Chapter 30

2.9K 246 18
                                    

Changi Airport

Setiap kali kita pergi ke suatu tempat untuk pergi berlibur, kita pasti akan kembali lagi ke tanah kelahiran pada waktu yang telah ditentukan bukan? Dan itu pula yang dihadapkan oleh Ali. Lelaki itu bersama Zio sudah siap untuk kembali ke tanah air. Ali, sebenarnya ia tidak tega meninggalkan Prilly sendirian di negeri orang. Ia juga belum siap menjalani hubungan LDR dengan Prilly. Tapi mau bagaimana lagi?

"Take care ya kalian berdua. Thankyou banget udah nemenin aku 4 hari ini, masih pengen ngabisin waktu sama kalian padahal", ucap Prilly sedih. Perempuan itu mengantar Ali dan Zio sampai di depan imigrasi yang terdapat di bandara. Ia rela ke bandara terlebih dahulu baru nantinya ke kantor hanya demi mengantar Ali dan Zio.

"Kamu juga take care ya disini. Inget, kamu di negeri orang. Kerja juga yang bener biar bisa cepet balik. Jaga hati kamu. Jaga kesehatan. Jangan telat makan. Aku tunggu kamu di Indonesia secepatnya", ucap Ali sambil memeluk tubuh mungil Prilly.

Zio yang melihat merekapun tersenyum. Ia berharap, jika kelak Ali dan Prilly akan terikat dalam hubungan pernikahan.

Prillypun melepas pelukannya pada Ali. Lalu berganti menatap Zio yang tersenyum padanya, lalu memeluk adik Ali itu.

"Jangan nakal-nakal kamu. Turutin tuh semua kata abangmu kalo ga mau dia berubah jadi hulk", canda Prilly pada Zio yang membuat Ali cemberut.

"Kakak hati-hati ya disini. Zi bakal kangen banget deh sama Kak Prilly. Cepet balik ke Indo juga ya kak, biar abang Zio itu gak galauan terus tiap hari", sindir Zio pada Ali.

"Susah ya jadi orang ganteng, disindirin mulu, disalahin mulu", gumam Ali pelan.

"Udah sana masuk, daripada nant ketinggalan pesawat", suruh Prilly sesaat setelah ia melepaskan pelukannya dengan Zio.

"Dada Kak Prilly", ucap Zio sambil melambaikan tangannya yang dibalas dengan senyuman oleh Prilly.

Ia harap, masalah dikantor Papanya yang berada di Singapore dapat ia selesaikan dengan cepat, agar ia dapat kembali berkumpul dengan orang-orang yang ia cintai kembali.

***
"Bagus ya, udah mulai berani berpergian tanpa ijin Papa rupanya. Membawa Zio pula".

Ali hanya bisa menghela nafasnya mendengar sindiran sang Papa. Ia memang tidak memberi tahu pada Jodi, kalo ia dan Zio pergi ke Singapore. Ia tahu ini salah, apalagi ia membawa adiknya. Tapi kalian tau kan, bagaimana hubungan Ali dengan Jodi? Tidak seperti hubungan anak dan ayah, tapi lebih mirip seperti hubungan dua orang yang sedang bermusuhan.

"Zio, kamu naik duluan aja. Kopernya tinggal, biar nanti abang suruh Bibi ngeluarin baju-baju kotormu. Oleh-olehnya juga nanti biar Bibi yang bawa ke kamarmu ya? Abang mau bicara dulu sama Papa", suruh Ali yang diangguki oleh Zio.

Ali tidak mau Zio dimarahi Jodi, apalagi ini salahnya karena tidak meminta ijin terlebih dahulu.

"Zio ke kamar dulu ya Pa, Bang", pamit Zio yang dibalas anggukan oleh Ali dan Jodi.

"Ikut Papa ke ruang kerja sekarang", suruh Jodi tak terbantahkan. Mau tak mau, Alipun mengikutinya.

"Sejak kapan kamu mulai berani sama Papa? Sejak kapan kamu berani bawa Zio pergi ke luar negeri tanpa sepengetahuan Papa? Apa pacarmu yang membawa pengaruh buruk padamu?", tanya Jodi yang mampu membuat Ali menahan emosinya. Ali terlihat mengepalkan tangan kanannya. Berusaha mati-matian agar tidak bersikap semakin kurang ajar di depan ayahnya.

"Papa nggak berhak nuduh Prilly sembarangan. Oke, Ali minta maaf kalo Ali ngebawa Zio pergi ke luar negeri tanpa sepengetahuan dan ijin Papa. Ali tau itu salah, dan seharusnya gak Ali lakuin. Tapi yang Papa harus tahu, Ali dan Zio ke Singapore karena Zio yang minta. Zio yang minta karena Prilly sekarang ada disana. Dan satu lagi, Ali bersikap kurang ajar sama Papa, karena sikap Papa sendiri yang bikin Ali kehilangan respect. Bukan karena orang lain, apalagi Prilly yang baru aja masuk ke dunia Ali".

PhotographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang