Chapter 21

3.4K 275 7
                                    

Ali menyandarkan punggungnya di jok mobil. Ia mendesah kecewa karena saat kerumah Oma dan Opa dari sang Mama, rumah itu kosong.

"Harus cari kemana lagi coba?", lirih Ali.

Sejak Prilly mengasih semangat pada Ali untuk mencari Mamanya lagi beberapa hari yang lalu, Ali memang hampir setiap hari mengunjungi rumah Oma Opa dari sang Mama. Ia pikir, ia bisa bertemu dengan Bi Irah, orang yang bekerja disana. Tetapi, setiap kali ia kesana yang ia temukan hanya rumah yang sepertinya sudah tak dihuni.

Ting.

Ponsel Ali bunyi, menandakan ada pesan yang masuk.

Bie🐝

Akang siomayyy!!! Jadi ketemuan kagak? Langsung ke cafe biasa aja yah. Aku udah otw.

Senyum Ali langsung mengembang setelah membaca pesan itu. Jari-jarinya mulai menari di atas ponselnya untuk membalas pesan dari Prilly.

Ya jadilah sayang. Aku juga lagi mau otw ke sana. See ya!

Alipun menaruh ponselnya di dashboard mobil lalu mulai melajukan mobilnya membelah jalanan ibukota yang selalu ramai.

***

"Haii, udah nunggu lama ya?".

Suara yang menyapa dirinya membuat Prilly dengan cepat mendongakkan kepala melihat orang pemilik suara tersebut. Senyum langsung merekah di wajah cantiknya. Namun, hanya beberapa saat senyum itu bertahan sebelum digantikan dengan wajah datarnya.

"Tergantung lama dikamus itu berapa menit? Kalo menurut kamus kamu 5 menit itu lama ya berarti 25 menit itu amat sangat lama", ketus Prilly.

"Ciee ngambek ya? Maaf deh macet tau jalannya. Kamu kayak ga tau gimana Jakarta aja", balas Ali.

Yak, Ali lah yang datang mengampiri Prilly yang sedang memainkan ponselnya. Setelah menembus kemacetan Jakarta yang entah sampai kapan bertahan, ia sampai juga di cafe tempat mereka janjian.

"Ya oke lah kalo macet, tapi bisa ga ngabari dulu? Dichat ga dibales, di telfon ga dijawab. Kan aku kira ga jadi.", ucap Prilly kesal.

"HP aku mati nih", balas Ali sambil menunjukkan ponselnya yang mati.

"Bawa powerbank donk", ketus Prilly lagi.

"Lagi PMS ya neng?", tebak Ali.

"Dah tau, pake sok-sokan nanya", balas Prilly jutek.

"Lah? Aku kan emang ga tau kalo kamu PMS. Tau juga barusan karena aku tanya", ucap Ali mencoba membela dirinya.

"Dih, palingan boong".

Ali hanya bisa menarik nafas lalu membuangnya secara perlahan agar tidak emosi. Ia ingat gimana wanita jika sedang PMS. Selalu ingin benar. Karena Ali males berdebat, ia mencoba mengalihkan topik pembicaraan mereka.

"Kamu udah pesen makan?", tanya Ali pada Prilly yang masih menunjukkan wajah datarnya.

"Belum, lagi pesen minum doank aku", balas Prilly seraya melirik Es Lemon Tea yang ia pesan sembari menunggu Ali.

"Ya udah pesen aja dulu", ucap Ali seraya melambaikan tangannya pada pelayan restoran tersebut.

"Mau pesan apa Mbak, Mas?", tanya sang pelayan.

"Saya chicken steak satu aja", balas Prilly.

"Masnya?", tanya sang pelayan lagi pada Ali.

"Samain aja Mbak. Sama  Lemon Tea satu lagi", balas Ali.

"Ditunggu ya mbak, mas", ucap pelayan tersebut sambil berlalu dari hadapan Ali Prilly.

"Jadi gimana? Kamu udah dapet informasi tentang keberadaan Mama kamu?", tanya Prilly.

PhotographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang