PROLOGUE

1.7K 74 3
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Bay, kan aku udah bilang jangan suka begadang. Liat tuh kantong mata kamu makin gede, susah banget dikasih tahu sih." Ucap Arsya protes.

Saat ia ingin menyentuh kantung mata Bayu, tiba-tiba Bayu memegang tangan Arsya.

"Kita udahan aja." Ucap Bayu tenang.

Tubuh Arsya seketika kaku. Wajahnya pucat. Terkejut dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Bayu.

"Ma-maksud ka-kamu a-apa?" Tanya Arsya tergagap.

"Kita sampe sini aja, Sya." Ulang Bayu.

Arsya menarik tangannya dari genggaman Bayu lalu mundur beberapa langkah hingga kakinya menabrak bangku taman yang ia duduki tadi.

"Tapi kenapa?" Tanya Arsya lirih sambil menunduk. Ia berusaha mengatur napasnya yang memburu, mengatur detak jantungnya yang berdegup dengan cepat. Dadanya sesak.

"Seharusnya emang dari awal kita gak perlu kenal." Ucap Bayu tidak mau menatap wajah Arsya.

"Aku gak ngerti." Ucap Arsya lirih.

Bayu tidak menjawab ucapan Arsya. Ia lebih memilih pergi, meninggalkan Arsya sendirian.

Arsya yang tidak kuat menahan air matanya pun langsung terisak lirih. Bahunya berguncang hebat. Sesak didadanya membuat air mata Arsya mengalir semakin deras. Tubuh Arsya terjatuh lunglai, ia memukul dadanya berulang kali, berharap rasa sesak didadanya menghilang namun hasilnya nihil.

Sedangkan Bayu, ia menatap Arsya dari balik pohon yang tidak jauh dari tempatnya tadi bersama Arsya. Menatap dalam tubuh Arsya yang bergetar sangat kuat. Ada keinginan untuk memeluk tubuh tersebut namun ia urungkan.

"Maafin aku, Sya. Maafin aku. Aku terpaksa ngelakuin ini semua." Ucap Bayu lemah.

Ia memejamkan matanya, berharap semua beban dipundaknya berkurang. Ia menjambak rambutnya frustasi.

Semua ini sangat menyiksa dirinya.

Mengapa Tuhan tidak henti-hentinya memberikan cobaan yang sangat berat pada dirinya. Tidak cukupkah selama ini ia dibuat tersiksa dan menderita? Dan sekarang Tuhan malah memaksanya untuk mengakhiri hubungannya dengan orang yang paling ia butuhkan saat ini. Ia sangat membutuhkan Arsya saat ini. Hanya untuk sekedar bersandar pada pundaknya yang terasa nyaman, ucapan-ucapan penyemangat dari bibir gadis itu atau pelukan hangat yang selalu Arsya berikan untuknya jika ia sedang merasa lelah dengan hidupnya sendiri.

Air matanya menetes begitu saja namun langsung ia hapus. Bayu melirik kearah Arsya sekali lagi sebelum benar-benar pergi.

***

Arsya membuka matanya. Menatap kearah langit yang saat itu berwarna jingga, sedikit mendung.

"Aku sekarang ngerti, Bay, kenapa kamu milih buat mutusin hubungan kita." Lirih Arsya.

Tak lama terdengar suara gemuruh dari langit dan disusul dengan hujan yang mulai turun dengan derasnya.

"Sya, ayo pulang." Ucap Erika sambil memayungi tubuh Arsya agar tidak basah.

Arsya mengangguk dan berdiri. Menatap sekali lagi kearah-nya lalu berjalan menjauh bersama Erika.

***

28 Agustus 2018

GOODBYETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang