Can we talk for a moment? Got these feelings that I'm tired of holding on Wasn't tryin' to get wasted I needed more than three or four to say this
~ Maroon 5 - Wait ~***
Suara deru motor saling bersahutan, suara dentingan bir terdengar nyaring dan suara hingar-bingar malam itu saling bersahut-sahutan.
Bayu mengedarkan pandangannya dengan tidak semangat.
"Udah siap? Balapannya udah mau dimulai." Ucap Wira sambil menepuk bahu Bayu.
Bayu mengangguk lalu mengenakan helmnya. Ia menyalakan motornya lalu melajukannya menuju garis start.
Lawannya satu persatu mulai memasuki garis start dan seorang wanita dengan pakaian minim membawa sebuah sapu tangan berdiri ditengah- tengah.
"Are you ready?" Teriak wanita tersebut.
Semua orang berteriak, menyemangati jagoan mereka. Bahkan beberapa dari mereka sudah bertaruh untuk menjagokan para pembalap malam ini.
Suara deru motor yang keras yang menjadi jawaban pertanyaan wanita tersebut.
"3"
Wanita itu mulai menghitung mundur.
"2"
Bayu menengok kearah lawannya.
'bukan lawan yang berat.' Batin Bayu.
"1"
Bayu langsung menancap gasnya sedalam mungkin. Meninggalkan semua lawannya di belakang.
Jalur yang digunakan malam ini merupakan jalur yang sangat mudah bagi Bayu. Tidak banyak tikungan dijalur ini jadi memudahkan Bayu untuk keluar sebagai pemenang malam ini.
Namun saat dipertengahan jalan ponselnya berbunyi, tanda adanya telepon masuk. Awalnya ia abaikan namun ponselnya tak kunjung berhenti berdering.
Bayu pun menekan tombol pada earphone yang ia gunakan.
"Lu cabut sekarang. Ada polisi nunggu lu digaris finish." Ucap Wira langsung mematikan sambungan teleponnya.
"Shit." Umpat Bayu.
Ia langsung menancapkan gasnya, melewati jalan lain untuk keluar.
***
"Arsya pulang ya, Ma. Assalamualaikum." Ucap Arsya sambil menyalimi tangan Mama.
"Hati-hati, Sya. Waalaikumsalam."
Arsya menutup pintu ruang inap Papa.
Arsya menghela napas. Berat rasanya meninggalkan Mama sendiri.
Saat sampai di lobby rumah sakit, Arsya terkejut melihat keberadaan Nino.
"Nino?" Panggil Arsya.
Yang dipanggil menoleh lalu tersenyum.
"Yuk pulang." Ajak Nino.
Arsya tercenung lalu menganggukkan ajakan Nino.
"Lain kali gak usah repot-repot jemput gue ya, No. Gue jadi gak enak." Ucap Arsya sambil menerima uluran helm.
"Nggak ngerepotin kok. Tadi gue abis keluar terus kebetulan juga lewat sini ya jadi gue pikir sekalian aja jemput lu, baru gue mau telepon lu eh lu nya udah turun duluan." Ucap Nino menjelaskan.
Arsya mengangguk lalu naik keatas boncengan.
Sepanjang perjalanan tidak ada yang berbicara, baik Arsya maupun Nino memilih diam.
Saat berada dipertengahan jalan, Arsya melihat seseorang yang menarik perhatiannya. Saat ia memfokuskan pandangannya, ia terkejut melihat siapa orang tersebut.
"No, berhenti dulu!" Ucap Arsya sambil menepuk pundak Nino beberapa kali.
Nino memberhentikan laju motornya dan ingin bertanya namun Arsya sudah berlari.
"Bayu?" Panggil Arsya, yang dipanggil pun menoleh.
"Bayu, are you okay?" Tanya Arsya panik.
Wajah Bayu babak belur, sepertinya Bayu habis bertengkar dengan seseorang.
Bayu tidak menjawab, ia pun berdiri lalu berjalan kearah motornya.
"Bayu." Panggil Arsya sambil menggenggam pergelangan tangan Bayu.
Bayu langsung menepis tangan Arsya.
"Sya." Panggil Nino.
Bayu menatap sengit kearah Nino.
Bayu menatap Arsya dan Nino bergantian.
Arsya menatap mata Bayu. Entah mengapa, Arsya bisa melihat luka disorot mata itu.
Bayu mendengus kasar sebelum memilih pergi meninggalkan mereka.
"Bay." Panggil Arsya lagi ingin menahan kepergian Bayu namun dicegah oleh Nino.
"Jangan, Sya. Inget, Bayu butuh waktu." Ucap Nino.
Arsya terdiam sambil menatap kepergian Bayu.
"Kita pulang aja, yuk." Ucap Nino sambil menarik tangan Arsya.
Arsya hanya diam saat Nino menariknya. Ia masih menatap kearah jalanan yang Bayu lewati tadi.
'Aku kangen kamu, Bay.' Batin Arsya.
Ia menundukkan kepalanya. Tak terasa ada setetes air mata yang jatuh mengenai ujung sepatunya.
TBC
***
29 Agustus 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
GOODBYE
FanfictionSemua berubah secepat kedipan mata. Semua yang tadinya Indah berubah menjadi petaka. Semua yang ia miliki perlahan-lahan pergi. Sahabat, keluarga bahkan kekasihnya. Kehidupan yang ia jalani sangatlah berat, seakan-akan tuhan memberikan ujian hidup y...