"Om, saya izin bawa anaknya pergi ya", izin Ali pada Robby. Saat ini, Ali memang berada di rumah Prilly untuk pergi bersama sesuai janji mereka tadi pagi.
"Iya Li. Bawa aja, asal dipulangin dalam keadaan tanpa lecet sedikitpun", balas Robby sambil terkekeh.
"Nanti Ali tempel sticker fragile deh om ke anaknya, biar kalo orang nyentuh ati-atih", canda Ali balik.
"Emang aku barang gitu?", ketus Prilly sambil turun dari tangga.
"Loh? Bukannya kamu emang barang ya sayang?", tanya Robby bermaksud menggoda Prilly.
"Ish Papa! Kalo aku barang, Papa juga barang berarti. Kan aku anaknya Papa", ucap Prilly tidak terima.
"Udah, mendingan kamu berangkat aja sana sama Ali daripada pulangnya kemaleman", timpal Diana yang baru saja keluar dari dapur.
"Ngusir Ma?", tanya Prilly dingin.
"Kalo ga diusir, kamu sama Papa pasti depan. Nanti ga jadi pergi. Kasian Ali juga nunggu tuh", balas Diana sambil melirik Ali.
"Ali udah biasa nunggu kok Tan", balas Ali sambil tersenyum ramah.
"Tuh! Alinya biasa aja kok".
"Iya, Ali udah biasa. Biasa nunggu Prilly siap buat di kawinin Ma", balas Robby sambil tertawa.
Ali dan Prilly pun langsung melongo mendengar perkataan Robby yang tidak di filter. Sedangkan Diana, ia ikut terkekeh.
"Hush, Papa nih. Kawin, kawin. Nikah dulu Pa baru Kawin", ucap Diana.
"Nah! Bener thu apa kata Mama", ucap Prilly menyetujui apa yang dikatakan oleh Diana.
"Udah berangkat sana! Nanti ga jadi lho kalo ga berangkat-berangkat", usir Diana lagi.
"Iya iya Ma. Prilly sama Ali pergi dulu ya", balas Prilly sambil menyalimi kedua tangan orangtua nya diikuti oleh Ali.
"Ati-ati di jalan. Jangan ngebut Li", pesan Diana.
"Siap tante", balas Ali lalu menggandeng tangan Prilly menuju mobilnya.
***
"Tadi pagi kenapa nelfon ga jelas terus di matiin?", tanya Prilly memecah keheningan di dalam mobil."Itu, Zio.. Biasa lah iseng", balas Ali sambil tetap fokus mengemudikan mobilnya.
"Tapi kok, tadi aku denger Zio teriak bohong ya?", tanya Prilly curiga.
Bukannya menjawab Prilly, Ali malah cengengesan sendiri."Eh? Ehehehehe"
"Kamu apain Zio tadi pagi?"
Ali pun menjelaskan semuanya. Lebih baik daripada nanti Prilly tau dari Zio sendiri, karena pasti pujaan hatinya itu akan memarahinya dan mendiaminya.
"Jadii, tadi kan aku masih ngantuk. Wajar kan ya yank? Nah terus Zio udah mandi, udah siap buat sekolah. Tiba-tiba itu bocah bangunin aku secara paksa. Karena mata masih 2 watt, aku tidur lagikan. Eh, dia malah teriak terus nyuruh aku nganterin ke sekolahnya. Ya udah lah, aku ngomong suruh nganterin sopir aja kayak biasa. Ngambek dianya terus ngancem aku bakalan nelfon kamu. Nah, berhubung Zio belum punya ponsel aku kan jadi ga percaya. Ya udah aku spontan bilang gini 'Telfon aja. Kamu kan belum punya ponsel paling juga bohong'. Eh, ternyata dia ngambil ponsel aku yang ada di nakas. Ponsel aku kan ga aku password thu, jadi dia bisa buka terus telfon kamu terus ngadu deh", cerocos Ali panjang lebar.
Prillypun memutar bola matanya malas. Memang dasarnya aja kebo sih Ali. Malas membalas perkataan Ali, ia lebih memilih sibuk dengan ponselnya.
"Kacang.. cang.. cangg... Mahalll.. hal... hal..", sindir Ali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Photograph
FanfictionWe keep this love in a photograph We made these memories for ourselves Where our eyes are never closing Hearts are never broken And time's forever frozen still