Part 22 | Reka Ulang

12.7K 673 25
                                    

Bismillah. Selamat membaca. Jangan lupa ambil hikmah dibalik cerita.
---------

Salma menatap horor pintu di depannya. Pintu kamar Ziad. Yah, kamar yang akan menjadi kamarnya juga.

" Masuk atau enggak ya ?'' gumam Salma bingung. Uminya menyuruh dia untuk menemui Ziad di kamarnya. Tapi nyalinya terlalu ciut untuk sekedar menyapanya saja.

" Gimana ini, tidak mungkin kan aku turun lagi menemui umi. Jelas-jelas umi menyuruhku untuk ke kamar.'' Dengung Salma lagi sambil meremas ujung jilbab lebarnya.

Ceklek. Suara pintu terbuka.

Dan munculah sosok Ziad. Tunggu, penampilannya sudah seperti tak terawat dari kemarin. Padahal seingat Salma tadi pagi masih segar-segar saja.

" Ngapain kamu disitu ?'' Salma terperangah mendengar Ziad berbicara dengannya.

" Ehmmm..'' Salma bingung harus menejawab apa. " Tadi.. Salma di suruh umi untuk ke kamar.'' Jawab Salma dengan gugup sambil menunduk memilin ujung khimarnya.

" Yaudah masuk sana, barang-barang kamu sudah ada disana. Tata aja sesukamu !'' Ucap Ziad tegas dan terdengar ketus.

" Ehhm.. iya. Salma akan menatanya.''

" Aku akan pergi ke Rumah Sakit sekarang. Ada sedikit urusan.'' Kata Ziad selanjutnya sambil merapikan sedikit rambutnya.

" I..ya'' Rasanya lidah Salma terlalu kelu untuk berbicara dengan Ziad. Hanya menjawab dua kata 'iya' saja dia telah berusaha sekuat tenaga.

Setelah Ziad tahu Salma sudah meresponnya. Ziad pergi begitu saja sambil membawa tas kerjanya dan jas putih yang tersampir di lengannya.

Namun tiga langkah Ziad mulai berjalan meninggalkan Salma. Salma berucap dengan sedikit berteriak.

" Tunggu !'' Ziad terhenti dari langkahnya.

Salma berbalik ke arah Ziad yang berhenti di belakangnya.

" Ehmm..'' Salma benar-benar gugup sekarang. Tapi dia harus bisa melakukannya.

" Ijinkan Salma untuk menjadi istri yang baik.'' Salma meraih tangan Ziad, lalu ia mencium punggung tangan Ziad dengan tulus. Menyalurkan energi bahwa hidupnya kini berada di bawah ridhanya, yaitu suaminya yang bernama Ziad.

" Walaupun Salma yakin ini akan merepotkan.. ehmm Mas ?'' Salma sedikit mengecilkan volumenya saat ia memanggil Ziad 'Mas'. Dan melirik ke arah Ziad memastikan kalau ia tidak salah berbicara. Syukur, kalau Ziad mengijinkan dia memanggilnya dengan panggilan itu.

Ziad yang mengerti Salma gugup dan kikuk memanggilnya 'Mas' hanya mampu mengangguk memberi persetujuan kalau dirinya tidak keberatan.

Ziad tersadar kalau tangannya kini masih di genggam oleh Salma. Buru-buru Ziad melepaskannya.

" Aku pergi dulu. Assalamu'alaikum.'' Ucap Ziad begitu saja sambil berjalan meninggalkan Salma yang masih menatap punggung Ziad menuruni satu per satu tangga rumah yang menghubungkan lantai dasar dengan lantai kedua rumah ini.

" Wa'alaikumsalam, Mas'' Salma tersenyum di akhir kalimatnya. Suatu awal yang baik dia bisa melakukannya hari ini.

Jika mas menganggap aku egois, memang disinilah seharusnya sisi egoisku keluar. Ini bukan menyangkut pernikahan yang bisa saja berhenti oleh kata ' thalaq'. Tapi ini menyangkut halal dan haram. Karena disini aku halal untukmu begitupun sebaliknya. Dirimu halal untukku, gumam Salma dalam batinnya.

Cinta Terpendam [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang