Part 16 | Tujuan Hidup Baru

13.7K 638 1
                                    

Bismillah. Selamat membaca. Jangan lupa ambil hikmah dibalik cerita.
-------------

Tak terbayang oleh Salma, keinginan yang dulunya berupa kagum dan berangan ingin menjadi seperti mereka yang terpilih, kini menjadi kenyataan. Dan lebih tepatnya masih berjalan menuju puncaknya.

Diary Salma, 28 Mei 2016

Selamat tinggal untuk perjalanan takdir yang mengajarkanku arti kehidupan yang sebenarnya. Lelah, letih, susah, duka, dan mengeluh yang selalu mengiringiku dalam mencapai sukaku di dunia. Karena aku sadar, niatku jauh dari melibatkan Allah dan perbuatan yang selalu membuatNya kecewa.
Dan untuk cinta semu yang masih terpendam, terima kasih telah mengenalkanku dengan sosok yang bernama cinta. Cinta yang tidak seharusnya ada lebih tepatnya. Terima kasih untuk segala pengalaman yang kau beri, tangis, suka, benci dan kecewa yang bersamaan. Semoga benci dan kecewamu menjadi berkah dibalik rasa sakitmu. Jika kita berjodoh, bukankah Allah telah menulis skenario hidup yang jauh lebih indah. Percayalah, Dialah pemilik hati manusia, yang Dia bolak-balikkan sesuai kehendakNya. Ku jaga namamu disetiap doa yang berisik ku panjatkan untukNya. Karena hanya dengan berdoa aku mampu mengimbangi rasa yang kau beri.

Ungakapan kata demi kata terangkai indah di dalam buku yang bersampul merah jambu milik Salma yang bertuliskan Diary. Entah sejak kapan Salma selalu ingin mencurahkan kejadian yang menimpa dirinya di buku Diary miliknya. Serasa memiliki sahabat yang aman menerima segala curahan hatinya kapanpun.

Hari ini adalah hari terakhir Salma di rumah. Koper dan keperluan yang menemaninyapun sudah tertata rapi disamping tempat tidur yang dia duduki sekarang. Tak lupa keperluan pribadinya pun sudah rapi, tinggal menunggu terangkut bersama dirinya besok.
Mata Salma berkeliling melihat seisi kamarnya.

Pasti aku akan rindu dengan kamar ini.
Tak lain, di kamar inilah ia bermanja-manja ketika dia malas dan setiap paginya mendapat ucapan dan tangan halus selembut sutra yang membangunkan dirinya ketika dirinya lalai. Ya, dialah mamanya. Tak terbayang seperti apa nanti nasibnya hidup jauh dari orang-orang yang dia sayang. Kak Rendy yang selalu membelanya dan sosok papa yang menuruti semua kemauannya.
Salma mendongakkan kepalanya ke atas, tak terasa air mata sudah mulai turun dari pelupuk matanya.

Mengapa mata ini tak bisa diajak kompromi ketika sedang sedih ?

Tangannya mengusap air mata yang turun di pipi tirusnya. Tak sengaja Salma memandang ke arah dinding yang rapi tertempel foto-foto yang sengaja dia pasang sebagai nostalgia perjalanan hidupnya. Satu foto membuatnya diam sejenak. Matanya kembali mengeluarkan air mata.

Maaf jika menyakitimu waktu itu, semoga sakit dan kecewamu berubah kebaikan untuk dirimu sendiri. Maaf belum bisa menerima cintamu kala itu. Aku tahu tak seharusnya rasa itu ada. Tak tahukah kau ? Selama ini selalu bayangmu yang menghantuiku. Mungkin karena rasa bersalahku yang membuatku tak henti memunculkan bayangmu atau rasa cinta yang Dia beri untukmu. Entahlah, aku tak tahu. Tak henti-hentinya ku meminta yang terbaik dariNya. Jika dirimu adalah jawabannya. Aku pasti sangat bersyukur. Aku tak tahu apa yang ku rasa sekarang, yang pasti, hati ini cukup nyaman mengorek tentang dirimu.

Ya, foto yang dia ambil ketika dia sedang berada di pantai Kuta. Pantai yang membuatnya menangis di ujung senja menampakkan pesonanya. Di dalam foto itu terlihat regunya berkumpul di atas tikar yang sengaja digelar di atas pasir pantai Kuta yang lembut. Terlihat Ziad sedang sibuk dengan kamera yang dia pegang. Salma tersenyum getir melihat foto yang dia tempel sendiri di dinding kamarnya.

Cinta Terpendam [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang