Part 15 - Ketahuan Bohong

5.7K 492 18
                                    


"Jadi??"

"Gimana bisa elo sama si Dev?"

"Elo bohongin gue tadi pagi.."

"Nggak ada cerita tiba-tiba kalian muncul berdua kayak gitu.."

"Oh nggak, elo bukan cuma bohongin gue. Elo juga bohongin mama sama papa.."

"Dev sahabat gue.."

"Bilangnya mau ke penerbit, lah kok tau-tau'an selfie sama Dev di dalem mobil.."

Barra dan Dewa mengeluarkan segala bentuk ocehan dan semua pertanyaan, serta pernyataan yang ditujukan pada Kiran. Sedang Kiran yang tengah berbaring di ranjangnya hanya memutar mata jengah. Sudah sejak sore tadi ke-dua kakak lelakinya itu menerornya dengan berbagai pertanyaan lantaran postingan yang diunggah Dev di akun Instagramnya. Tentu saja Kiran merasa sebal pada Dev yang nggak ada angin nggak ada hujan tiba-tiba posting foto bersamanya. Padahal sudah jelas jika Kiran bahkan tidak memberitahu keluarganya kalau ia akan mampir terlebih dahulu ke apartemen Dev untuk menjemputnya. Tapi... bukan sepenuhnya salah Dev juga. Kiran juga tidak memberitahu Dev jika dirinya berbohong pada keluarganya saat akan menjemput Dev di apartemennya.

Tapi di balik kekesalannya pada Dev Rajendra, nyatanya Kiran lebih memendam rasa dongkol setengah mati pada dua kakak laki-lakinya yang tiba-tiba pindah haluan jadi wartawan dan menanyainya dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak masuk akal.

"Jadi kamu mau kasih penjelasan apa sama masmu ini?" Ucap Barra membuyarkan lamunan Kiran.

Kiran memejamkan matanya sekejap sebelum bergumam lelah, "Penjelasan apaan sih mas.."

"Yaelah dek pake nanya lagi. Kamu tadi ngapain pake acara bohong sama mas segala? Kenapa kamu nggak jujur aja tadi?" Giliran Dewa yang mengeluarkan pendapatnya.

"Sekarang Kiran tanya deh. Kalau seandainya tadi pagi, tiba-tiba aja Kiran bilang mau ke tempatnya kak Dev buat jemput dia, kira-kira mas Dewa, mama sama papa bakal bereaksi kayak gimana? Pasti kalian bakal mikir yang enggak-enggak. Apalagi mas Dewa.."

"Tapi kalau kamu nggak bilang gini, mas bukannya mikir yang enggak-enggak lagi. Ini mah mas udah mikirin yang iya-iya dari tadi.." sembur Dewa sembari menepuk kaki Kiran.

"Sekarang pertanyaan mas Barra kenapa kamu bisa sama Dev? Mana Dev nggak ada bilang sedikitpun sama mas.."

"Jadi ya mas-masku sayaaaanggg... kemarin pas Kiran mampir ke Selasar, kak Dev itu pingsan pas kebetulan Kiran ada di deketnya. Ya Kiran tolongin dong. Karena kak Dev masih lemes, pucet, tak bertenaga, jadilah Kiran bantuin kak Dev untuk nganterin dia sampe apartemennya. Nah, karena kemarin Kiran yg anterin kak Dev pake mobil Kiran, otomatis kan mobilnya kak Dev ditinggal tuh di Selasar. Terus karena Kiran hari ini juga ada janji sama pihak penerbit, jadinya Kiran mampir dulu ke apartemennya kak Dev buat nebengin dia sampe Selasar. Gitu doang.."

Setelah mendengar penjelasan dari Kiran yang panjang kali lebar, Dewa yang duduk di pinggir ranjang Kiran hanya manggut-manggut mengerti. Sedangkan Barra yang duduk di kursi kerja Kiran yang sudah dia tarik ke samping ranjang Kiran hanya mengerutkan keningnya - terlihat memikirkan sesuatu.

Kemudian Dewa menolehkan kepalanya ke arah Barra - yang kebetulan tengah melihat ke arahnya. Ke-duanya seolah bertelepati, saling mengirimkan kode yang jujur saja membuat Kiran jengah sekaligus geli.

Punya kakak cowok begini amat yaaa..

"Udah nggak usah pake pandang-pandangan gitu. Kalau kalian jatuh cinta bisa-bisa perang dunia ketiga ini.." celetuk Kiran santai yang disambut dengan pukulan bantal di kepala Kiran oleh Dewa serta geraman kesal dari Barra.

REUNI(TE) - [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang