Part 2 - Kehidupan Dev dan Tulisan Kiran

9.7K 941 17
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 21.46. Kira-kira seperempat jam lagi Selasar tutup. Para pegawai nampak mulai membereskan Selasar. Mengepel lantai, mengelap meja, menutup tirai jendela, membersihkan perlengkapan kafe mulai dari coffe maker hingga cangkir kopi dilakukan para pegawai dengan cekatan.

Hari ini Selasar ramai, sama seperti biasanya. Pengunjungnya pun beragam, mulai dari anak sekolah, mahasiswa, hingga pekerja kantoran. Sama seperti pegawai di lantai bawah Selasar, lampu lantai atas Selasar juga masih menyala. Dev - pemilik ruangan - masih berkutat dengan laptopnya. Memeriksa keuangan, pengeluaran dan pemasukan, sistem pelayanan, sampai cek kepuasan customer Selasar selalu ia lakukan.

Tok tok tok..

Ketukan pintu membuat Dev mengalihkan fokus dari laptop di mejanya.

"Masuk.."

"Malem bos. Mau laporan bos. Selasar udah clean, anak-anak udah pada di bawah nunggu wejangan dari si bos.." Jovan, barista andalan Selasar selain Hangga. Kebetulan dia menggantikan Hangga untuk masuk shift malam.

Dev mengecek jam kecil di atas mejanya. Pantas saja, sudah jam sepuluh lebih.. pikir Dev.

"Oke. Suruh anak-anak tunggu sebentar. Saya mau beres-beres ruangan dulu. Give me 5 minutes please.."

"Siap bos!" ucap Jovan dengan tangan terangkat seperti posisi hormat, kemudian berlalu dari hadapan. Namun baru beberapa langkah, Jovan kembali menghadap Dev lengkap dengan tangan yang menepuk jidatnya pelan.

"Lupa kan bos. Ini..." Jovan mengeluarkan sebuah buku berwarna hijau tosca dari kantong apronnya. Ia mengulurkan buku itu ke hadapan Dev.

Dengan kerutan yang tercetak jelas di dahinya, Dev menerima buku kecil tersebut. "Dalam rangka apa kamu ngasih saya beginian?"

"Yeu.. itu mah bukan dari saya bos. Itu buku saya nemu di bawah meja kafe yang di bagian pojok depan sebelah kanan, yang deket kaca itu lho bos. Kalau menurut saya itu kayaknya punya salah satu dari kumpulannya mbak Gia, mbak Kiran, sama mbak Athena." Jelas Jovan, mengingat-ingat tempat ia menemukan buku hijau tosca itu.

"Oh.. ya udah biar saya simpan dulu. Makasih Jo."

"Oke bos. Saya permisi. Hormat lagi lah biar afdol.."

Dev menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Jovan. Ia kemudian mematikan laptopnya, memasukkannya ke dalam tas, merapikan sedikit berkas-berkas di atas mejanya.

Di ambilnya handphone yang sedari tadi dibiarkan dalam mode diam. Sembari mematikan lampu ruangan, ia mengecek pesan dan notifikasi yang masuk ke handphonenya.
Ada cukup banyak pesan yang dikirim ibunya. Isinya hampir sama, menanyakan kapan mampir ke rumah - atau lebih parah menanyakan perihal calon menantu.

Seperti salah satu pesan yang ia terima hari ini.
From : Mom (21.11)
Kapan kamu pulang ke rumah? Jangan sibuk ngurus kafe terus! Bawain mamah mantu!!

Dev hanya mendengus membaca pesan dari sang ibu. Umurnya baru 26 tahun. Untuk ukuran laki-laki dirinya masih tergolong muda. Dan sungguh disayangkan, sang ibu sudah ngotot minta menantu. Dikira cari istri gampang!

Mencari kekasih seharusnya bukan hal yang sulit dilakukan bagi Dev Rajendra. Tapi Dev tidak mau terburu-buru dan gegabah. Terlebih, ia tak mau jatuh pada lubang yang sama. Mencintai wanita yang sama - wanita yang salah.

Penghianatan sang mantan kekasih membuat dia sedikit enggan berkomitmen kembali. Ya seperti cuitan anak zaman sekarang, ditinggal pas lagi sayang-sayangnya itu sakit. Apalagi diputusin secara sepihak dengan alasan klise "kamu terlalu baik buat aku. Maaf kita nggak bisa lanjutin hubungan ini. Aku harap kamu dapet yang lebih dari aku."
Oh of course! Nggak usah dibilangin juga gue bakal dapet yang lebih dari elo.. kira-kira seperti itu kata-kata yang dikeluarkan Dev ketika Zoya sang mantan memutuskannya dua tahun yang lalu.

REUNI(TE) - [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang