'Rea?!'
'Rea?'
'Rea! Bangunlah.'
Rea mendengar panggilan Leela yang terdengar serak. Rea juga merasakan ada seseorang yang tengah memeluknya. Gadis itu juga bisa merasakan pipinya ditepuk tepuk. Tapi kenapa dia hanya melihat kegelapan?
'Rea?!'
'Apa perlu kita datangkan dokter?'
'Cepat penggilkan dokter! Gadisku sedang pingsan, bodoh!'
Saat dia mencoba membuka matanya, hanya satu yang dirasakannnya. Yaitu pusing yang hebat dikepalanya. Rea mengerang begitu merasa pusing yang melandanya semakin hebat.
"Leela, kepalaku pusing." ujar Rea pelan begitu berusaha membuka matanya.
"Mr. Wincester, berikan Rea kepadaku. Dia membutuhkanku," ujar Leela begitu melihat Rea sudah sadar dan mencari carinya.
Dengan berat hati, Sebastian Zachary Wincester melepaskan rengkuhan possessive-nya pada Rea dan berdiri tepat dibelakang Leela yang tengah membujuk Rea meminum obat guna meredakan pusing yang melandanya.
"Aku tidak mau, Lee. Obatnya pahit," ujar Rea yang dibalas dengusan Leela.
"Kalau kau mau obat yang manis, apa perlu aku membelikanmu sirup terlebih dahulu?!" pertanyaan retoris yang membuat Rea membalas dengusan Leela dan Bastian yang memutar bola matanya karena kekonyolan mereka hadir disaat yang tidak tepat.
"Apa susahnya minum obat? Kau tinggal menelannya bersamaan dengan air," ujar Bastian datar yang mengundang perhatian orang orang disekelilingnya.
Namun tetap saja. Sifat keras kepala Rea sudah mencapai puncak rupanya. Meski pusing hebat melandanya, dia tetap tidak mau minum obatnya.
Dengan berat hati, Leela menuju ke pantry dan menghaluskan obat itu dengan dicampur gula bubuk.
Selain karena untuk mengurangi pahitnya obat itu, meminum obat yang dihaluskan dengan gula adalah kebiasaan aneh yang dilakukan Rea setiap sakit. Selain minum sirup tentunya.
Semua orang yang tadinya mengerumuni tempat Rea pun sudah bubar seiring dengan perkataan gadis itu bahwa dia sudah baik baik saja. Tapi tidak dengan Bastian.
Pria itu tetap berdiri ditempatnya dan memandang Rea yang tengah meminum obat dengan air hangat itu.
Pandangannya tetap tertuju pada gadisnya itu sampai sebuah suara menginterupsi.
"Maaf sebelumnya, Sir. Karena keadaan Ms. Williams yang nampaknya sedang kurang sehat, pemotretan jadi harus diundur besok pagi." ujar salah satu crew yang bertugas mengatur jalannya pemotretan hari itu.
Bastian baru saja akan menjawab perkataan pria itu saat sebuah suara menginterupsinya, lagi. "Tidak perlu dibatalkan, Phill. Aku sudah baik baik saja. Lagipula aku tadi hanya terlalu shock," ujar Rea.
"Tidak perlu memaksakan diri, Ms. Williams. Kau bisa segera pulang apabila memang tidak memungkinkan. Walau jadwalku padat, aku akan mengatur kembali untuk pemotretan ini."
Mendengar perkataan Bastian membuat Rea menggelengkan kepalanya kuat. "Tidak perlu, Sir. Kasihan sekretaris anda harus mengatur ulang jadwal anda. Lagipula saya sudah merasa lebih baik. Kita bisa melanjutkan pemotretan ini sebelum efek obat ini bekerja."
Mendengar Rea memanggilnya Sir membuat Bastian menggeram kecil. "You may call me Bastian. Dan, kesehatanmu adalah yang terpenting Nona."
"Percuma saja kau membujuknya Mr. Wincester. Gadis keras kepala itu tidak akan mendengarmu," teriak Leela yang berdiri beberapa meter dari mereka yang rupanya mendengar percakapan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cute Supermodel
Romance"Kau itu milikku!!" desis seorang pria menatap geram gadis mungil dihadapannya ini. Gadis itu mengerutkan dahinya bingung. Dengan memiringkan kepalanya, dengan polos gadis itu bertanya pada pria didepannya itu. "Aku kan belum menikah, bagaimana bisa...