Chapter 32

2.7K 260 27
                                    

Hari ini Hari Minggu. Dan Prilly memanfaatkan waktu libur akhir pekan ini untuk berbelanja kebutuhannya. Ya begini kalo tinggal sendirian di negeri orang. Harus mandiri. Semuanya harus Prilly lakukan seorang diri.

Wanita itu terus mendorong trolly yang sudah penuh dengan berbagai macam kebutuhannya. Mulai dari sabun, odol, deterjen, mie instan, kecap, sampai makanan ringan yang menjadi temannya saat begadang demi mengerjakan proposal kantornya. Matanya secara bergantian melihat ke kanan dan ke kiri rak-rak yang penuh dengan cemilan.

Sudah sekitar satu jam waktu ia habiskan disini. Trollynya pun sudah penuh dengan barang-barangnya. Tapi wanita itu terus saja memasukkan berbagai macam cemilan ke trollynya. Sekalian beli banyak, mumpung libur pikirnya.

Saking fokusnya melihat berbagai macam cemilan yang tersedia, Prilly sampai tidak sadar jika dibelakangnya ada seorang wanita paruh baya yang juga sedang melihat berbagai macam jenis cemilan. Prilly melangkah mundur untuk mendapatkan suatu cemilan yang ia incar dan tiba-tiba

"Arghh", jerit wanita paruh baya itu yang berada dibelakang Prilly. Rupanya kakinya terinjak oleh Prilly.

Sontak, Prilly mengambil satu langkah ke depan lalu membalikan badan menatap wanita paruh baya tersebut.

"I'm sor...", ucapan Prilly terhenti saat melihat wanita itu. Wajanya seperti foto yang Ali kirimkan beberapa waktu lalu.

"Helloo", ucapan wanita itu yang sambil melambaikan tangannya diwajah Prilly membuat Prilly kembali fokus kepada wanita paruh baya itu.

"Eh, I'm so sorry madam", ucap Prilly yang masih terkejut.

"It's okay. I'm fine", balasnya.

Tanpa menunggu lebih lama lagi wanita paruh baya itu mulai melangkah meninggalkan Prilly.

"Waitt", teriak Prilly sebelum wanita itu melangkah lebih jauh. Mendengar teriakan Prilly, wanita paruh baya itu kembali berbalik menatap Prilly dengan tatapan bingungnya.

"Tante Hanna ya?", tanya Prilly menggunakan Bahasa Indonesia. Ia sudah memantapkan tekadnya memanggil wanita paruh baya itu dengan Bahasa Indonesia. Lebih baik dia menanggung malu jika memang ternyata wanita paruh baya itu bukan Hanna daripada menyia-nyiakan kesempatan emas.

Wanita paruh baya yang Prilly panggil dengan namanya itu pun mendadak pucat.

"Tante, tante Hanna kan?", tanya Prilly sekali lagi.

Wanita paruh baya yang Prilly panggil tetap terdiam ditempatnya tanpa menjawab pertanyaan Prilly.

"Tanteee", panggil Prilly sekali lagi.

"Kamu siapa?", balas wanita paruh baya yang Prilly panggil sebagai Hanna.

"Saya akan menjelaskan siapa saya, bisa kita berbicara berdua tante?", pinta Prilly.

"Baiklah. Kalo gitu kita bicara di cafe depan. Kalo gitu kamu bayar belanjaan kamu dulu sana, saya tunggu", ucap Hanna yang dibalas anggukan oleh Prilly.

Hanna pun meninggalkan Prilly yang dengan senyum merekah mendorong trollynya menuju kasir.

***
"Jadi, bisa beritahu saya kamu itu siapa?", tanya Hanna pada Prilly yang sudah duduk dihadapannya.

Prilly menangguk. Mulai memberi tahu siapa dirinya.

"Saya Prilly tante. Saya dari Jakarta, dan saya tahu nama tante dari seseorang", jelas Prilly. Ia memang sengaja tidak langsung memberi tau bahwa Ali adalah pacarnya.

"Oke, Prilly. Kalo gitu kamu tau saya dari siapa?", tanya Hanna lagi.

"Saya tau tante dari seseorang yang sudah amat sangat merindukan tante. Dia juga sudah mencari tante tapi sayangnya dia tidak menemukan tante. Justru saya yang bertemu dengan tante tanpa sengaja".

PhotographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang