Author Pov
Sekarang, Ali, Zio, Om Robby dan istrinya sudah berada di XO SUKI yang berada di lantai 3 mall. Mereka sudah memesan makanan mereka masing-masing. Di lain tempat, Prilly dan Randy yang juga ada di mall itu ingin dinner bersama.
Prilly dan Randy pun memasuki XO SUKI tanpa menyadari bahwa ada Papa Prilly. Om Robby yang sedang berbincang dengan Ali pun melihat Prilly bersama Randy karena kebetulan duduknya menghadap ke pintu."Ma, itu Prilly kan?", ucap Om Robby sambil melihat kearah pintu.
Mama Prilly, Tante Diana dan Ali pun langsung melihat ke arah pintu dengan tatapan terkejut dan sedikit memancarkan ketakutan.
"I...iy...iya Pa", ucapnya dengan tergagap.
"Jadi anak itu masih berhubungan dengan Randy?", ucapnya dengan emosi.
"Eh, Om. Om, harus control emosi Om, ini di mall Om", ucap Ali berusaha menurunkan emosi Om Robby.
"Papa harus temui Prilly!" Ucap Om Robby sambil beranjak dari duduknya.
"Paa, Papa, Paa", panggil istrinya yang tidak digubris oleh Om Robby.
"Om,Om, tunggu Om", Ali yang memanggil pun juga tidak di gubris.
Zio hanya bingung melihat Kakaknya dan Tante yang baru dikenalnya terlihat panik.
"Tante, tante di sini aja ya, biar Ali yang nyusul Om Robby. Ali titip Zio ya tante", ucap Ali lalu langsung pergi begitu tanpa menunggu jawaban Tante Diana.
Tante Diana hanya menganggukan kepalanya.
Setelah sampai di meja yang di duduki oleh Prilly dan Randy, Om Robby langsung menggebrak meja itu membuat semua orang menoleh kepadanya.
Prilly Pov
Aku kaget saat ada seseorang yang menggebrak meja yang kutempati bersama Randy. Saat ini aku dan dia sedang berada di XO SUKI. Aku tambah kaget saat mengetahui siapa yang ada di depanku saat ini. Ya. Orang itu adalah Papaku. Ia menatap aku dengan tatapan tajam yang dipenuhi oleh amarah. Aku hanya bisa menundukkan kepalaku. Randy? Ia berusaha menjelaskan kepada Papaku, tapi aku tak yakin ia bisa melakukannya. Kenapa? Karena Papa tidak suka dengan Randy.
"Masih berani ya Kamu, ketemuan sama Dia", ucap Papa dengan tegas.
"Om, saya bisa jelasin".
"Saya tidak butuh penjelasan kamu".
"Om, tap....."
"SAYA SUDAG BILANG, SAYA TIDAK BUTUH PENJELASAN MU", ucap Papa tegas tak terbantahkan.
"Om Robby, tenang Om".
Aku yang sedari tadi menundukkan kepala pun mengangkat kepalaku saat mendengar suara orang yang tak asing lagi bagiku. Aku terkejut ketika melihatnya ada disamping Papaku.
"Om sudah tidak bisa sabar lagi Ali"
"Tapi setidaknya Om harus ingat kalo ini lagu di mall Om", ucap Ali berusaha menurunkan emosi Papaku.
Randy yang melihat itu hanya bisa berdiam diri. Ia tahu bahwa Papaku tidak suka dengannya.
"Sekarang, Papa tanya sama kamu Prilly. Kamu masih anggep Papa ga sih?".
"Pa, Papa kan Papa aku. Ya Prillt jelas anggep Papa lah".
"Kalo gitu kenapa kamu masih bertemu dengan dia?", ucapnya sambil melirik Randy.
"Ya, Papa kan tahu hubungan aku sama Randy apa".
"Kamu masih ingat kalo Papa tidak setuju?"
"Inget"
"Kalo gitu sekarang kamu yang memilih, pilih turuti kata Papa, atau kamu Papa usir dari rumah.
Aku terkejut mendengar ucapan Papa. Bagaimana mungkin Papa mengusirku dari rumah hanya karena ia tidak suka melihatku berhubungan dengan Randy. Aku hanya mampu berdiam diri.
"Kalo kamu diem, itu artinya kamu lebih memilih cowok itu daripada Papa. Ali, ayo kita balik aja".
"Tapi Om...."
"Biarin aja", ucap Papa ku sambil menarik tangan Ali.
"Oke, Prilly bakal ninggalin Randy", ucapku sambil melirik Randy yang menunduk.
"Ya udah sini kalo gitu", ucap Papaku tanpa membalikkan badannya.
"Maafin aku Ran, tapi kita emang udah ga bisa sama-sama lagi. 2 tahun kita bersama, tapi sikap Papa ga berubah. Jadi mungkin ini keputusan terbaik buat kita berdua", ucapku kepadanya sambil berusaha menahan air mata.
"It's okay Prill. Mungkin emang ini yang terbaik. Makasih buat 2 tahun ini. Aku harap abis ini kita masih bisa sahabatan", ucap Randy tersenyum.
"Aku ke sana dulu kalo gitu".
Randy hanya menganggukan kepalanya, sehingga aku pun langsung menyusul Ali dan Papa yang sudah ada jauh didepanku.
Tante Diana Pov
Gimana ini? Kenapa Papa belum balik? Apa Ali gagal menurunkan emosi Papa. Aku sebenarnya ingin menyusul, tapi aku ingat jika Ali menitipkan Zio, adiknya padaku. Aku melirik jam yang ada ditanganku. Suda 15 menit dan mereka belum kembali. Oh Tuhan.. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku sangat tahu jika suamiku tidak suka pada pacar Prilly. Aku pun tidak tahu apa alasannya. Aku melihat 2 orang lelaki mendekat ke arahku. Akhirnyaa... Suamiku dan Ali kembali. Aku bisa melihat dengan jelas bahwa wajah suamiku dipenuhi oleh emosi. Dibelakangnya aku melihat Prilly. Ia seperti terlihat menahan tangisnya.
"Papa, Papa ga ngelakuin sesuatu kan?", ucapku dengan panik dan penasaran.
"Nggak", ucapnya singkat, padat, dan jelas.
"Prilly, kamu ga kenapa-kenapa kan sayang?"
"Nggak kok Ma", ucapnya sambil berusaha tersenyum padaku.
"Papa mau ke toilet bentar".
"Tenangin diri kamu dulu sayang. Mama juga bilang apa. Kenapa sih kamu masih membantah Papa?".
"Maaf Maaaa. Tapi sekarang, aku udah ngikuti kemauan Papa kok".
Aku yang mendengarnya terkejut. Apa mungkin Prilly dan Randy sudah...........
#TBC
Hellooo😌😌😌. Maafkan author yang telat ngepublish chapter ini😓. Maafkan juga kalo chapter ini pendek☺. Fix, author lagi sibuk banget. Jadinyaaaa ya Photograph deh yang kena imbasnya :'). Jangan lupa vote and commant💕. Makasih yang udah baca dan udah masukin Photograph ke library kalian❤
-K
KAMU SEDANG MEMBACA
Photograph
FanfictionWe keep this love in a photograph We made these memories for ourselves Where our eyes are never closing Hearts are never broken And time's forever frozen still