Part 1 - Undangan dan Catatan Hijau Tosca

17K 916 17
                                    

Catatan Juli 2016

Hari ini hari Minggu ; tanggal merah dan cerah. Sangat berbeda dengan kondisi cuaca beberapa hari terakhir yang berawan dan berakhir hujan deras setiap sore. Momen seperti ini seharusnya bisa dimanfaatkan secara maksimal bagi setiap orang untuk beraktivitas di luar. Jogging, bersepeda, atau sekadar jalan-jalan di taman kompleks perumahan terdengar begitu menggoda. Tapi kenyataannya, cerahnya hari minggu tak secerah suasana hati Kiran. Hatinya mendung, perasaannya berkabut - suram dan gelap.

Matanya masih mengarah pada sepucuk kertas berwarna merah maroon yang ada di sudut meja riasnya. Yap! Itu memang undangan. Hentikan fantasi kalian jika menganggap undangan itu adalah undangan pertunangan atau bahkan pernikahan, karena undangan tadi hanyalah undangan reuni SMA. Cetakan tinta berwarna emas samar-samar masih dapat terbaca dari tempatnya duduk.

REUNI SMA CITA BANGSA ANGKATAN 2007 "A NIGHT TO REMEMBER (AGAIN)".

Night to remember mbahmu! Pekik Kiran dalam hati.

Sebenarnya, masa SMA Kiran bisa dibilang berjalan baik. Dia bukan tipe kutu buku yang gemar menghabiskan waktu seharian di perpustakaan, namun bukan juga tipikal murid populer yang kelewat banyak penggemarnya.
Ia hanya gadis biasa, dikenal tapi tidak terkenal - dan Kiran sangat bersyukur mengenai hal itu.

Meski begitu dengan kemampuan hampir jenius yang Kiran miliki, justru banyak guru yang mengenalnya. Bahkan ada guru SMA nya, yang hingga di usia Kiran ke 24 tahun ini masih tetap menjalin komunikasi dengan baik. Oke, lupakan sejenak tentang guru-guru Kiran tadi karena ada hal yang jauh lebih penting dari itu.

Reuni. Kata sederhana dan tidak terdapat satu kesalahanpun di dalamnya.
Reuni - bertemu kembali dengan teman lama, saling berkumpul, menyapa dan bertanya kabar. Sesimple itu. Tapi baru mendengar kata reuni saja bulu kuduk Kiran sudah meremang. Jantungnya berdebar begitu kencang. Berdebar bukan dalam artian baik seperti jatuh cinta, namun debaran kali ini lebih mengarah pada aura-aura negatif. Mengingatkan Kiran pada kejadian yang tidak ingin diingatnya - ah, mungkin lebih tepatnya pada seseorang yang tak ingin lagi ia ingat.

Teman masa SMA nya, kenangan putih abu-abunya, cinta pertamanya, cinta yang tak ingin ia kenang kembali. Baginya hampir sepuluh tahun adalah waktu yang sudah sangat lama untuk memberi kesempatan. Kini Kiran sudah menyerah. Ia lelah. Ditutupnya rapat pintu kenangan untuk cintanya itu. Cinta sudah mati di hatinya, pun dengan Tantra. Nama itu tak lagi punya ruang di hati Kiran. Kira-kira begitu seharusnya.

*

"Suntuk amat muka elo. Kenape buk??" celetuk Anggia Respati atau yang kerap disapa Gia dengan cengiran khasnya.

Gia ini salah satu sahabat Kiran sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Tubuhnya mungil - jika dibanding Kiran yang memiliki tinggi 164 cm, tinggi Gia hanya mencapai telinganya. Rambut hitam lurus sedikit melebihi bahu, mata hitam kecokelatan dengan binar yang dapat meluluhkan setiap orang yang melihatnya.

"Menurut elo aja dah Gi. Ini tuh hari minggu. Masih jam 10 pagi dan kalian udah nyeret gue ke Selasar! Demi apa gue tadi baru bisa tidur jam 5 pagi!" Kiran menghembuskan napas keras. Ditatapnya kedua sahabatnya - Gia dan Athena - tajam.

"Salah siapa tidur jam 5? Inget kesehatan! Jangan mentang-mentang jadi penulis, terus pola tidur elo berantakan.."
Kiran hanya memberengut mendengar teguran Athena. Athena Syailendra - perempuan yang satu itu, kalem sih kalem, tapi kalau ngomong kadang nyelekit dan bisa bikin hati jadi keki. Selain sahabat, Athena ini juga merangkap sebagai tetangga abadi Kiran. Gimana nggak abadi, mereka bertetangga bahkan sejak keduanya belum dilahirkan.

Kalau Gia adalah tipe perempuan yang cerewet dan blak-blakan, maka Athena adalah kebalikannya. Athena justru bisa dikategorikan ke dalam golongan talk less do more. Bicara seperlunya, berpendapat sewajarnya.
Tapi poin plus dari Athena, dia adalah tipe pendengar yang baik. Sifatnya yang dewasa serta pembawaannya yang keibuan membuat kedua sahabatnya nyaman untuk bercerita padanya.

REUNI(TE) - [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang