Part 20 | Duka

12.9K 678 39
                                    

Bismillah. Selamat membaca. Jangan lupa ambil hikmah dibalik cerita.
----------

Hidup di zaman akhir memang penuh konsekuensi. Maksiat berterbaran dimana-mana, terlebih dahsyatnya fitnah di akhir zaman. Entah dari segi apapun, yang parahnya agamapun jadi bahan fitnahnya. Astaghfirullahal 'adzim.

Banyak yang membuat atau mengubah akidah agama sehingga menjerumuskan sebagian kaum yang nihil iman. Sungguh miris.

Ziad berlari tergopoh-gopoh menuju ruang di salah satu Rumah Sakit. Jantungnya sejak tadi sudah seperti keluar dari tempatnya. Abinya, ya abinya yang bertugas ikut andil dalam memelihara keamanan di negaranya, harus menjadi korban ledakan bom yang dijatuhkan oleh manusia yang amat hina. Ya atau lebih tepatnya disebut teroris.

Hingga Ziad tepat di depan pintu ruang abinya di tangani. Terlihat uminya dan juga Zahra yang berharap cemas dan air mata yang sudah tidak dapat dibendung lagi.

" Bagaimana keadaan abi, umi ?'' tanya Ziad dengan air mata yang sudah berada di pelupuk. Sungguh, pemandangan yang seperti inilah yang tidak ingin dia lihat dalam keluarganya.

Uminya masih tak menjawab. Hanya isakan kecil lah yang lolos dari bibir uminya. Siapa yang tega melihat separuh imannya berada di kondisi yang abi Ziad hadapi. Kesakitan suami adalah kesakitan istri juga.

Hingga Zahra mengeluarkan suara. " Abi masih ditangani oleh dokter, kak.'' Zahra menjawab pertanyaan Ziad.

Mendengar itu, Ziad hendak masuk kedalam ruang IGD tempat abinya di periksa.

" Kakak mau ngapain ? Kakak gak boleh masuk kalau lagi emosi seperti itu ." cegah Zahra yang mulai mencekal Ziad

" Aku ini dokter, Zahra !!'' bentak Ziad

" Aku tahu kakak dokter, tapi kakak sedang tidak baik.'' Zahra kekeuh mencegah Ziad untuk tidak masuk walaupun Zahra sedikit kaget kakaknya membentak dirinya.

Sedangkan uminya, sudah tidak dapat di katakan lagi. Uminya memilih diam menenangkan hatinya. Tak tertinggal bibir yang selalu bergerak menandakan tak henti meminta yang terbaik dari Sang Maha Penolong.

" Astaghfirullahal 'adziim..'' Ziad bersandar di tembok samping pintu ruang abinya di tangani dengan tangan yang menutup wajahnya. Bagaimana tak terpuruk, ayah yang menjadi penguat hidupnya kini berbaring lemah di bankar tempat seharusnya ia menangani pasien.

Tak berselang lama pintu IGD terbuka, dan menampilkan dokter yang cukup berumur. Terlihat seperti dokter senior di Rumah Sakit ini.

" Dengan keluarga Tn. Adi Harits ?'' tanya dokter itu

" Kami dok, kami keluarganya. Bagaimana keadaan abi saya dok ?'' tanya Ziad diikuti Zahra dan uminya di belakang.

Dokter yang menangani abinya pun tidak langsung menjawab. Namun setelahnya dokter mempersilahkan Ziad dan keluarganya memasuki ruang IGD.

Ziad dan keluarganya mendekati bankar pemimpin keluarganya. Sungguh miris Ziad melihat keadaan abinya, apa harus seperti ini akhir dari setiap abdi negara ?

Ziad meneteskan air matanya melihat penasehat dan penyemangat hidupnya tak berdaya di kasur pesakitan.

" Abi... abi baik-baik saja kan ?'' tanya Ziad lirih pada abinya.

Namun abinya hanya membalas dengan senyuman. Ya, senyum yang sulit diartikan.

" Abi bakal menemani Ziad terus kan ? Kita akan bareng-bareng lagi sama Umi dan juga Zahra. Walaupun abi jarang ada di rumah, tapi kami selalu bahagia abi pulang ke rumah dengan selamat. Perjalanan hidup Ziad masih panjang, Ziad gak akan kuat menjalaninya tanpa abi. Ziad masih butuh abi.'' Ungkapan hati Ziad yang entah mengapa keluar begitu saja. Mungkinkah ini firasat ?

Cinta Terpendam [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang