Part 08 : Andy Genit

286 30 11
                                    

{Vote & Komen}

"Ini keputusanku untuk jatuh cinta,
Maka diamlah!, aku tidak butuh pendapatmu."

--SangAlumniHati--

   Karena Prita tidak menyukai dandanan Almira yang dianggapnya terlalu tebal, Prita membantu Almira bersiap-siap,walau pun asalnya Almira memutuskan untuk batal bertemu dengan Aqlah tali akhirnya Almira kembali bersemangat.

   Setelah lumayan lama Prita bantuin Almira siap-siap, akhirnya sudah beres juga. Penampilan Almira sangat jauh berbeda dengan tadi, sekarang Almira terlihat sangat anggun, dengan dress pendek berwarna pastel dibalut dengan dandanan yang tipis, rambut panjangnya dibiarkan tergerai tidak di apa-apakan.

   "Beautiful"
Prita tersenyum.

   "Makasih Prita (Almira memeluk prita) karena kamu aku bisa tampil kaya gini"
Almira memeluk Prita.

   "Telat?, oh tidak, cepat!"
Ucap Prita yang membuat Almira kembali tegang dan dengan cepat Almira menggusur Prita dan ia lupa membawa handphonenya.

   Ketika ingin pamit kepada ibunya, Almira tidak tega karena ibunya tertidur di ruang santai, dan dengan berbisik ia bicara "ibu, Almira pamit".

   "Telepon Kevin! Minta dia mengantarkanmu!"
Saran Prita.

   "Bener juga"
Jawab Almira.

   Ketika Almira ingin menelpon Kevin, ia baru sadar bahwa handphonenya tertinggal dikamarnya karena buru-buru.

   "Pakai hp kamu!"
Ucap Almira.

   "Si tumila gak bakal angkat, dia kan dendam sama aku"
Jawab Prita.

   "Akh sial"
Ucap Almira.

   Ketika akan balik kerumah, tiba-tiba ada Andy melewat dengan motornya.

   "Stop!"
Teriak Prita.

   "Almira?, cantik banget, mau kemana?, bareng yu?"
Tanya Andy.

   "Yaudah aku titip Almira, bawa dia ke jembatan dekat taman!, okey!"
Jelas Prita.

   Almira pun mengangkat kedua alisnya dan menatap Prita.

"Naik Almira, ntar telat aku disini sama ibu kamu"
Bisik Prita.

   Almira pun naik motor Andy, memang tidak dengan Prita karena bukan tidak ingin mengajak, tapi motor Andy tidak cukup besar, sedangkan Prita kan besar.

   Jaraknya hanya 790 meter dari rumah Almira, dan tidak menunggu lama, karena jalan tidak macet, dalam waktu 5 menit pun Almira sudah sampai.

   "Andy, makasih."
Ucap Almira.

   "Sip, nyantai Mir, gue pergi dulu dah" Jawab Andy dan langsung meninggalkan Almira.

   Rasa senang, sedih, gugup, bingung dirasakan Almira saat ini, karena ia bingung apa yang akan dibicarakan oleh Aqlah, sang penghuni hatinya saat ini. Langkah demi langkah ia lewati dengan rasa deg-degan yang melebihi batas maksimal.

   "Tenang Almira"

   Ketika sampai taman, ia mendekati jembatan yang tidak jauh dari tempatnya ia saat ini. Almira pun melihat sosok laki-laki yang ciri-cirinya seperti Aqlah, tinggi, Putih rambutnya agak merah memakai kaos berwarna biru tua dan jam tangan yang memang seperti milik Aqlah.

   Ketika sampai dijembatan, dengan berani ia menepuk pundak laki-laki yang ada dihadapannya dan berkata agak ragu.

  "A-aqlah... "

   "Ia?"

   Almira sengaja memejamkan matanya karena takut jika laki-laki ini bukan Aqlah. Ketika laki-laki itu berbalik badan, memang benar jika dia adalah Aqlah, Aqlah yang Almira cintai.

   Dengan pelan Almira membuka matanya, dan ketika dibuka matanya, ternyata laki-laki itu sudah tidak ada, Almira sedikit bingung dan dengan sigap ia berbalik badan.
Ketika berbalik badan ternyata Aqlah sudah ada dibelakangnya sehingga wajah Almira dan Aqlah bersentuhan, tangan Almira memegang erat pinggang Aqlah.

   Almira seakan terbius dengan kejadian yang ia alami saat ini.
Begitu gemetarnya bibir Almira karena melihat Aqlah dengan jarak 0,1 mm ini, begitu sulitnya untuk berbicara bagi Almira. Mata Almira menatap tajam mata Aqlah seperti di film-film. Tidak disangka, Aqlah pun merasakan apa yang Almira rasakan.
Begitu sulit untuk bicara bagi keduanya. Untungnya ada daun yang jatuh tepat diwajah Aqlah, sehingga Aqlah dengan cepat melepaskan pandangannya terhadap Almira.

   "Ma-maaf"
Ucap Aqlah.

   Almira masih bengong, sehingga Aqlah berusaha untuk menyadarkannya.

   "Almira... Almira... Almira..."
Ucap Aqlah sedikit keras.

   "Tolong cubit aku Prita"
Ucap Almira padahal tidak ada siapa-siapa kecuali dirinya dan Aqlah.

   Dengan sekejap Almira sadar karena Aqlah terus bicara, ketika ia sadar, ia kembali terhipnotis dengan pandangan Aqlah tapi ia sadar bahwa ini nyata.

   "Almira, kamu kenapa sih?"
Tanya Aqlah.

   Almira pun dibawa Aqlah jalan-jalan dengan tempo yang sangat pelan di selah itu, Aqlah memulai pembicaraan dengan menanyakan kabar Almira dan keluarganya.

   "Emm, eh Mir kamu bilang dulu kan kalau kamu mau jalan sama aku?"
Tanya Aqlah.

   "Emm, ngga sih soalnya ibu aku lagi tidur, jadi aku gak tega ngebanguninnya."
Jawab Almira dengan menatap kebawah.

   "Oh, aku ajak kamu kesini sebenarnya aku ada amanat"
Jawab Aqlah.

   "Amanat? Apa? Dan dari siapa?"
Tanya Almira.

   "Dari Noufam, adik saya."
Jawab Aqlah yang membuat Almira sedikit tidak mengerti.

   "Noufam?"
Tanya Almira.

   "Iya, katanya dia mau ikut ekskul basket, dan saya mau titip kekamu!,"
Jawab Aqlah dingin.

   Hati Almira sekejap merasakan sakit hati, tidak ada pujian tentang penampilannya padahal udah bela-belain pakai baju yang sebenarnya bukan tipenya. Mood Almira sekarang berubah, mata Almira seakan ingin menangis. Ia kira Aqlah bakal nyatain perasaannya, tapi ternyata Aqlah hanya bicara tentang adiknya Noufam.

   "Iya yaudah"

Jawab Almira dan menatap Aqlah.

   "Makasih ya Almira, oh ya kamu mau kemana pulang dari sini?"
Tanya Aqlah.

   Hati Almira kembali terguncang ketika Aqlah memberikan pertanyaan seperti itu.

   "Aku langsung pulang, emangnya kenapa?
Jawab Almira dengan senyum.


06Februari2018.
Vote dan Komen.

Sang Alumni Hati [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang