Epilog

4.3K 240 8
                                    


Flashback ....

Dev masih terpekur di depan laptopnya yang menyala. Matanya sibuk meneliti rundown acara Masa Orientasi Sekolah, memastikan bahwa tidak ada kekeliruan pada susunan acara tersebut. Bagi anak OSIS, Dev adalah pakar urusan kesekretariatan di berbagai acara sekolah. Termasuk MOS tahun ini. Rundown acara ini akan Dev cetak seukuran name tag kalung, sehingga mudah di bawa oleh panitia ketika menjalankan kegiatannya.

"Gimana bos, udah fix nih? Gue bantu print sini dah.." Barra menepuk pundak Dev pelan. Matanya turut menatap layar laptop milik Dev dengan seksama.

"Udah kelar nih. Bantuin print ya, gue mau ke bawah dulu ambil minum. Elo pada nitip minum sekalian kagak?" Dev berdiri dari kursinya, menatap Barra dan Kavindra secara bergantian. Ke-dua sohibnya itu tengah menginap di rumah Dev dengan dalih membantunya menyelesaikan tugas rundown acara.

"Boleh dah. Kalau ada gue minta bawain jus jeruk. Tapi kalau nggak ada, es teh manis aja gue nggak nolak. Kalau kagak ada lagi, yaudah air putih dingin aja." ujar Kavindra tanpa dosa, matanya masih fokus pada handphonenya. Mungkin membalas chat salah satu gebetannya, pikir Dev acuh.

"Dasar monyet elo. Timbang elo gabut kaga ada faedahnya mending elo bantuin gue motongin kertas rundown. Si Barra udah ngeprint noh. Gue turun dulu bentar.."

Walaupun kelakuan temannya itu tergolong aneh bin ajaib, namun bagi Dev masa SMA nya justru akan terasa tidak menyenangkan tanpa Kavindra. Bertemu dengan Barra, Kavindra, dan Ravindra memang jadi salah satu hal yang paling bisa ia syukuri sampai saat ini.

*

Dev memarkirkan motornya di parkiran sekolah. Setelah melepas helm dan merapikan rambutnya, ia lantas menghampiri Barra yang masih berdiri diam di samping motornya. Jari-jarinya sibuk mengetikkan sesuatu di handphonenya.

"Kenapa Bar?"

"Ini tante Desvi nge-chat, katanya Kiran demam dari semalem. Jam segini barusan bangun.."

Dev bisa melihat raut khawatir di wajah Barra. Maklum, laki-laki itu sangat dekat dengan adik sepupunya yang bernama Kiran. Dev tentu tau siapa Kiran, ia bahkan beberapa kali bertemu Kiran ketika sedang berkunjung ke rumah Barra. Fyi, Barra memang tinggal di rumah tante dan omnya karena orangtua Barra menetap di Semarang.

"Terus gimana? Tetep berangkat anaknya?" tanya Dev memastikan. Dari ujung matanya ia melihat motor Kavindra yang baru memasuki parkiran motor sekolah.

Barra mengangguk pelan. Di tatapnya Dev sebentar sebelum akhirnya Barra kembali bersuara.

"Gue nanti kan ada jadwal ngisi materi pertama, butuh persiapan dll juga. Kalau misal gue nitip elo buat liatin Kiran gimana Dev? Kalau jam segini baru bangun, kemungkinan telat sih tuh bocah.."

Dev menyetujui permintaan Barra. Toh dirinya tidak ada jadwal mengisi materi saat pagi. Mengecek keadaan Kiran tentu bukan hal yang sulit untuk dilakuin.

"Gampang. Udah tenang aja, fokus sama materi elo. Sekalian bantuin gue bagiin rundown dulu deh. Ayo Kav buru!" teriakan Dev menggema, membuat si empunya nama langsung berlari mengejar Dev dan Barra yang sudah berjalan menuju ruang panitia.

*

Pukul 07.10, sedari tadi Dev mengamati deretan siswa baru yang sudah berbaris rapi di lapangan. Matanya sibuk mencari satu orang yang tak lain dan tak bukan adalah Kiran. Sesuai permintaan Barra, Dev memang berjanji akan mengecek keadaan Kiran.

"Pasti telat.." gumamnya pelan, kemudian berjalan pelan menuju gerbang bagian samping.

Sesampainya di dekat gerbang samping, Dev bisa melihat beberapa siswa baru yang terlambat tengah berdiri di sana. Siswa yang terlambat memang harus menunggu di gerbang samping selama beberapa saat, sebelum gerbang kembali dibuka. Itu merupakan peraturan turun temurun di sekolah mereka. Dev mendekati Abram - salah satu panitia MOS juga yang bertugas menjaga gerbang samping.

REUNI(TE) - [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang