Senja menguning menyuguhkan pemandangan yang patut di syukuri atas nikmat yang Allah berikan. Betapa besar kuasaNya dan kehendakNya. Tapi di balik keindahan yang tersuguh di depan mata, terselip kejadian yang baru saja menyesakkan. Cinta terpendam yang berakhir kehampaan. Senja di Pantai Kuta yang menjadi saksi bisu terpecah sudah harapan cinta mereka.
" Kenapa kamu begitu mudah mengatakannya? Seakan kamu mempunyai dendam padaku ? Apakah aku pernah berbuat salah yang terlewat besar padamu ? Percayalah, kamu bukan Salma yang ku panggil Nafisya sekarang ?'' tutur Ziad berusaha mengenali gadis di depannya.
" Aku tak mempunyai dendam padamu dan aku murni mengatakannya. Dan aku tetaplah Salma Nafisya Fauziah yang dulu dan sampai sekarang. Dan segera akhiri drama yang kau mainkan di depanku. Jadilah seperti dirimu yang dulu. Kebaikan jika hanya untuk mencari perhatian orang, untuk apa ? '' Balas Salma.
" Jika inginmu aku pergi. Aku akan pergi. Jika inginmu aku benci. Aku akan benci. Jika inginmu aku akhiri. Aku akan akhiri. Selamat tinggal Salma. Kita hanya teman.'' Ucap Ziad dengan wajah yang sulit diartikan disertai matanya yang memanas tanda dia sangat kecewa. Kakinya berjalan dan berlalu pergi meninggalkan Salma sendiri di atas tikar, mengantongi sekarung rasa kecewa yang berasal dari gadis pujaannya. Dan dia berjanji tak akan mengusik gadis yang membuatnya benar-benar jatuh cinta padanya. Berusaha menjadikan cinta menjadi benci.
Ada rasa sesak saat Ziad mengatakan itu semua, walaupun Salma tahu itulah kemauannya. Terlebih saat Ziad tak kembali memanggil dirinya dengan panggilan khusus. Entahlah panggilan yang dua minggu lalu, Ziad meminta izin dirinya untuk menggunakan nama tengah itu. Mirisnya, hanya Ziad yang memanggil dirinya seperti itu, semacam panggilan spesial darinya.
Salma memalingkan wajahnya ke arah laut yang menyuguhkan cahaya oranye ketika punggung Ziad sudah mulai tak terlihat. Bak tertelan cahaya kekuningan di senja yang bersinar terang-terangnya.
Senja, sudahkah kau melihat kejadian yang benar-benar telah menghancurkan hatiku saat ini. Walaupun hati tak sejalan dengan perkataanku. Tapi aku ikhlas senja. Aku melakukannya karena bukti cintaku kepada Tuhanku. Jika kamu bertanya, kenapa aku ikhlas tapi masih meratapinya ? Ingatlah senja, aku tetaplah wanita yang rapuh. Biarkan hati ini tenang, karena tenangnya hanya dengan menangis. Meluapkan semuanya dengan air mata yang begitu derasnya menetes. Sudahkah kau menyaksikannya senja, kau tak mungkin mampu membohongiku. Ceritakan kepada Rabbku, bahwa hambanya disini telah melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Mohonkan padaNya bahwa disini ada seorang gadis yang membutuhkan kehangatan dan ketentraman yang sejati dari Tuhannya.
Matanya telah memanas siap menjatuhan bulir beningnya. Mata yang semula tegar berganti dengan air yang mulai memenuhi pelupuk matanya. Tubuhnya seakan memberikan kode untuk jangan menangis di depan banyak orang. Tapi apa boleh buat, hatinya memang butuh ketenangan dan hanya dengan menangislah pereda kegundahannya.
Dia berlari menahan tangisnya agar tak tumpah menuju kamar kecil yang di sediakan pengelola pantai Kuta ini. Dia berlari agar lekas sampai di dalamnya dan ingin mengeluarkan sesak yang sejak tadi menghimpit dadanya dengan sangat kuat.
Sesak, sakit, patah, remuk, kelu bercampur menjadi satu. Sungguh, hanya tangislah yang menjadi temannya menyendiri saat ini.
Allah..apakah aku salah telah mengatakannya. Salahkah ? Hiks.. Apakah sekarang aku termasuk orang paling jahat. Allah.. kenapa rasanya sangat sakit hanya dengan mengatakan itu semua. Aku belajar ikhlas ya Allah, tapi nyatanya mengapa seremuk ini. Apa aku orang yang dzolim padanya. Aku telah menyakitinya dengan segala perkataanku. Aku telah mematahkan hatinya, aku telah membuatnya putus semangat karenaku, aku telah merendahkan perasaannya, aku telah mrendahkan harga dirinya serendah-rendahnya. Akulah si dzolim itu, Ya Allah..
Tangis Salma semakin pilu saat dia mengingat segala perkataan yang dia lontarkan kepada Ziad beberapa menit lalu.
Dengan cepat ia meminta ampun kepada Rabbnya atas segala kata yang keluar dari mulutnya sendiri yang terlewat dari kata buruk.
Salma menyudahi tangisnya, hatinya sudah mulai tenang setelah mengadukan semuanya kepada Rabbnya.
Dia berniat mencuci muka dan keluar dari kamar mandi. Pasti di luar sana Nesa sudah kewalahan mencarinya. Salma memutuskan keluar kamar mandi setelah dirasa penampilannya tak semenyeramkan tadi.
" Salma kan ? Kelas IPA 1 ?'' tanya seorang gadis, dialah Zahra. Kembaran Ziad yang beberapa menit lalu menyatakan cinta untuknya.
" Iya,'' jawab Salma seadanya.
" Wajah kamu pucat, kamu sakit ?'' tanya Zahra pada Salma yang memang wajahnya tak bisa di katakan baik-baik saja.
" Enggak kok, aku baik-baik saja. Percayalah.'' Tutur Salma meyakinkan Zahra didepannya. Walaupun nyatanya dia memang tidak sedang baik-baik saja.
" Oh yaudah. Nanti kalau ada apa-apa bilang aja sama aku. Kamu temannya kak Ziad kan, jadi jangan sungkan sama aku. Aku adiknya alias kembarannya'' Balas Zahra memberikan perhatian kepada Salma.
" Iya pasti. Jika aku butuh akan menghubungimu,'' balas Salma yang masih dirundung rasa bersalah.
" Aku duluan ya,'' pamit Zahra pada Salma yang hanya diangguki oleh Salma.
Tak tahukah kau Zahra, aku telah menyakiti kakak yang menjadi kembaranmu. Setelah kau tahu, apakah kau akan tetap baik padaku ? Bukankah kamu pasti merasakan apa yang kakakmu rasakan.
💦💦💦
Salma berjalan menyusuri pasir Pantai Kuta yang terasa lembut di telapak kakinya. Nyaman, itulah yang dirasakannya. Hingga sampai terdengar suara yang mengucapkan namanya dengan sirat rasa cemas saat orang itu memanggilnya. Dialah Nesa, sahabatnya.
Pasti sejak tadi dia sangat khawatir mencariku, batin Salma.
" Sal, dari mana saja sih ? Gue cari juga. Wajah lo pucat. Lo sakit ? Kalau sakit kita kembali aja di bus. Sebentar lagi kita akan balik ke villa kok. Kita tunggu disana aja.'' Kata Nesa yang terdengar sangat khawatir terhadap sahabatnya. Tidak biasanya sahabatnya itu menghilang tanpa kabar di tempat umum seperti ini.
" Udah, aku gak apa-apa kok, kita jangan tunggu di bus. Kita bareng naik busnya sama temen-temen yang lain. Jarang-jarang kita liat sunset, di pantai Kuta lagi. Kita habisin waktu kita sebaik-baiknya disini. Kapan lagi kita kesini coba,'' Salma meyakinkan sahabatnya kalau dia baik-baik saja sambil melihat miris ke senja yang sudah tak semenguning tadi.
Hanyalah senja yang tahu dan mengerti kejadian apa yang membuatnya seperti ini.
" Yaudah, lo kalau kenapa-napa bilang ya. Jangan ngilang gitu aja. Terus habis darimana tadi ? Gue cari muter-muter sepanjang bibir pantai kok lo gak ketemu ?'' tanya Nesa yang masih penasaran dengan yang Salma alami.
" Aku habis dari kamar kecil, ya jelas kamu gak nemuin aku di sepanjang bibir pantai. Akunya aja di toilet.'' Tutur Salma memang sesuai kenyataannya.
Ada suatu keadaaan yang tak bisa aku berbagi keluh kesah padamu Nes, biarlah ku pendam dulu kejadian yang sangat membuatku merasa bersalah. Membuat hatiku seakan hancur tak berkeping. Tapi aku janji, suatu saat nanti aku akan bercerita kepadamu, batin Salma.
Keduanya menikmati sunset yang tiada tara keindahannya. Cahaya kuning yang bersinar memberi bias indah pada langit dan juga air laut yang terhampar bergelombang.
Sungguh, nikmat yang patut di syukuri ketika mata masih bisa melihatnya. Sampai panggilan untuk seluruh manusiapun terdengar merdu di seluruh penjuru. Mengajak manusia untuk menunaikan kewajibannya sebagaimana seorang hamba. Ya, panggilan Allah lewat perantara manusia yang bernamakan adzan.
*
*
Bersambung...
💦💦💦
Jazakumullohu khoir. Salam,
ShintaShine
----------
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Terpendam [TELAH TERBIT]
Духовные[Teenfiction - Spiritual - Romance] Sebagian Part Telah Dihapus. PEMBELIAN E-BOOK BISA MENGHUBUNGI PENULIS! ⚠️ Novel Fisik sudah tidak tersedia. #1- hijrah (3-8-2018) #1- cintadalamdiam (3-8-2018) #1- indonesiatanpapacaran (12-8-2018) #2 - spiritual...