Part 13 - Harapan Kiran

5.9K 531 24
                                    


"Bang Dev jangan bilang kalau pingsan gara-gara lupa makan sama kurang tidur?! Malu-maluin Irene aja deh! Lagian kan ada Mbak Kiran juga. Minta diingetin kek, minta dimasakin, kalau perlu minta disuapin!"

Setelah Hangga datang mengantarkan obat yang telah ditebusnya di apotek, Dev yang masih terduduk lemas di mini sofanya hanya memutar matanya jengah mendapat ceramahan panjang lebar dari sang adik. Adiknya itu nggak jauh beda dengan sang ibu. Sebelas dua belaslah! Padahal di ruangan itu juga masih ada Kiran yang dari tadi menemani Dev bahkan membantu Dev meminum obatnya.

Tapi... diomeli adik sendiri di depan pacar sendiri? Mau ditaruh mana wajah Dev ha?? Tunggu dulu, apa tadi dia bilang? Pacar?
Mati aja elo Dev! Ujar batinnya berteriak.

Kiran yang dari tadi menyaksikan perdebatan konyol dua bersaudara ini hanya bisa mengulum senyum. Baru kali ini dia melihat wajah tertekuk milik Dev ketika diceramahi oleh adiknya. Dan anehnya wajah Dev itu terlihat begitu lucu! Namun lama kelamaan Kiran sebenarnya agak tidak tega melihat ekspresi Dev. Walaupun jauh dalam hati Kiran ia merasa setuju dengan ceramahan panjang dari Irene. Dev sakit seperti sekarang ini kan memang karena kecerobohan dan kebandelan Dev sendiri.

"Udah-udah. Irene, mbak ngerti kalau kamu sekarang lagi kesel sama abangmu ini. Tapi kan kak Dev baru aja siuman, marah-marahnya di pending dulu ya.."

"Tuh dengerin kata mbakmu! Abangnya masih sakit malah pake diceramahin lagi.." Demi apa ini adalah kali pertama Kiran melihat seorang Dev Rajendra menggerutu manja.
Dan.. apa tadi katanya? Mbakmu? Itu maksudnya... aku??

"Kak Dev juga. Kalau emang tubuhnya udah berontak, jangan dipaksain. Jadinya kayak gini kan.." Kali ini giliran Dev yang diceramahi oleh Kiran. Sedangkan Dev mengerucutkan bibirnya kesal. Irene yang melihat itu kemudian membelalakkan matanya horor.

"Heh!! Nggak usah sok imut kayak gitu! Sumpah ya papan tripleks datar macem abang itu nggak pantes manyun-manyunin bibir tau nggak. Udah lah Irene pulang aja. Bisa gila lama-lama Irene di sini. Mbak Kiran nitip laki-laki yang satu ini ya. Kayaknya abang butuh istirahat deh. Irene minta tolong anterin abang pulang ke apartemennya ya? Soalnya Irene ngga yakin abang bisa sampai di apartemen dengan selamat dalam keadaan menyedihkan kayak gini. Kalau abang macem-macem tinggal gebuk aja mbak. Irene ikhlas.."

"Irene!!" Dev menggeram marah pada adik perempuannya itu, sedangkan Irene hanya memutar bola matanya malas kemudian memeluk Kiran singkat dan bergegas keluar dari ruangan Dev. Bahkan sebelum benar-benar keluar dari ruangan itu, Irene masih sempat-sempatnya menjulurkan lidah mengejek Dev. Dev yang melihatnya hanya memelototkan matanya galak, yang lantas disusul kekehan ringan dari Kiran di sebelahnya.

"Kalian ini kayak anak kecil ya. Tapi kalau dipikir-pikir lagi kejadian kayak gini sebenernya familiar buat aku.."

"Familiar?" Beo Dev pelan.

"Iya, familiar. Ngingetin aku sama mas Dewa kalau lagi berantem.." kata Kiran mengingat-ingat beberapa memorinya bersama Dewa. Kiran kemudian mengarahkan pandangannya pada Dev yang ternyata tengah menatapnya cukup intens. Dan lagi-lagi jantungnya dengan kurang ajarnya kembali berdebar kencang. Padahal Dev hanya menatapnya, bukan melakukan sesuatu yang iya-iya - seperti ciuman misalnya.

Wah ngaco! Gue kenapa inii?
Suara alam bawah sadar Kiran kembali meronta. Setelah memejamkan matanya singkat, mengusir pikiran-pikiran aneh yang tiba-tiba memenuhi kepalanya, Kiran lantas kembali menatap Dev, mengabaikan tatapan Dev yang ternyata masih tertuju ke arahnya.

"Jadi, kak Dev mau pulang atau gimana? Kayaknya sih kak Dev emang beneran perlu istirahat. Kata Tantra tadi efek ngantuknya bakal berasa setelah kak Dev minum obatnya.."

Tidak ada yang salah dengan kata-kata Kiran tadi. Dirinya hanya menyampaikan apa yang sempat disampaikan Tantra setelah dia menuliskan resep obat untuk Dev. Nyatanya, Dev memang butuh banyak istirahat dan asupan makan yang teratur. Terlalu banyak begadang dengan setumpuk pekerjaan ternyata menimbulkan dampak negatif bagi Dev. Insiden pingsan tadilah puncaknya. Namun anehnya hanya karena Kiran menyebut nama 'Tantra' memberikan efek aneh pada diri Dev. Ada perasaan sesak dan gemuruh tidak rela. Namun dengan cepat dia menepis pemikiran itu dan menjawab pertanyaan Kiran.

REUNI(TE) - [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang