Part 9 - Kisah Mantan dan Genggaman Tangan

7.1K 596 16
                                    


"Kiran, acara reunian sekolah kamu kapan sih tanggalnya?" Pertanyaan dari sang ibu membuat Kiran mendongakkan kepalanya cepat. Kerutan samar tanda ketidaksukaan tercetak di keningnya. Gagasan mengenai acara reuni sekolah itu membuat perasaan gelisah muncul di benaknya. Kiran bahkan tidak tahu pasti mengapa perasaan itu bisa muncul.

"Sekitar awal bulan mah. Emangnya kenapa?"

Sang ibu menatap Kiran sekilas kemudian kembali fokus pada makanan di hadapan beliau.

"Ya nggak kenapa-kenapa. Mamah cuma tanya aja. Lagian kok kayaknya kamu belum ada persiapan-persiapan apa gitu. Beli baju baru sana apa ngapain gitu. Ajak juga Gia sama Athena.."

Kiran menahan mati-matian agar dengusannya tidak terdengar oleh ibunya atau anggota keluarganya yang lain.

Beli baju? Yang bener aja! Mending uangnya gue tabung buat keperluan lain..

"Ngapain belanja? Stock baju Kiran masih banyak di lemari.."

"Lah emang dresscodenya apaan?" Kali ini giliran Dewa, sang kakak yang bertanya.

"Dresscode?" Kiran mengerutkan keningnya bingung.

"Lah si adek malah balik nanya. Ya iya itu dresscode nya apaan? Ada kagak? Apa bebas dresscodenya?"

"Nggak tau mas, Kiran belum liat undangannya.." ujar Kiran polos.
Dewa menepuk jidatnya pelan sebelum melanjutkan kata-katanya.

"Buset deh Ran. Kebangeten amat kamu sampe belum liat undangannya.."

"Kamu ya, habis ini dibuka undangannya. Terus dilihat isi undangannya. Liat juga tanggalnya, jangan-jangan malah udah kelewatan lagi!" Tutur sang ibu menggebu-gebu.

"Udah-udah.. ini lanjutin dulu sarapannya. Lagian mamah, yang reunian siapa yang semangat banget siapa.." ucap ayahnya menengahi perdebatan pagi ini yang terjadi karena sebuah undangan reuni.

"Tuh dengerin kata papah mah. Papah emang yang paling mengerti Kiran.."

Kiran mengacungkan kedua jempol tangannya ke arah sang ayah yang disambut cengiran lebar dari sang ayah. Sedangkan ibunya hanya memutar matanya jengah menatap suami dan anak perempuannya itu.

*

"Duh kenyang banget gue. Kebanyakan makan nih.."

Kiran membaringkan tubuh di atas tempat tidurnya. Sebelah tangannya mengelus perutnya yang kekenyangan karena terlalu banyak makan.
Gimana nggak terlalu banyak makan, setelah mendengar pertanyaan ibunya mengenai undangan reuni SMA-nya, Kiran justru menjadi bersemangat menyantap makanan yang tersaji di atas meja makan. Kalau kebanyakan orang mungkin sampai tidak nafsu makan lantaran frustasi atau banyak pikiran, maka lain halnya dengan Kiran. Jangan kaget, nafsu makannya justru semakin bertambah ketika dirinya sedang banyak pikiran.

Gerakan usapan di perutnya mendadak berhenti. Raut wajah Kiran tiba-tiba menjadi pucat dan matanya terbelalak. Dengan sigap Kiran bangkit dari tempat tidurnya menuju ke depan cermin berukuran besar di samping pintu kamar mandi di dalam kamarnya. Disingkapnya setengah bagian t-shirt kebesaran warna abu-abunya yang membalut tubuh rampingnya.

"Oh no!! Gue kebanyakan makan! Pasti bobot gue naik lagi! Huaaa mamaaaaa!!!!"

Tok.. Tok..

"Woe Dek.. lu kenapa? Gue masuk ya!"
Sedetik kemudian pintu kamar Kiran terbuka dan menampilkan sosok Dewa yang terlihat panik.

"Elo kenapa? Jawab gue dek jawab!" Dewa mengguncangkan ke-dua bahu Kiran.

"Gu-e... ta-mat Mas.. beneran ta-mat.." jawab Kiran menundukkan kepalanya.

REUNI(TE) - [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang