Part 9 | Tetap Pada Prinsip

14.7K 690 8
                                    

Bismillah. Selamat membaca. Jangan lupa ambil hikmah di balik cerita.
------------

Hari ini adalah hari dimana semua siswa harus rela meninggalkan Kota Pura yang beberapa hari ini mengisi momen hari-hari mereka. Ya, hari ini perjalanan kembali dan mulai siap mengawali hari-hari sekolah dengan penuh semangat dan giat dalam menghadapi beruntunan ujian yang telah menunggu di depan mata.

Salma mulai memasukkan beberapa perlengkapan dan pakaiannya kedalam koper kecil miliknya. Dia tidak menyangka selepas pulang dari study tour yang menurutnya akan menambah pengetahuan dan momen menyenangkan dalam hidupnya, malah berbuah sebaliknya. Pulang dengan membawa kenangan pahit yang tiada berujung yang terus menari-nari menghantui lembar demi lembar kehidupannya.

" Rasanya lima hari ini terasa sangat lambat,'' Salma bergumam mengingat kegiatan studytour-nya yang jauh dari kata mengesankan.

" Lo nggak suka kita studytour disini Sal ? Lo kok ngomong gitu ?'' tanya Nesa yang mendengar gumaman Salma yang tersirat rasa kecewa.

" Oh, nggak kok. Aku sangat senang bisa studytour disini. Aku cuma kangen aja sama mama dan papa serta kak Rendy.'' Balas Salma yang memang tidak sepenuhnya berbohong. Dirinya memang benar-benar merindukan kehangatan dari keluarga yang sangat menyayanginya.

💦💦💦

Tibalah semua siswa di sekolah menunggu jemputan dari masing-masing orang tua mereka. Kali ini Salma akan di jemput oleh lelaki cinta pertamanya, yaitu papanya. Sudah lama Salma tidak merasakan kembali perhatian dan perlakuan yang manis dari seseorang yang sangat dia hormati itu, sebab kesibukan yang terus menyita perhatian papanya dan terpaksa menomorduakan perhatian untuknya.

Terlihat di seberang jalan, Ziad serta kembarannya, Zahra menuju mobil yang sengaja dia titipkan di rumah samping sekolah agar memudahkannya untuk langsung pulang menuju rumah mereka tanpa menunggu jemputan dari orang tuanya.

Salma teringat bagaimana Ziad mengantarkan ia pulang dengan begitu sopan dan manisnya. Salma tersenyum getir mengingat itu hanyalah sandiwara Ziad saja. Berlaku baik hanya karena dirinya. Bukan murni perlakuan dari hati nuraninya.

Salma tersadar dari lamunannya,ketika mendengar bunyi klakson mobil yang berhenti didepannya. Papanya, ya itulah papanya. Sudah lama Salma rindu akan kehangatan yang papanya biasa berikan. Karena tiga bulan terakhir ini papanya sedang dinas ke luar kota yang menyulitkan dirinya bermanja-manja dengan cinta pertamanya itu.

Dirinya langsung berlari memeluk papanya yang tiada kata berubah dalam menyayanginya.

" Salma kangen,'' ucap Salma di sela-sela isak tangisnya. Entah mengapa air matanya selalu luruh jika telah menyangkut orang tuanya. Terlebih papanya yang bekerja keras bercucuran peluh yang hanya untuknya serta keluarganya.

" Anak papa sudah besar masih saja cengeng,'' kata papanya yang selalu menenangkan saat terdengar ditelinga Salma.

" Ya biarin, Salma kan kangen. Masa anaknya diduain sama jarum-jarum suntik serta peralatan medis yang menyeramkan itu. Mereka kan musuh Salma. Salma nggak mau papa terus-terusan sama mereka.'' Ucap Salma dengan nada sebal bercampur manja. Papanya yang mendengarnya pun hanya tertawa.

" Udah pulang yuk, mama sudah menungu di rumah. Nggak malu nangis di pinggir jalan. Nanti mikirnya orang-orang, papa nghukum kamu lagi karna kamu bandel,'' ucap papanya yang diangguki Salma. Bibirnya menyunggingkan senyum atas lelucon papanya yang ditujukan untuk menghiburnya.

💦💦💦

Di lain waktu Ziad yang mencoba fokus dengan kemudinya, sesekali melamun memikirkan kejadian yang sudah beberapa hari ini mengganggunya. Bagai klise film yang terus terulang berputar-putar mengisi setiap kepingan jam di harinya. Dia teringat bagaimana gadis yang selama ini dia kira baik, yang mampu membantunya untuk merubah dirinya.

Cinta Terpendam [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang