Chapter 25

3.7K 277 6
                                    

Sudah seminggu lamanya Prilly berada di Singapore. Masalah yang dihadapi perusahaan sang Papa yang berada disana bisa dibilang cukup serius karena akhir-akhir ini perusahaan tersebut mengalami kerugian yang cukup keras. Prilly pun perlu bekerja keras agar perusahaan Papanya tidak mengalami kerugian yang lebih besar lagi. Hubungannya dengan Alipun baik-baik saja. Komunikasi mereka lancar. Perbedaan waktu antara Singapore dan Indonesia yang hanya 1 jam tidak membuat mereka repot untuk berkomunikasi. Biasanya mereka melakukan facetime setelah Prilly pulang dari kantor untuk melepas rindunya.

"Haiiiii", sapa Prilly pada Ali dengan senyum yang mengembang ketika facetime mereka sudah terhubung.

"Haiii jugaa Bieee. Gimana hari ini?", tanya Ali penuh perhatian.

"B aja sih. Hehehehe. Pusing pala Prilly, ngurusi file yang segunung itu", keluh Prilly.

Selama seminggu ini, Ali jugalah yang menjadi tempat keluh kesah Prilly karena file-file yang membuatnya ingin tenggelam ke laut dalam saja.

"Bakar aja, bakar. Nanti kamu ga bakal pusing lagi", ucap Ali yang mampu membuat Prilly melototkan matanya.

"Bakar, bakar. Emang situ pikir ayam apa? Kalo dibakar, bisa-bisa tambah pusing pala ini. Situ kalo ngasih saran yang bener dikit napa? Nyesel deh cerita kalo kasih sarannya ga jelas gini. Masih mending kalo berguna dikit, lha ini kagak berguna ama sekali", omel Prilly pada Ali.

"Haduh sayanggg, aku thu gak ngasih saran ya. Aku cuma bercanda aja tau, tapi kamunya aja yang terlalu baper. Lagi PMS ya?", tebak Ali.

"Heem. Awas aja kamu sampe bikin aku emosi", ancam Prilly.

"Iya, iya. Ga bakal bikin emosi deh. Sifat tengil nan jahil ala Ali bakal hilang untuk sementara waktu", balas Prilly.

"Sementara waktu doank nih? Selamanya ga bisa ya? Heran deh aku, perasaan Zio ga tengil, kalopun jahil juga ga keterlaluan, lah kamu? Jahilnya kebangetan, apalagi tengilnya, udah gitu pedenya minta ampun. Haduhh, capek tau aku ngadepin sikap kamu yang selalu bikin ngelus dada itu. Emang Mama kamu ngidam apa sih pas hamil kamu? Anaknya sampe kayak gitu", ucap Prilly mengeluarkan semua unek-unek yang dipendam selama ini. Sedangkan Ali, pria itu hanya menatap datar Prilly saat mendengarkan apa yang dikatakan oleh kekasihnya. 'Ini Prilly yang terlalu jujur, apa emang Prilly lelah sama sikap tengil gue?', batin Ali dalam hati.

"Kamu jujur amat ya yank?", gumam Ali.

Prillypun sontak tertawa mendengar gumaman Ali yang seperti orang pasrah.

"Karena lebih baik jujur walaupun menyakitkan daripada berbohong tapi membuat hidup tidak tenang".

"PRILLY TEGUH", teriak Ali sambil mengangkat tangannya ke atas seperti orang berdemo.

"Pak, pak, situ demo ya?", tanya Prilly.

"Kagak. Saya Ali. Saya makhluk hidup, spesies manusia tengil nan jahil tapi guanteng, rajin, soleh, pintar, ramah, baik, suka menolong, setia, tidak sombong. Jenis seperti saya ini hanya ada satu di dunia. Limited edision kata orang. Hanya tercetak satu diantara milyaran manusia. Tapi tenang aja, saya menghirupnya oksigen kayak manusia normal lainnya. Saya juga makan makanan manusia, bukan makan tulang, batu, apalagi makan temen".

Prillypun semakin dibuat ketawa mendengar penuturan Ali. Limited edision katanya.

"Waduh, kalimat yang terakhir. Ati-ati lho, entar banyak yang merasa disindir padahal niatnya kagak nyindir. Heran sih sama netijen zaman now. Ngurusi hidup orang muluk, ngerasa kayak paling bener. Padahal hidup sendiri aja belum tentu bener."

Alipun menganggukan kepalanya setuju mendengar ucapan Prilly.

"Buener buanget suayang. Duasar eumang, neutijin juaman nuow", ucap Ali lebay sambil memonyongkan bibirnya.

PhotographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang