Chapter 37. Kenangan

445 20 0
                                    

Rennaya sedang meletakkan makanan diatas meja ketika Ava menuruni tangga sambil mengucak kedua matanya.

Melihat Ava yang terbangun sebelum ia sendiri yang harus membangunkannya membuat dahi Rennaya menyerngit heran. Namun ia tidak memikirkan hal itu lebih jauh karena saat ini perutnya sangat memerlukan asupan makanan.

Berjalan mendekati Ava dan menggendongnya, membawanya duduk bersama untuk menikmati makan malam yang sudah ia siapkan sebelumnya.

Baik Ava maupun Rennaya sama sama menikmati makan malam tanpa mengucapkan satu katapun. Hanya saja Rennaya sesekali melirik kearah kalung di leher Ava. Tentu saja ia mengingat jelas kalung itu, kalung pemberian Myoui untuk dirinya. Rennaya tidak menyangka jika kalung yang sengaja ia tinggalkan diatas meja riasnya dulu itu sekarang sudah dikenakan oleh putrinya.

Setelah aktivitas makan malam selesai, Rennaya melanjutkan kegiatannya dengan mencuci semua piring kotor di dapur. Semua pekerjaan rumah dilakukan sendiri oleh Rennaya karena di villa mereka memang tak ada satupun pelayan.

"Mom, ponsel mommy!" teriak Ava sambil berlari dengan memegang ponsel Rennaya ditangannya.

Rennaya segera mencuci tangannya yang masih bersabun dengan air yang mengalir sebelum mengambil ponsel dari tangan Ava.

Tanpa melihat nomor si pemanggil, Rennaya menggeser tombol hijau di layar ponsel itu.

"Ya?"

"Rennaya, ini aku"

Satu alis Rennaya terangkat mendengar suara orang yang sangat ia kenali. "Ya, ada apa Maura?"

"Aku sedang menuju bandara tapi ban mobilku mendadak bocor, bisakah kau datang kemari?"

"Baiklah, kirimkan saja aku alamatnya. Aku akan kesana bersama Ava."

"Akan ku kirimkan segera."

Tit.

Tidak lama setelah memutuskan panggilan sebuah pesan masuk di ponsel Rennaya. Pesan itu berisi alamat yang dikirimkan oleh Maura.

Segera Rennaya mencuci piring terakhir sebelum bersiap menuju ke alamat tempat yang tertera dalam pesan itu bersama Ava.


***M***

"Tetap disini, Ava. Mom akan keluar menemui bibi Maura." ujar Rennaya sebelum keluar dari mobilnya dan dibalas anggukan oleh Ava.

Selama beberapa menit Ava hanya duduk dikursinya sesuai apa yang diperintahkan oleh Rennaya. Sesekali mata bulatnya tertuju ke depan dimana Rennaya sedang berbicara dengan Maura dan seseorang yang baru saja datang. Tak lama kemudian orang itu membawa mobil Maura.

Beberapa saat kemudian Rennaya kembali masuk kedalam mobil dengan disusul Maura yang juga masuk dan duduk dikursi belakang.

"Kenapa olang itu menculi mobil bibi?" tanya Ava dengan polosnya.

Maura tertawa sesaat sebelum menjawab "Orang itu akan memperbaiki mobil bibi, Ava. Bukan mencurinya."

"Karena itulah kita akan mengantar bibi Maura ke bandara sekarang." ucap Rennaya sebelum menjalankan mobilnya ketempat yang mereka tuju. Bandara.

***M***

Rennaya membuka pintu kaca rumahnya dengan tangan kanannya sementara tangan kiri ia gunakan untuk menggendong Ava yang sudah tertidur sejak masih dalam perjalanan pulang dari bandara. Saat pintu itu terbuka, lampu otomatis menyala.

Tak lupa Rennaya mengunci pintunya sebelum kembali melangkahkan kakinya kelantai dua tempat kamar Ava berada.

Sesampainya dikamar Ava, Rennaya segera membaringkan tubuh Ava lalu mematikan lampu kamar bernuansa putih dan pink itu sebelum keluar dan menutup pintunya.

Dengan langkah pelan namun pasti Rennaya berjalan menuju kamarnya. Saat tiba dikamar yang juga bernuansa putih itu, tanpa berniat menyalakan lampu terlebih dahulu, Rennaya langsung membaringkan tubuh lelahnya.

Matanya tertutup mencoba untuk mengistrahatkan tubuh dan otaknya.

Srek.

Mata Rennaya yang baru saja tertutup seketika terbuka saat mendengarkan suara kain yang saling bergesekkan. Tidak, feelingnya menjadi tidak baik sekarang.

Dengan segera ia mengurungkan niat untuk terlelap dan langsung mencari tau sumber bunyi yang cukup mengganggunya itu.

Benar saja, hanya berjarak beberapa langkah dari ranjangnya, dapat ia lihat dengan jelas bayangan seseorang yang membuay dirinya cukup ketakutan sekarang!

Dan ketika bayangan itu terlihat lebih jelas dibalik redupnya lampu kamar itu, hal pertama yang mampu dilihat oleh mata Rennaya adalah objek yang juga berupa mata.

Mata yang tajam, mata yang sangat tidak disangkanya akan ia lihat kembali terutama disaat seperti ini.

Lagi lagi, redupnya lampu dengan beruntungnya tak menghalangi mata Rennaya untuk terus menjelajahi setiap lekuk wajah sosok yang kini berdiri tepat dihadapannya.

'Atthar...'

***Tbc***

Satu part lagi tamaaaaaatttttttt!!!!!!!!!!!

😊😊😊

My Family, My Enemy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang