Part 23 - Problem

4.4K 347 14
                                    


Tantra melajukan mobilnya di tengah keheningan. Pikirannya berkelana, memikirkan banyak hal yang terjadi belakangan ini. Pertemuannya dengan Kiran Kalandra menjadi salah satu alasan terbesarnya.

Kiran Kalandra dalam bayangan Tantra dulu adalah gadis yang sangat menyenangkan. Ceria, cerewet, galak, tapi juga bisa kalem tergantung dengan situasi yang ada. Pokoknya Kiran adalah tipikal gadis yang sangat mudah untuk dicintai.
Ia pertama kali mengenal Kiran ketika masa orientasi SMA nya. Waktu itu mereka sama-sama terlambat dan harus antri hukuman di gerbang samping sekolah.

First impression Tantra pada Kiran : lucu. Masih kuat dalam ingatan Tantra, wajah panik dan cemas namun bercampur pasrah milik Kiran  ketika mengetahui bahwa ia terlambat datang MOS di hari pertama pula. Saat itu ia juga terlambat karena ban motornya yang kempes di tengah jalan. Gadis itu berdiri tepat di sampingnya. Sesekali ia melirik Kiran yang mengerucutkan bibirnya kesal. Hal itu tentu saja menggemaskan dan membuat Tantra harus mati-matian menahan senyumnya. Namun lama kelamaan ia melihat gadis itu berdiri dengan semakin tertunduk. Apa gadis itu sakit? Pikir Tantra saat itu. Ditambah lagi sinar matahari yang mulai mengarah tepat ke arah mereka.

Lalu dengan keberanian yang entah datang dari mana, ia mengulurkan sebelah tangannya untuk memegang siku kanan gadis itu, dan berbisik pelan ke arahnya.

"Jangan pingsan dulu. Bertahan sebentar ya.."

Siapa yang menyangka awal pertemuan mereka itu mengantarkan Tantra untuk mengenal gadis semenyenangkan Kiran. Masa-masa SMA-nya seakan jadi lebih berwarna karena ada Kiran di sampingnya. Kiran yang cerewet dan bawel namun sekaligus juga yang perhatian dan pengertian adalah paket lengkap bagi Tantra.

Setidaknya begitulah awalnya, sebelum kebodohannya merenggut semua itu dari dekapannya - mengambil Kiran dari kehidupannya. Masa SMA yang ia kira akan berjalan indah nyatanya harus berakhir dengan konflik serta penyesalan. Satu yang tidak disadari Kiran, Tantra hidup ditelan penyesalan setelah perpisahannya dengan gadis itu yang penuh air mata.

Kemudian setelah bertahun-tahun berpisah dengan Kiran, hari itu tiba-tiba saja semesta seolah mempermainkan lagi perasaannya.
Dimulai dengan undangan reuni SMA warna merah maroon yang tiba-tiba saja dikirim oleh pos, yang dilanjutkan oleh pertemuan tidak sengaja dengan Dewa Ganendra - kakak Kiran ketika dirinya tengah makan siang bersama salah satu teman dokternya. Sebenarnya Tantra dan teman-teman dokternya yang lain kerap menghabiskan jam istirahat makan siangnya di restoran tersebut. Apalagi letaknya yang dekat dengan rumah sakit dan harganya yang cukup terjangkau. Hanya saja kebetulan hari itu hanya dirinya dan Dokter Icha yang makan bersama di restoran itu karena teman-temannya yang lain berhalangan ikut.

Kejadiannya serba mendadak ketika Tantra menyadari ada seseorang yang memanggil namanya. Dan ia menemukan Dewa Ganendra berjalan ke arah mejanya dengan senyum luar biasa jumawa.

Ah kalau saja Mas Dewa tahu bagaimana brengseknya dirinya terhadap adik kesayangannya, apa mungkin ia akan berjalan dengan senyum lebar itu ke arahnya? Pikir Tantra saat itu.

"Tantra Airlangga kan? Apa kabar elo? Ke mana aja nggak ada kabar?"

Dan percakapan itu berlanjut, membicarakan beberapa hal - termasuk tentang Kiran. Pertemuannya dengan Dewa Ganendra menjadi awal mimpi-mimpi buruk serta rasa bersalah yang terus menghantuinya kembali muncul. Ingatannya akan Kiran kembali menyeruak, memunculkan perasaan rindu yang sudah sekian lama ia pendam.

Dan kemudian takdir seolah menertawakan dirinya ketika ia bertemu Kiran Kalandra suatu hari tanpa sengaja. Kala itu ia ingat bahwa ia ingin membeli satu cup kopi ketika ia membawa mobilnya mampir ke sebuah kafe yang terkenal di Jakarta, yang kebetulan pemiliknya adalah seseorang yang ia tahu. Niat awalnya membeli secangkir kopi langsung berubah ketika matanya tanpa sengaja menatap sosok wanita yang duduk di salah satu meja Selasar.
Tantra mengerjapkan matanya beberapa kali, menghindari kemungkinan dirinya yang berhalusinasi. Namun sosok itu masih berada di tempatnya. Sesekali wanita itu melihat smartphone dalam genggamannya, kemudian wanita itu menelungkupkan kepalanya ke atas meja setelah menggerutu sesaat.

REUNI(TE) - [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang