"Mama liat buku catetan hijau toscanya Kiran nggak?" tanya Kiran pada sang mama yang tengah menyiapkan sarapan di meja makan.Desvi - mama Kiran - menggelengkan kepala.
"Coba kamu tanya masmu sana. Lagian kamu kalau punya barang pasti ilang terus..""Jangan mulai ngomel deh mah. Ini masih pagi lho. Ya udah Kiran tanya dulu ke Mas Dewa.." ujar Kiran mendengus kemudian menuju kamar kakaknya di lantai dua.
Tok tok tok...
"Mas Dewa, aku masuk ya! Elah mata gue terkontaminasi.."
Kiran menutup matanya dengan hiperbolis, ditambah gerutuan kecil dari bibirnya yang masih dapat didengar oleh Dewa."Halah lebay elo! Sok-sok an terkontaminasi. Ngapain elo pagi-pagi neror gue?" Dengan tangan yang masih sibuk mengancingkan kemejanya, Dewa menatap heran sang adik.
Temui Dewa Ganendra - kakak Kiran. 27 tahun, ganteng, mapan, sukses, dan yang penting : single!
Pekerjaan : jualan barang vintage. Sepertinya bakat berwirausaha memang menurun pada diri Dewa. Jangan heran, papa Kiran - Wisnu Danendra memang seorang wirausahawan.Bibir Kiran mengerucut sebal,
"Haiss.. gue mau tanya. Mas Dewa liat buku catatan hijau tosca gue nggak? Yang biasanya gue pake buat nulis cerita itu lho..""Kagak liat gue. Makanya punya barang itu dijaga non.."
"Kan gue lupa mas. Tadi pagi pas gue cari di meja nggak ada. Di dalem tas juga nggak ketemu. Padahal kan itu buku penting tauk!" Adu Kiran, tanpa sadar menghentakkan sebelah kakinya.
"Kalau penting ya dijaga, disimpen baik-baik. Giliran udah ilang elo mencak-mencak nggak jelas gini. Coba cari lagi di kamar, atau elo kemarin pergi kagak. Coba inget-inget siapa tau itu buku keselip atau jatuh di mana gitu..."
Kemarin gue ke Selasar. Ngeluarin catetan juga. Apa jangan-jangan jatuh di...... ujar Kiran dalam hati, berusaha mengingat kejadian kemarin di Selasar.
"Woi malah bengong lagi. Buruan turun. Udah dipanggil mama tuh.." pekikan Dewa membuyarkan rentetan pikirannya tadi. Dilihatnya sang kakak sudah sampai pada pijakan tangga terakhir di lantai dasar rumahnya.
Dengan cepat Kiran menyusul Dewa karena cacing-cacing di perutnya sudah demo meminta diberi makan.
*
Suasana makan pagi di rumah keluarga Kiran berlangsung seperti biasa. Sesekali terdengar pekikan kesal dan perdebatan kecil antara Dewa dan Kiran. Meski keduanya sudah berada di pertengahan 20-tahunnya, namun pertengkaran kecil masih selalu terjadi hingga membuat sang mama sebal sendiri.
Wisnu Danendra mengamati perdebatan kecil kedua anaknya dari ujung meja makan. Kepalanya menggeleng bosan, namun senyum geli terpampang jelas di bibirnya.
"Ih gue kan nggak mau makan roti. Mamah Mas Dewa ini lho ah.." rengek Kiran pada sang mama yang duduk di depannya.
Sedangkan Dewa masih menaruh remahan roti tawar di atas piring nasi goreng milik Kiran dengan santainya.
"Dewa... jangan gangguin adik kamu. Udah 27 tahun tapi masih aja usilin Kiran," tegur Mama Desvi pada anak tertuanya.
"Tuh dengerin. Inget umur mas! Udah tua jugak..."
"Eheemmm... ngomongin umur, yang paling tua ngerasa nih," dehaman keras sang papa menghentikan perdebatan kakak-beradik tersebut.
"Hahaha.. nah lho non, dimarahin papah kan. Rasain!" Dewa tertawa lepas mendengar celetukan papanya. Pun dengan Kiran yang menunjukkan cengiran disertai jari telunjuk dan jari tengahnya yang terangkat membentuk simbol peace.
![](https://img.wattpad.com/cover/136048247-288-k619189.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
REUNI(TE) - [Completed]
ChickLitBagi Kiran Kalandra, seorang Tantra Airlangga hanya masa lalu yang tidak boleh mengusik perasaan yang sudah mati-matian ia tata. Namun semua berubah saat undangan reuni SMA warna merah marun sampai di tangannya - membuat Kiran sekali lagi harus ber...