Part 23 | Pernikahan Impian Tapi Bukan

14.2K 668 46
                                    

Bismillah. Selamat Membaca. Jangan lupa ambil hikmah dibalik cerita.
---------

Bukan.

Bisa saja diwaktu yang bersamaan dengan pengalaman buruk Ziad lain. Bukan karena kejadian itu.

" Lalu umi ?'' Salma sungguh penasaran akan kelanjutan cerita uminya.

" Singkat cerita, ketika Zahra pulang dari pondok tahfidznya dia bercerita sama umi.'' Uminya menatap lekat Salma.

Zahra ? Kenapa Zahra. Memang Zahra adalah temanku saat di pondok tahfidz dan kita sangat dekat. Ah, aku lupa aku pernah bercerita tentang kakaknya yang ku tolak mentah-mentah pada Zahra. Aduh, kenapa menjadi sesempit ini jalan takdirku. Kurasa Zahra mau memendamnya saja, tapi kenyataannya apa ? Uminya tahu mengenai ini. Sungguh, memalukan sekali.
Batin Salma bergejolak.

" Kenapa bengong ?'' tanya uminya yang melihat Salma menunduk dan terlihat memikirkan sesuatu.

" Hah, tidak umi.'' Salma tidak boleh sok tahu dulu. Mungkin saja yang diceritakan Zahra bukan mengenai dirinya.

" Zahra bercerita tentang kamu.''

Salma sontak terkejut. Tepat sasaran yang dipikirkannya beberapa detik lalu.

" Zahra bercerita kalau kamu pernah menolak Ziad, anak umi mentah-mentah.'' Uminya menatapnya semakin lekat.

Apakah uminya marah Salma dulu pernah menolak anaknya dengan tragis ?

Uminya tersenyum. " Tapi umi bangga sekali dengan kamu nak,'' Umi memeluk Salma dengan erat. " Kamu mampu menjaganya dengan baik, maafkan anak umi yang tak tahu aturan itu.'' Ucap uminya dengan nada merajuk di akhir kalimatnya.

Anak yang tak tahu aturan ?

Memang kalimat cocok untuk Ziad kala itu.

" Dan apakah Zahra hanya bercerita itu saja ?'' tanya Salma yang penasaran.

" Zahra juga bercerita...'' sekilas uminya menjeda perkataannya.

" Kamu mencintai Ziad kan ?'' tanya uminya melepas pelukannya dan balik menatap Salma lebih dalam.

Salma hanya diam. " Dari mata kamu saja umi sudah dapat menebaknya. Itulah yang menjadi alasan besar umi menyetujui perjodohan ini.'' kata uminya.

" Jadi ?'' ucapan Salma menggantung.

" Iya, dan sangat kebetulan papamu adalah dokter senior di Rumah Sakit yang biasa menangani abdi negara seperti abi kan ? Dari situlah abimu mulai akrab dengan papamu.''

Ya Allah, apakah semua ini terjadi hanya kebetulan semata. Tapi mungkinkah dari sepanjang jalan hidupku yang penuh kejutan ini hanya kebetulan, atau ini sudah menjadi naskah takdir yang Engkau buat untukku ?

" Assalamualaikum..'' ucap seseorang di ujung pintu.

Sontak kedua wanita yang asik bercerita menengok ke sumber suara.

" Wa'alaikumsalam.'' Ucap keduanya.

Salma berjalan menghampiri suaminya, mencium punggung tangannya khas seorang istri dan mengambil alih tas dan jas yang dibawa suaminya. Ya, yang mengucap salam tadi adalah Ziad.

Ziad hanya diam saat Salma melayani dirinya. Toh, disitu juga ada uminya. Tidak enak kalau umi tahu pernikahan yang mereka bangun belum seperti layaknya pernikahan impian.

" Kamu baru pulang nak ?'' tanya uminya yang ditujukan untuk Ziad.

" Iya umi. Lagi banyak operasi.'' Uminya mengangguk mendengar jawaban Ziad.

Cinta Terpendam [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang