29. NO TEARS LEFT TO CRY

461 14 0
                                    

I can try to stop it, all I likeHands down I've lost this fightThought I was strong, enough for youBut I just can't hide the truthSo I guess I'm going downI guess I'm going down, like this~ Shawn Mendes - Like This ~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I can try to stop it, all I like
Hands down I've lost this fight
Thought I was strong, enough for you
But I just can't hide the truth
So I guess I'm going down
I guess I'm going down, like this
~ Shawn Mendes - Like This ~

***

"Arsya!" Panggil Ilana.

Arsya menoleh.

Ilana memegangi lututnya, berusaha mengatur napasnya yang memburu.

"Kenapa, La?" Tanya Arsya.

Ilana pun berdiri tegak, wajahnya terlihat tegang.

"Harries sama Bayu berantem dibelakang sekolah." Ucap Ilana yang langsung membuat Arsya berlari sekuat tenaga menuju belakang sekolah.

Saat sampai dibelakang sekolah, Arsya tidak melihat keberadaan Bayu, ia hanya melihat keberadaan Jonathan, Leonard, dan Nino yang sedang mengelilingi Harries yang sedang diobati oleh Gita.

Arsya langsung berlari dan menerobos lingkaran tersebut, tanpa berpikir panjang Arsya langsung menampar Harries yang membuat mereka semua yang berada disana tercengang dengan apa yang baru saja Arsya lakukan.

"Sya, lu apa-apaan sih?" Tanya Gita tidak terima akan apa yang Arsya lakukan.

"Seharusnya gue yang nanya kaya gitu! Maksud lu apa berantem kaya gitu?! Udah merasa jagoan?! Jangan berantem disini, berantem sana sama petinju!" Teriak Arsya.

"Sya." Panggil Nino sambil menarik tangan Arsya.

"Diem, No." Ucap Arsya sambil menepis tangan Nino.

"Biar gue jelasin." Ucap Leon.

"Gak ada yang perlu dijelasin. Gue gak perduli siapa yang salah disini, tetep aja yang mereka lakuin itu salah. Gak usah sekolah aja sekalian kalau mau jadi jagoan!" Ucap Arsya lalu pergi begitu saja tidak memperdulikan panggilan teman-temannya.

"Biar gue anter pulang." Ucap Nino sambil menyamakan langkah tergesa-gesa Arsya.

"Gak perlu. Gue bisa pulang sendiri." Ucap Arsya ketus lalu langsung memberhentikan taksi yang lewat.

Arsya membanting pintu taksi sekuat tenaga lalu meminta supir untuk segara pergi.

Arsya memijit pelipisnya. Ia merasa sangat pening. Ia pikir hari ini akan berjalan lancar ternyata tidak.

Arsya menghela napas lalu menoleh keluar jendela.

'Gak boleh nangis, Sya. Lu kuat.' Batin Arsya menguatkan diri.

***

Arsya membolak-balikkan buku kimia miliknya dengan bosan. Ponsel ia biarkan mati sejak pulang sekolah tadi.

Tiba-tiba pintu rumahnya diketuk oleh seseorang dengan tidak sabaran.

Arsya pun berdiri dengan malas dan membuka pintu.

"Nino?" Panggil Arsya dengan kernyitan didahi.

Wajah Nino tegang, Arsya tahu ada sesuatu yang terjadi.

"Harries bakal balapan malam ini." Ucap Nino.

"Ter-" ucap Arsya terpotong.

"Gita duduk diboncengan." Sambung Nino.

Tanpa berpikir panjang, Arsya langsung mengunci pintu rumahnya dan meminta Nino untuk mengantarnya ketempat balapan.

Masalah apa lagi ini. Tidak cukupkah yang tadi siang? Kepala Arsya ingin pecah rasanya.

"No, cepetan." Ucap Arsya tidak sabaran.

Arsya tidak perduli dengan penampilannya, yang bahkan ia hanya mengenakan kaos dan celana setengah lutut dan sandal jepit, yang terpenting keselamatan sahabat dan sepupunya. Arsya harus bisa mencegah balapan itu.

Namun terlambat, saat Arsya dan Nino sampai di tempat balapan, Harries dan Gita sudah tidak ada dimanapun, mereka sudah berada dilintasan.

"No, kita telat." Ucap Arsya lesu.

"Sorry, Sya." Ucap Nino.

Sebuah ide gila terlintas dikepala Arsya.

"Kita samperin mereka kelintasan, No." Ucap Arsya.

Nino langsung melotot lebar.

"Gak bisa, Sya, bahaya." Cegah Nino.

"Tapi gue gak bisa diem aja disini sedangkan gue gak tau gimana Harries sama Gita!" Teriak Arsya.

"Kita tunggu disini aja, ok? Kita berdoa semoga mereka bakal baik-baik aja pas sampe garis finish." Ucap Nino sambil memegang kedua bahu Arsya.

Arsya mendesah kecewa.

Pandangan Arsya terkunci pada jalur menuju garis finish. Berharap Harries dan Gita segera datang.

"Ada yang kecelakaan." Ucap seseorang yang berdiri beberapa langkah dari tempat Arsya berdiri.

Sontak tubuh Arsya langsung menegang.

Arsya menoleh lalu berjalan menuju orang tersebut.

"Siapa?" Tanya Arsya.

Kedua orang tersebut yang sedang berbicara langsung menolehkan kepalanya pada Arsya.

"Lu berdua tuli ya? Gue nanya siapa yang kecelakaan?" Tanya Arsya tidak sabaran.

Nino langsung menghampiri Arsya dan menenangkan Arsya.

"Sorry, Ki. Gue mau nanya, siapa yang kecelakaan?" Tanya Nino pada mereka.

Kedua orang tersebut saling lirik memberi kode dan salah satu dari mereka menganggukkan kepalanya.

"Harries sama ceweknya." Ucap orang tersebut dan mereka pergi meninggalkan Arsya dan Nino yang shock.

Arsya berdiri kaku.

"No, bilang ke gue kalau gue salah denger." Ucap Arsya lirih.

Nino menghampiri Arsya dan menuntun Arsya untuk sedikit memyingkir dari keramaian.

Tiba-tiba saja tempat ini menjadi sangat ramai karena berita Harries dan Gita yang kecelakaan.

"Positive thinking aja, Sya, mungkin cuma kecelakaan biasa aja." Ucap Nino meyakinkan.

"Gila! Mereka jatoh ke jurang." Ucap seseorang yang langsung membuat Nino bungkam dan Arsya bertambah shock.

"Arsya!"

Teriak seseorang dan berlari cepat menuju tempat Arsya dan Nino berdiri.

"Gue neleponin lu dari tadi tapi nomor lu gak aktif, gue kerumah lu tapi lu gak ada, akhirnya tadi gue nelepon Nino dan katanya lu ada disini. Sya, gue gak tau ini penting apa nggak buat lu, tapi semoga aja ini gak bikin lu kaget, Sya." Ucap Erika.

Erika terdiam sebentar sebelum melanjutkan ucapannya.

"Bayu collapse, Sya." Ucap Erika.

Hancur sudah dunia Arsya. Arsya langsung terduduk lemah.

"Sya." Panggil Erika yang langsung duduk disamping Arsya.

"Harries sama Gita kecelakaan, Ka. Mereka masuk jurang." Ucap Arsya datar.

Erika langsung shock dan memeluk Arsya.

Arsya hanya diam seperti patung, tidak membalas pelukan Erika.






















TBC

***

29 Agustus 2018

GOODBYETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang