27. AFTER THE HEARTBREAK

381 12 0
                                    

Have you ever seen the sun after the heartbreak?Frozen somewhere in timeHave you ever seen the stars after the word goodbye?~ Brielle Von Hugel - After The Heartbreak ~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Have you ever seen the sun after the heartbreak?
Frozen somewhere in time
Have you ever seen the stars after the word goodbye?
~ Brielle Von Hugel - After The Heartbreak ~

***

Arsya menatap Papa yang masih terbaring diatas brangkar. Sudah 2 minggu sejak Papa dipindahkan ke Jakarta dan Papa tidak menunjukkan tanda-tanda akan siuman.

Arsya menghela napas, lalu ia merebahkan diri diatas sofa dan memejamkan matanya.

Hari ini tugas Arsya menjaga Papa dari pagi hingga pagi besoknya.

Arsya langsung membuka matanya saat merasakan sesuatu yang dingin menyentuh pipinya.

"Harries?" Panggil Arsya.

"Ngapain disini?" Tanya Arsya.

"Nemenin lu, disuruh nyokap." Ucap Harries.

Arsya mengangguk.

Harries menyodorkan makanan yang terbungkus styrofoam padanya.

"Makasih." Ucap Arsya yang dibalas anggukkan oleh Harries.

Mereka makan dalam diam.

Pikiran Arsya berkelana. Dulu, kalau malam minggu ia akan berkumpul dirumah bersama Mama dan Papa atau jalan-jalan bersama Bayu.

Arsya tersenyum kecut.

Arsya meletakkan kembali makanannya diatas meja lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa, semua itu tidak luput dari pandangan Harries. Harries yang sedang memainkan ponselnya langsung meletakkannya diatas meja lalu duduk menghadap Arsya. Arsya yang mengerti maksud Harries pun melakukan hal yang sama.

"Kapan ya bokap bangun, emang gak capek ya tidur mulu? Gak pusing apa? Gue aja kalau kebanyakan tidur pusing, masa Papa nggak sih, Ries. Emang gak sakit apa badannya tiduran mulu? Nggak pengap apa didalem sini terus, ya walaupun tiap pagi sampe sore jendelanya dibuka biar ada angin sama cahaya masuk tapi kan tetep aja beda didalem sama diluar ruangan. Emang Papa gak kangen kerja apa ya? Papa kan workaholic, tiduran disini kan Papa jadi gak bisa kerja, emang Papa gak kangen gue sama Mama ya? Kan kalau Papa kangen seharusnya Papa bangun, tapi ini nggak.

Terus ya masa si Bayu tiba-tiba kaya lu gitu, Ries, sok-sokan irit ngomong, supaya apa coba? Mau jadi saingan lu? Padahal udah cukup lu sama Nathan yang irit ngomong, dia gak usah ikut-ikutan, lu sama Nathan aja suka bikin orang sewot sendiri, ini dia ikut-ikutan, kan bikin kesel. Udah gitu dia mutusin gue kemaren di taman, biar apa coba? Mana gue ditinggal pas ujan deres, untung ada Nino yang dateng terus anter gue pulang. Heran deh gue." Ucap Arsya. Tanpa sadar air mata sudah membasahi kedua pipinya.

Arsya menundukkan kepalanya, Harries hanya menatap Arsya dalam diam.

"Kenapa sih gue jadi cengeng gini? Gue kan jadi kesel." Gerutu Arsya sambil menyeka air matanya secara kasar.

Arsya mulai sesegukan namun Harries membiarkannya.

"Seharusnya gue waktu itu dengerin lu ya, Ries, buat gak deket-deket sama Bayu tapi gue nya terlalu ngeyel dikasih tahu, seharusnya waktu itu lu jewer kuping gue aja." Ucap Arsya sambil menatap Harries yang dibalas anggukkan oleh Harries.

Arsya bergerak maju lalu menyandarkan kepalanya pada dada Harries.

"Maaf." Lirih Arsya.

Harries mengangkat tangannya lalu mengelus kepala Arsya.

"Gak perlu minta maaf." Ucap Harries yang membuat Arsya semakin merasa bersalah.

Seharusnya waktu itu ia tidak perlu bertemu dengan Bayu. Seharusnya waktu itu ia tidak perlu berkenalan dengan Bayu. Seharusnya waktu itu ia tidak perlu mengenal Bayu terlalu dekat. Seharusnya ia menolak semua ajakan Bayu. Seharusnya waktu itu ia menolak permintaan Bayu.

"Life must go on, yang lalu biarlah berlalu, lu gak bisa merubah apapun dimasa lalu tapi lu bisa nentuin apa yang akan lu lakukan besok. Nangis kalau emang lu harus melakukannya, Sya, tapi janji sama gue, besok lu harus lebih kuat dari hari ini, jangan nangis lagi, air mata lu terlalu berharga." Ucap Harries.

Arsya mengangguk.

Harries pun memajukan tubuhnya dan memeluk Arsya.

Sepupunya ini terlalu rapuh untuk mengetahui semua kebenaran yang ada.

Malam itu Arsya kembali menangis dan tanpa mereka sadari, Papa mendengar semua percakapan mereka hingga ada satu tetes air mata yang jatuh disudut mata Papa.






















TBC

***

29 Agustus 2018

GOODBYETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang