"Arghhhhh", teriak Ali frustasi sambil menendang kerikil-kerikil yang berada dihadapannya. Sesaat setelah meninggalkan kantor Jodi, Ali tidak langsung pulang. Ia mampir ke danau favoritnya bersama Prilly. Mencoba untuk menenangkan dirinya.
Entah mengapa, Ali merasa bersalah karena menolak permintaan Jodi untuk meneruskan perusahannya. Ia sudah berusaha untuk menerima Jodi walaupun ayahnya pernah melakukan kesalahan pada masa lalu. Ali sudah berusaha mati-matian agar ia tidak egois, tapi ia gagal.
"Kenapa hidup gue jadi kayak gini sih?", lirih Ali. Jika boleh, ia ingin marah kepada Tuhan. Ia ingin marah, kenapa Tuhan menjadikan hidupnya serumit ini? Kenapa masalah selalu datang dalam hidupnya. Ia ingin marah, kenapa disaaat orang bahagia ia harus menderita? Kenapa Tuhan tidak adil pada dirinya? Kenapa Tuhan seolah tidak memperdulikannya? Tapi sayangnya, ia sadar. Ia sadar bahwa Tuhan telah membuat jalan hidupnya. Dan ia berharap, suatu hari nanti hidupnya akan indah, seperti hidup orang lain.
***
Sementara itu, Prilly memijat pelipisnya sambil menghembuskan nafas lelah. Ia harus memeriksa puluhan dokumen dan menandatanganinya. Ingin rasanya Prilly kembali ke Indonesia. Tersadar akan sesuatu, Prilly dengan segera mengambil ponsel yang berada di sebelah laptopnya. Dengan lincah jari jemarinya mencari nomor seseorang lalu dengan segera menghubunginya."Ish, kemana lagi sih ini orang?", decak Prilly kesal.
Sekali lagi, ia mencoba menghubungi seseorang disebrang sana.
Nomor yang anda tuju...
Klik.
Langsung saja Prilly memutuskan sambungan ketika mendengar suara operator itu lagi.
"Kemana lagi sih nih orang? Hobi banget ngilang tanpa kabar", gumam Prilly.
Prilly tersenyum licik ketika mendapatkan ide. Dengan segera ia mematikan ponselnya.
"Sekali-kali ngerjain kamu, gapapa kali ya?", gumam Prilly disertai senyum liciknya.
***
"Udah nunggu lama Zi?", tanya Ali pada Zio sesaat setelah adiknya itu duduk di samping kemudi.Memang tadi pagi Zio pergi bersama teman-temannya, dan saat ingin kembali ke rumah, Zio menghubungi Ali minta dijemput.
"Nggak juga kok. Emang abang darimana sih?", tanya Zio heran melihat penampilan Ali yang rapi.
"Oh, itu tadi ada urusan sama temen abang", balas Ali yang sudah jelas berbohong. Kalian pasti tau kan Ali darimana?
Ziopun hanya mangut-mangut menandakan ia percaya.
Ali sebenarnya tidak ingin berbohong, tapi ia malas saja mengingat kejadian tadi pagi dimana Jodi memaksanya untuk meneruskan perusahaan keluarganya itu.
"Kak Prilly disana lagi ngapa ya bang?", tanya Zio sambil memandang jalanan. Pertanyaan Zio itu membuat Ali tersentak kaget. Ia baru ingat kalo daritadi pagi ponselnya belum diaktifkan.
"Mampus", umpat Ali spontan yang masih bisa didengar Zio.
Ziopun mengalihkan pandangannya dan menatap abangnya heran. Tidak angin, tidak ada hujan abangnya itu mengumpat secara tiba-tiba.
"Kenapa bang?", tanya Zio penasaran.
Ali yang teringat bahwa ia tidak sendirian pun menoleh pada Zio lalu kembali fokus ke jalan raya. "Gapapa kok, santai aja, semua aman terkendali", balas Ali sambil cengengesan.
"Gajelas emang", gerutu Zio. Baru tahu ya kalo abangmu gak jelas Zi?
"Bangg, Zio kangen Kak Prilly deh".
"Terus?".
"Zio pengen video call sama Kak Prilly".
"Terus?".
KAMU SEDANG MEMBACA
Photograph
FanfictionWe keep this love in a photograph We made these memories for ourselves Where our eyes are never closing Hearts are never broken And time's forever frozen still