Chapter 37

4.7K 275 22
                                    

Saat ini masih pukul 12.56 tetapi Jodi sudah masuk berada di dalam mobil yang akan membawanya meluncur ke rumah. Tadi ia mendapat informasi dari salah satu anak buahnya yang mengatakan bahwa ada perempuan paruh baya di rumahnya dan perempuan itu terlihat akrab dengan Ali, tentu saja hal itu membuatnya penasaran siapa perempuan tersebut sehingga setelah menyelesaikan meetingnya dengan salah satu perusahaan besar dari Jepang ia langsung meminta sekretarisnya menyiapkan mobil untuk kembali ke rumah. 15 menit kemudian, Jodi sudah sampai kembali ke rumahnya. Dia mengernyit heran melihat ada sebuah mobil terparkir di depan rumahnya dan ia tidak mengenali mobil tersebut. Tanpa banyak berfikir, Jodi pun segera masuk ke dalam rumahnya. Keadaan rumah yang hening langsung menyambutnya. Samar-samar ia mendengar suara orang tertawa dari arah kolam renang. Ia pun langsung melangkahkan kakinya menuju kolam renang. Setelah sampai di kolam renang ia melihat 2 laki-laki yang dikenalinya dan sesosok perempuan asing.

"Ali, Zio?" panggilnya yang membuat kedua orang yang dipanggilnya menoleh ke arahnya dengan wajah berbinar-binar.

"Perempuan itu siapa?", tanya Jodi dan setelahnya ia membeku ditempatnya begitu perempuan itu membalikan badannya. Ia memejamkan matanya selama beberapa saat, berusaha memastikan penglihatannya apakah benar. Saat membuka matanya, perempuan itu berdiri dihadapannya sambil tersenyum. Senyum manis yang tak pernah berubah sejak dulu. Senyum manis yang ia rindukan selama ini, dan senyum manis yang pernah hilang dalam hidupnya, akibat kebodohannya saat itu.

"Hanna?", lirih Jodi dengan suara seraknya. Matanya sudah berkaca-kaca.

Tanpa aba-aba, Jodi segera berlari memeluk Hanna, separuh hatinya bahkan separuh hidupnya yang pernah ia sakiti lalu menghilang di telan bumi. Tangis pasangan suami istri yang sempat berpisah karena kesalah pahaman dan keegoisan itupun pecah, menangis meluapkan rasa rindu yang selama ini terbenam dalam hati masing-masing. Ali dan Zio yang melihatnya pun tak kuasa menahan tangis, kakak beradik itu tersenyum bahagia. Akhirnya keluarga mereka kembali lengkap seperti sedia kala.

Jodi dan Hanna masih bertahan dalam posisi berpelukan, sampai akhirnya Jodi melepaskan pelukannya terlebih dahulu. Lelaki setengah baya itu menghapus air matanya, lalu menghapus air mata Hanna yang masih keluar.

"Maaf, maaf, maafin aku. Maafin aku karena udah egois sama kamu, maafin aku karena aku bodoh. Maafin aku karena aku gak pantas buat kamu, maafin aku karena aku gak bisa jadi suami dan ayah yang baik buat kamu sama anak-anak, maaf.....", dan kata selanjutnya yang akan diucapkan Jodi terputus oleh Hanna yang sudah terlebih dahulu berbicara.

"Sttt, udah mas udah, kamu gak perlu minta maaf sama aku ataupun anak-anak. Kamu gak salah mas, kamu gak salah, tolong jangan salahin diri kamu sendiri lagi".

Ali dan Zio pun berjalan mendekati kedua orangtua nya, memeluk mereka secara bersamaan. Ini yang mereka berdua nantikan sejak beberapa tahun lalu. Keluarga mereka kembali lengkap, dengan sosok figur Ibu yang sempat menghilang

***
Malam harinya, anak sulung dari Jodi dan Hanna itu terlihat mondar-mandir di kamarnya dengan menggerutu dan ponsel yang tak lepas dari genggamannya. Siapa lagi jika bukan Ali? Lelaki itu sedari tadi terlihat gelisah dan itu semua karena Prilly. Ya, kekasih hatinya itu seharian ini tidak memberinya kabar dan tidak dapat dihubungi. Bisa dibayangkan bukan bagaimana paniknya Ali, apalagi saat ini Prilly tidak berada di Indonesia, melainkan di Singapura, negeri orang lain dan ini membuat paniknya Ali menjadi double. Decitan pintu terdengar membuat Ali menoleh ke asal suara, dilihat nya Hanna yang berjalan masuk ke kamarnya dengan wajah penasarannya.

"Kamu kenapa bang? Dari makan tadi Mama lihat kayak gelisah terus? Ada masalah? Mau cerita sama Mama?"

"Prilly Maa"

"Prilly? Kenapa dia bang? Prilly baik-baik aja kan?"

"Prilly dari tadi gak ngasih kabar ke abang, abang hubungi juga gak bisa, abang takut kalo terjadi sesuatu sama Prilly sedangkan Prilly disana sendirian"

PhotographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang