"Kak Piyiikkkkkkkkkkk", teriak Zio heboh saat mengetahui bahwa Abangnya itu pulang ke rumah bersama dengan Prilly.
Prilly yang mendengar panggilan Zio itu pun berhenti di tempat. Ia melotot pada Zio.
"Zi, kamu manggil kakak apa tadi?", tanya Prilly.
"Kak Piyikkkk", jawab Zio dengan senyumannya.
"APAAAA? COBA ULANGG?", pinta Prilly.
"KAKKK PPPPPIIIIIIIYYYYYYIIIIIKKKKKKKKK", jawab Zio dengan suara lantangnya.
Prilly yang mendengarnya pun tambah melotot pada adik Ali itu.
"Kamu ga tahu artinya piyik ya Zi?", tanya Prilly menahan emosi.
"Enggak kak", jawab Zio polos
"Diajarin siapa kamu Zi manggil Kakak Piyik?", tanya Prilly dengan emosi yang siap meledak.
"Saamaaaaaaaaaaaaaaa...........".
"Sama siapaaa?", tanya Prilly sekali lagi.
"Samaaaaaaaaaaa. Nahhhh, itu orangnyaaaaa", jawab Zio sambil menunjuk Ali yang baru saja memakirkan mobilnya digarasi.
Ali yang dari tadi fokus merapikan kaos yang digunakan pun mendongak menatap Zio yang menunjuknya. Lalu, ia pun menatap Prilly yang juga sedang menatapnya dengan tatapan galak. Ali yang tidak mengerti apapun mendekati mereka.
"Kenapa nih? Zi? Kenapa nunjuk Abang?", tanya Ali.
"Ehehehheehheeeee. Tanya aja sama Kakak Prilly. Zi mau ke kamar dulu yaaa. Nanti Abang sama Kakak jangan lupa nyusul. Dadaaaaaaaa", jawab Zio sambil berlari menuju kamarnya.
"Lah?? Zi? Zioooooo!!!", panggil Ali tetapi di hiraukan oleh adiknya itu. Ali pun kembali menatap Prilly yang sekarang menatapnya tajam sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Kenapa??", tanya Ali bingung.
"Jadiiiiiiii, tadi begitu gue masuk, Zio teriak Kakak Piyikkkkkkkkkkkk kenceng bangetttt. Nah, pas gue tanya ke siapa yang ngajariiiii, dia nunjuk looooo", jawab Prilly ketus.
Ali yang menyadarinya pun menelan ludahnya susah payah. Pantas sajaa Prilly marah, batinnya. Prilly pun melanjutkan ucapannya.
"JADIIIIIIII APA MAKSUD LO NYURUH ZIO MANGGIL GUE PIYIK HAH? JELASIN SEKARANG!!", suruh Prilly yang sudah tidak dapat menahan emosinya.
Ali pun susah payah menelan ludahnya. Wajahnya sudah menunjukkan ketakukan yang amat sangat. Bagi Ali, ini ibarat dimakan singa betina kelaparan.
"Eumm, ehmm. Prill, Prilll. Jangan emosi, jangan emosi, tahan, tahan. Ini salah paham doank kok", ucap Ali berusaha menenangkan Prilly yang sudah meledak emosinya.
"LO BILANG TAHAN? JANGAN EMOSI? PALA LO PEYANG APA GIMANA SIHHHH?", jawab Prilly menggebu-gebu.
"Eh, Prilly yang cantik, baik hati, ramah, rajin ibadah, jangan teriak plissss.... Ini thu rumah gue Prilly, bukan rumah looo", bujuk Ali agar ia tidak jadi di amuk macan betina.
"EMANG GUE PEDULI KALO INI RUMAH LO?", jawab Prilly sengit.
"Buset dah. Ini anak Om Robby, kecil badannya, tapi kenape suaranya bisa kenceng amat yak? Bisa budeg ini serumah gue", batin Ali.
Ali pun segera lari menuju halaman belakang rumahnya. Prilly yang melihatnya pun membulatkan matanya dan segera mengejar Ali.
"ALI SOMPRETT KUADRATTTT, JANGAN KABOR LO YAAA", teriak Prilly sambil berlari mengejar Ali.
Ali yang terlebih dulu sampai di halaman belakang pun mengumpat di belakang semak-semak yang ada di halaman itu. Ia berharap, Prilly tidak dapat menemukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Photograph
FanfictionWe keep this love in a photograph We made these memories for ourselves Where our eyes are never closing Hearts are never broken And time's forever frozen still