Chapter 20. Firasat Buruk

276 15 0
                                    

REVISI: 7 Agustus 2019

Tatapan mata sendu itu membuat..

Firasatku semakin tidak baik.

-RLA-

***M***


Rennaya menghembuskan nafasnya pelan.

Perasaannya menjadi jauh lebih baik sekarang. Memilih untuk menghirup udara segar dibalkon gedung ini ternyata merupakan pilihan terbaik karena mampu memberikan efek yang luar biasa untuknya.

Meskipun harus menahan dingin dipunggung dan dadanya, paling tidak cara seperti ini jauh lebih baik dari pada harus ditangani lagi oleh pria itu ketika penyakitnya kambuh.

Rennaya tidak tahu lagi harus bagaimana. Dirinya sudah berusaha untuk melupakan Atthar dan menganggap pria itu hanya sebatas saudara angkat saja. Tapi perlakuan pria itu belakangan ini sungguh membingungkan. Ada kalanya pria itu menyebalkan tetapi mendadak perlakuannya berubah menjadi sangat romantis kepadanya.

Ataukah ini hanya perasaannya saja?

Mungkin dirinya saja yang terlalu menganggap lebih perlakuan pria itu terhadapnya. Mungkin pria itu sengaja bertindak seperti tadi hanya untuk memuaskan keinginan para wartawan, agar sesi foto cepat selesai karena pria itu sudah muak terus berada didekatnya.

Rennaya menutup matanya, mencoba untuk lebih menikmati terpaan udara segar yang sangat membantu menenangkan pikirannya.

Seperti seseorang yang bermeditasi, beberapakali Rennaya menarik nafas dan menghembuskannya pelan.

Berhasil.

Keadaan Rennaya kembali membaik sekarang.

Dengan mata terpejam, Rennaya menyunggingkan senyumnya. 'akhirnya aku menemukan cara untuk mengatasi penyakit aneh ku'.

Hal yang lebih ajaib pun terjadi. Dirinya merasa hangat sekarang, tidak kedinginan lagi seperti sebelumnya. Rennaya tidak pernah tahu jika merelakskan pikiran dengan cara ini dapat menimbulkan efek yang lebih dari ekspektasinya.

Sepertinya ia akan menjadikan kegiatan ini sebagai salah satu kegiatan favoritnya selain berlatih tembak. Toh, tidak sulit juga. Ia hanya perlu berdiri di balkon mansion setiap malam ketika pikirannya sedang suntuk.

"aku akan menghitung sampai 3, jika kau tidak juga membuka matamu maka aku akan melemparmu dari balkon ini sekarang juga."

Sontak mata Rennaya terbuka ketika suara Atthar tiba-tiba terdengar ditelinganya. Dan apa katanya tadi? Melemparku? Hah.

Rennaya menolehkan kepalanya kesamping kanan namun pria itu tidak ada. Dia menolehkan lagi kepalanya kekiri. Tetap saja pria itu tidak ada.

'tidak mungkin kan dirinya hanya berhalusinasi?' Sangat jelas tadi dirinya mendengar suara bass Atthar yang berbisik ditelinganya.

Rennaya terkesiap saat seseorang mencengkram bahunya dan membalik tubuhnya secara paksa. Jadilah sekarang tubuh Rennaya menghadap sepenuhnya kearah pria bermata hitam pekat yang saat ini telah menatap tajam dirinya. Seperti biasa.

"berterimakasih lah karena aku tidak melemparkanmu kebawah meskipun hitunganku sudah selesai sejak tadi"

Rennaya berusaha meredakan detak jantungnya kembali. 'astaga, padahal baru saja jantungku bisa menghirup udara bebas dan sekarang pria ini akan kembali membuatnya sesak'.

My Family, My Enemy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang