Chapter 7. Luka yang Sama

428 27 0
                                    

***

Rennaya sungguh tak habis pikir dengan maksud daddy nya yang menyuruh mereka berangkat bersama.

‘Tidakkah daddy tampanku itu mengerti betapa buruknya hubungan ku dengan pria brengsek disebelahku ini?’

Untuk saat ini, Rennaya berharap tidak ada pembicaraan diantara mereka. Ia takut, adanya pembicaraan antara mereka justru akan semakin melukai perasaannya.

Apabila kalian bertanya seberapa besar efek setiap ucapan kasar yang Atthar lontarkan terhadap Rennaya? Maka Rennaya akan menjawab dengan sangat yakin, itu sangat-sangat berdampak besar terhadap mood-nya.

Bagaimanapun, dirinya hanyalah seorang wanita yang lebih banyak mengandalkan perasaan dibanding akal. Terlebih lagi, topik yang berhubungan dengan status dirinya sebagai anak angkat itu sangat menyakitkan apabila diungkit, apalagi oleh pria yang saat ini bersebelahan langsung dengannya.

Sayangnya, Tuhan mungkin sedang tidak berselera untuk mendengar doa nya. Buktinya, baru saja ia mendengar dengan jelas ucapan seorang Atthar yang membuatnya tidak bisa berkutik sama sekali, dan tanpa disadarinya mobil yang dikendarai oleh supir Atthar itu sudah berhenti di pinggir jalan sejak tadi, sejak ia sadar dari lamunannya karena mendengar ucapan pria itu,

apa tadi katanya?

“Keluar”

Rennaya menatap Atthar dengan pandangan tidak percaya.

***M***

Rennaya hanya mampu menatap aspal yang sedang dipijakinya itu. Tanpa sadar ia sudah berdiri disitu sejak beberapa menit yang lalu setelah mobil yang membawa Atthar dan dirinya tadi sudah pergi.

Rennaya merasa matanya sedikit kabur. Ya, dia tau dia akan menangis saat ini.

Oh tidak, dia bahkan sudah menangis.

Karena tidak ingin menjadi bahan perhatian orang-orang yang berlalu lalang di jalan, Rennaya pun memutuskan untuk memanggil taksi.

Ia tidak mungkin membiarkan dirinya sendiri menangis di tengah jalan seperti film-film roman picisan yang sering ditonton oleh para anak remaja. Tidak, dirinya sangat anti dengan hal-hal manja seperti itu.

Baru saja ia akan memanggil taksi, tiba-tiba sebuah mobil melintas dan berhenti dihadapannya. Seketika wajah Rennaya berubah saat melihat siapa yang berada di dalam mobil Porsche Boxster berwarna putih itu.

“Renna!”

“Maura!”

***M***

At AMt Corp.

Setibanya Rennaya di gedung AMt Corp, dirinya sama sekali tidak disuguhi beragam tugas. Ia bahkan merasa hanya menjadi pajangan saja. Sejak dirinya sampai, ia langsung diantar menuju ruangan yang katanya akan menjadi ruangannya selama dirinya membantu Atthar di kantor ini.

Dia sebenarnya pun masih bingung dengan jabatannya di kantor ini. Selain sebagai salah satu pemegang saham tentunya. Ah, tidak usah membahas lebih lanjut mengenai itu sekarang.

Mood Rennaya sudah sedikit lebih baik setelah bertemu dengan sahabat lamanya, Maura Letha Moutesqie. Persahabatan mereka terjalin karena intensitas bertemu yang cukup sering mengingat ayah mereka juga bersahabat. Apalagi saat diadakan pertemuan para pengusaha, biasanya para anggota keluarga juga turut diikutsertakan.

My Family, My Enemy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang