Kiran menatap laki-laki tampan yang berdiri di hadapannya dengan penuh ketidakpercayaan. Dalam pikirannya terbesit dua pemikiran. Satu, laki-laki di hadapannya ini memang luar biasa mempesona. Dua, laki-laki yang luar biasa mempesona ini sudah tidak waras - atau mungkin dirinya sendiri yang sudah tidak waras. Entahlah, pikirannya tiba-tiba blank karena perkataan Dev Rajendra."Hah?" Hanya itu kata yang mampu keluar dari bibir Kiran.
Dev masih berdiri tegap di depan meja Kiran dengan senyum manis yang terukir di bibirnya.
Seakan tidak mengerti dengan keterkejutan Kiran, Dev justru mengulangi pertanyaannya yang sebenarnya tidak pernah ia bayangkan dapat keluar dari mulutnya."Kalau duduk di pelaminan sama saya mau nggak?"
Kiran mengerjapkan kedua matanya lucu. Ini orang waras enggak sih? Ini gue barusan dilamar ya? Ini serius apa bohongan sih?
"Hahaha... Kiran Kiran. Kamu ini beneran lucu sih. Saya cuman bercanda tadi. Kalaupun saya mau serius sama kamu, itu nanti bukan sekarang."
Hee? Ini Kak Dev ngomong apa sih? Duh ini jantung juga kenapa lagi.. kok deg-degan gini sih.. batin Kiran dalam hati.
Dev menarik kursi di depan Kiran kemudian duduk di sana dengan santainya, "Saya duduk di sini ya.."
Kiran hanya menganggukkan kepalanya, dirinya masih sibuk mencerna kelakuan lelaki yang tengah duduk di hadapannya. Walaupun Kiran dan Dev sudah saling mengenal, namun duduk berdua dengan seorang Dev Rajendra cukup mampu membuat Kiran mati gaya. Bahkan situasi di sekitar mereka nampaknya mulai masuk dalam mode canggung. Setidaknya itu yang dirasakan Kiran saat ini.
Dev dalam ingatan Kiran adalah sosok laki-laki yang tidak banyak omong. Dulu ketika dia dan Dev masih satu sekolah, ia ingat pernah berbicara beberapa kali - ya walaupun dalam perbincangan singkat dan masuk dalam kategori sekadar basa-basi.
Sebenarnya Kiran sudah beberapa kali melihat Dev berkunjung ke rumahnya. Bukan untuk bertemu Kiran tentu saja, melainkan bertemu Barra. Ketika teman-teman sekolah Barra berkunjung ke rumah, bisa dipastikan Kiran akan menerapkan mode "ngumpet di dalam kamar" sepanjang hari.
Semasa SMA, Barra memang sempat tinggal bersama keluarga Kiran di Jakarta - sedangkan ayah dan ibu Barra menetap di Semarang. Ayah dan ibu Barra sebenarnya sangat ingin agar sang anak dapat kembali ke Semarang setelah menyelesaikan studinya. Tapi apa dikata, setelah menematkan SMA di Jakarta, Barra justru meminta izin untuk bertolak ke Australia untuk melanjutkan studinya. Memang berat rasanya untuk melepaskan Barra hingga ke luar negeri, namun melihat keinginan kuat dari sang anak - ayah dan ibu Barra pun akhirnya menyetujui keinginan anaknya itu.Kiran pertama kali "mengenal" Dev saat Masa Orientasi Siswa di sekolahnya. Mengenal dalam arti sampai melakukan interaksi dengan Dev ya. Yang benar saja, siapa yang tidak tau Dev saat itu? Ia adalah salah satu kakak panitia MOS di sekolahnya. Masih ingat dalam pikiran Kiran, saat dia dan siswa-siswa baru di sekolahnya yang harus mengumpulkan tanda tangan kakak panitia MOS. Salah satunya ya tanda tangan milik Dev Rajendra itu.
Dev yang dulu dikenalnya adalah sosok yang tegas. Walaupun tampangnya yang datar mirip papan triplek, ditambah sikapnya yang seakan mempersulit adik kelasnya untuk memperoleh tanda tangannya, nyatanya hal-hal tersebut tak lantas mengurangi jumlah perempuan (dalam hal ini adik kelas) yang menatapnya dengan pandangan memuja. Yahh.. jangan salahkan mereka lah kalau mereka kesengsem dengan Dev. Sejak dulu tampang triplek datarnya itu sudah dicover dengan wajah tampan yang menggoda iman.
Kiran mendengus tanpa sadar mengingat bagaimana konyolnya permintaan Dev kala itu jika dirinya ingin mendapatkan tanda tangan berharga milik Dev. Dia harus mencari keberadaan Barra Adhyaksa, membawa Barra ke hadapan Dev, dan membuat Barra untuk dapat mengatakan "iya" dari setiap permintaan yang diucapkan oleh Dev.
KAMU SEDANG MEMBACA
REUNI(TE) - [Completed]
ChickLitBagi Kiran Kalandra, seorang Tantra Airlangga hanya masa lalu yang tidak boleh mengusik perasaan yang sudah mati-matian ia tata. Namun semua berubah saat undangan reuni SMA warna merah marun sampai di tangannya - membuat Kiran sekali lagi harus ber...