Chapter 22

3.3K 266 5
                                    

Suara ketukan pintu terdengar dari luar kamar. Ali langsung buru-buru mengambil kaos polos berwarna putih dari lemari dan memakainya. Ia baru saja selesai mandi.

"Loh? Kenapa Zi?", tanya Ali begitu membuka pintu dan melihat adiknya yang berdiri sambil membawa guling kesayangannya.

"Zi mau tidur sama abang boleh?", pinta Zio.

"Boleh donk.", balas Ali sambil menyuruh adiknya itu masuk. Dengan segera, Zio berlari menuju kasur king size milik Ali dan menidurkan tubunya di sana.

"Kenapa nih tiba-tiba mau tidur sama abang?", tanya Ali sambil duduk di pinggir kasur.

"Cuma pengen aja bang. Kan itu udah kebiasaan kita dari dulu", balas Zio.

Yang dikatakan Zio memang benar. Dulu, ia dan Zio memang sering tidur berdua jika malam minggu. Tapi, seiring berjalannya waktu hal itu sudah jarang dilakukan. Apalagi Zio juga semakin besar.

"Ciee, kangen ya tidur sama Abang?", goda Ali pada adiknya.

"Sebenernya bukan cuma kangen tidur sama abang doank", ucap Zio pelan namun masih bisa di dengar oleh Ali.

"Maksudnya?", tanya Ali heran.

"Mama kemana sih bang? Udah 7 tahun Mama ga balik. Mama marah ya sama Zio karena dulu Zio nakal? Tapi kenapa Mama ga balik-balik bang? Zio kangen sama Mama", ucap Zio sambil terisak.

"Kangen banget ya sama Mama?", tanya Ali sambil memeluk adiknya. Zio hanya mengangguk menjawab pertanyaan Ali.

"Dengerin abang ya. Mama pergi itu pasti ada alasannya dan Zio ga usah mikirin apa alasannya. Kalo Zio kangen Mama, Zio berdoa supaya Mama cepat kembali dalam keadaan sehat. Percaya sama abang, Mama sebenernya juga pengen ketemu sama abang, sama Zio tapi ada suatu alasan yang ngebuat Mama belum bisa nemuin kita".

"Tapi, kenapa Mama ga nelfon kita bang?"

"Zii, kita kan ga tau Mama sekarang dimana. Bisa aja Mama lagi di pedalaman yang belum ada sinyal, atau Mama mungkin lagi di luar negeri"

"Emang Mama juga kangen sama kita? Abang tau darimana kalo Mama kangen sama kita?"

"Semua Ibu di dunia ga mungkin ga kangen sama anaknya. Mungkin kita bisa melupakan orang lain dengan gampangnya, tapi seorang ibu ga mungkin bisa melupakan anaknya sendiri."

"Tapi Zi pengen ketemu Mama, walau bentar aja bang", ucap Zio lirih pada akhirnya.

"Udah malem, kamu tidur gih. Besok masuk sekolah lho. Jangan lupa doa, siapa tau Mama hadir di mimpi kamu", ucap Ali mengalihkan pembicaraan.

"Oke bang. Zi tidur ya".

"Good Night", ucap Ali seraya mencium kening Zio.

***

"Maafin Mama", gumam seorang wanita sambil memandangi sebuah foto. Di dalam foto tersebut ada seorang wanita cantik yang
pipinya dicium oleh kedua anak laki-laki.

***

"ABANGG BANGUUUNNNNN", teriak Zio tepat di telinga Ali dan  membuat dirinya nyaris jatuh dari atas kasur tempat tidur.

"Apaan sih Zi?", tanya Ali dengar suara seraknya.

"Anterin Zi ke sekolah", ucap Zio disertai cengiran khasnya.

"Suruh nganterin Pak Jono aja ih. Abang masih ngantuk".

Bukannya bangun, Ali malah memeluk guling kesayangannya dan semakin bersembunyi di dalam  selimut tebal miliknya.

"No, no, no", ucap Zio sambil menggerak-gerakkan jari telunjuknya.

"Ayolah banggg", rengek Zio.

PhotographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang