Part 19 - Kita.. (bagian 2)

5.5K 479 29
                                    


Dev dan Kiran kini berada di dalam mobil. Ke-duanya saling diam, hanya terdengar alunan tembang lawas milik Westlife yang berjudul Beautiful In White. Dev yang tengah menyetir mobilnya tidak dapat menyembunyikan senyum bahagianya. Ia bahkan tidak malu lagi untuk menatap wanita cantik yang duduk di sebelahnya. Wanita, yang kini sudah resmi menjadi kekasihnya.

Kiran bukannya tidak sadar kalau kekasih barunya itu sedari tadi menatap dirinya sembari menyunggingkan senyum lebar. Hanya saja Kiran terlalu fokus mengatur detak jantungnya yang anehnya semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Padahal, laki-laki di sampingnya ini kan sudah resmi menjadi kekasihnya. Oh God.... dia seperti gadis remaja yang baru mengenal cinta saja!

Jengah dengan tatapan Dev, Kiran akhirnya mengeluarkan isi pikirannya pada Dev.
"Kak Dev ngapain sih senyum-senyum gitu?"

"Senyum-senyum sama pacar sendiri masa nggak boleh?"

Kiran mendengus geli mendengar jawaban Dev, kemudian berujar kembali.
"Fokus sama jalan di depan kak, jangan ngelirik-lirik aku terus.."

"Ngelirik pacar gini masa dilarang. Daripada ngelirik cewek lain, mending lirik pacar sendiri.."

"Awas aja ya kalau kak Dev berani lirik-lirik cewek lain.." Kiran mendengus kesal kali ini.

"Ciee cemburu.. posesif amat sih yang.." ucap Dev dengan nada jahil.

"Bukannya posesif. Cuman ngingetin aja, jangan kegenitan sama cewek di luar sana. Kamu nggak ngelakuin apa-apa aja cewek-cewek udah pada kesengsem ngeliat kamu.."

"Duh senengnya punya pacar. Ada yang nyemburuin. Tenang aja sayang, aku kan cintanya cuma sama kamu.." sebelah tangan Dev mengelus sayang puncak kepala Kiran, membuat Kiran tak mampu menyembunyikan semburat merah di pipinya. Dan panggilan itu, setelah mereka resmi jadian tadi, Dev tiba-tiba saja merubah kata sapaan di antara mereka. Bukan lagi menggunakan saya, namun sudah memakai kata aku.

"Kak.. kamu serius mau pake aku-kamu? Nggak pake saya lagi kalau ngomong ke aku?" Tanya Kiran - matanya terarah pada Dev yang tengah menatap jalanan di depannya.

"Memangnya kenapa? Kamu nggak suka?" Dev giliran balik bertanya.

"Bukannya gitu, tapi.... aku cuma nggak mau kak Dev ngerasa nggak nyaman.."

"Aku yang minta, berarti aku ngerasa nyaman sayang. Jangan terlalu dipikirin, sorry nih, tapi kayaknya masih ada yang lebih penting buat kita pikirin selain tentang panggilan tadi.."

Kiran mengerutkan keningnya tidak mengerti.
"Hah? Apaan emang?"

"Haha.. aku yakin ponsel kita bakal rame notification.."

"Oh iya.. pasti gara-gara postingan kita tadi kan? Aku cek dulu coba deh.."

"Eh itu sekalian ponsel aku dicek'in juga.." Mata Dev mengarah pada smartphone miliknya yang tergeletak di dashboard mobil.

"Eh.. emang nggak papa?" Ujar Kiran ragu dan sedikit terkejut. Ia tidak menyangka Dev memintanya untuk mengecek ponselnya. Padahal bagi kebanyakan orang, smartphone kan merupakan hal pribadinya.

"Ya nggak papa dong sayang. Kan sekalian.."

"Uhm.. oke.."

Kiran lantas mengambil smartphone milik Dev. Ia terlebih dulu mengecek notifikasi di ponsel milik Dev. Ada beberapa notifikasi instagram. Bahkan Kiran mendapati username kedua kakak lelakinya pada notifikasi postingan Dev.

"Mas Barra sama mas Dewa comment nih.. haha sumpah ya mereka, nggak jelas banget.."

"Mereka itu protektif banget sama kamu. Tapi lumrah sih, mungkin someday aku juga akan ngelakuin itu kalau ada laki-laki yang mulai ngedeketin Irene.." Mata Dev menerawang, mengingat-ingat adik perempuannya membuat emosi Dev sedikit bergejolak.

REUNI(TE) - [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang