutkan seumur hidup.

Hari ini seharusnya menjadi hari bahagia. Pesta perayaan ulang tahun si bocah kecil telah dipersiapkan dengan matang serangkaian dengan pengumuman dirinya sebagai penerus Abelard Inc. Sayang sekali di usia yang terlampau muda, si bocah kecil harus hidup tanpa figur orang tua yang lengkap.

Rennaya, nama bocah itu.

"Ren, awan sudah mulai gelap. Pulang bersama paman ya" ucap seorang pria yang sedari tadi berdiri di samping Rennaya. Bagi si pria dewasa, Rennaya kini akan menjadi tanggung jawabnya. Luke, ayah dari Rennaya adalah sahabatnya.

Berkali-kali dirinya menghembuskan nafas kasar.

Entahlah, semuanya terlalu mendadak. Padahal kemarin mereka baru saja berkumpul bersama sebelum Luke berpamitan ingin pergi untuk segera bertemu anaknya dengan niat ingin menghabiskan waktu bersama sampai sang anak ulang tahun keesokan harinya. Sayangnya, takdir justru berkata lain. Sahabatnya itu terlibat dalam kecelakaan yang merenggut nyawanya.

Ya, kemarin mereka memang berkumpul bersama. Ia, Luke, Harry dan..

"Dimana Argus? Sejak kemarin ia tidak muncul sama sekali" tanyanya kepada seseorang disebelahnya.

"Entahlah. Jika saja kau tidak menyebut namanya aku mungkin tidak akan mengingatnya saat ini. Ia sudah tidak terlihat sejak beberapa hari yang lalu, Brad" jawab seseorang yang bernama Harry itu.

Memang, sejak beberapa hari yang lalu salah satu sahabat mereka yang bernama Argus Matthieu tidak terlihat sama sekali.

Entah dimana keberadaannya.

Ah, sudahi dulu memikirkan hal lain. Saat ini ada anak kecil malang yang harus menjadi prioritas mereka.

Tidak ada yang bisa diharapkan mengingat ibu dari anak ini telah meninggalkannya sejak ia baru saja dilahirkan. Kakek dan neneknya? Jangan tanyakan keberadaan mereka. Luke adalah anak yatim-piatu yang membangun usahanya hingga ia menjadi sukses besar seperti sekarang. Dan orang tua dari ibu anak ini pun tentu saja tidak diketahui keberadaannya, ibunya saja seperti itu.

Sebagai sahabat, mereka menyadari bahwa mereka cenderung tetap menyimpan masalah mereka sendiri-sendiri sehingga beberapa rahasia tetap mereka jaga dan memilih untuk tidak saling membicarakannya.

Sementara itu, tanpa mereka sadari di tempat lain yang tak jauh dari lokasi tersebut, seorang pria berjas hitam selayaknya seseorang yang melayat dipemakaman terlihat menatap lurus ke arah anak perempuan itu.

Ya tuhan apa yang sudah kulakukan? Mengapa aku melakukan tindakan bodoh itu? Sekarang aku harus bagaimana?

Tidak ada hal lain yang dilakukannya selain merutuki betapa bodohnya ia yang tak mengetahui seluk beluk kehidupan sahabatnya sendiri.

Ah, sahabat?

Apakah mereka memang layak disebut sahabat atas apa yang terjadi saat ini? Dirinya yang telah berhianat sangat tidak pantas disebut sebagai sahabat.

Sekarang bagaimana? Semuanya sudah terlanjur terjadi.

Ia adalah orang paling bodoh yang melakukan suatu tindakah tanpa memikirkannya terlebih dahulu hanya demi kepentingan pribadi, dan saat ia mengetahui bahwa tindakannya itu telah menyebabkan seorang anak menjadi yatim piyatu, barulah ia menyadari kesalahan dan kebodohannya sendiri.

Ia tahu, bersembunyi di dalam mobil yang ia kendarai ini tidak akan menyelesaikan masalah. Seharusnya, ia menyerahkan dirinya sebagai orang yang bersalah atas kejadian ini. Namun, apakah ia dapat menerima fakta bahwa nantinya ia akan meninggalkan keluarga yang dicintainya dan mendekap seumur hidup di penjara? Ia sungguh tidak mampu bahkan hanya untuk membayangkannya saja.

Lalu anak itu? Apa yang harus ia lakukan kepada anak yang telah ia renggut kebahagiaannya?

Begitu lama ia larut dalam pemikiran hingga seseorang yang menepuk pelan pundaknya, memaksanya untuk membalikkan diri menghadap kearah orang tersebut.

"Argus?"

***M***

See Yaa!!
CORALETHA.

My Family, My Enemy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang