By misseubyun
Ini sudah yang kesekian kalinya Avalee menghela napas panjang. Antara gugup, takut dan cemas───perasaannya benar-benar campur aduk sekarang.Tak lama, Avalee menggerakkan tangannya untuk mengetuk pintu di depannya secara berirama, "Jin, pintunya gue buka ya?"
Hening, tidak ada jawaban. Pemilik kamar tersebut sama sekali tidak berniat untuk menjawab. Bahkan, ia yang sebelumnya dikenal sebagai biang berisik di sekolah tiba-tiba memilih untuk mogok berbicara sejak kejadian dua hari yang lalu.
Sebut saja pemilik kamar tersebut adalah Park Woojin. Laki-laki bergingsul dengan kulit tan mempesona itu harus merelakan lomba taekwondo tingkat kota yang diselenggarakan hari ini. Ya, dua hari yang lalu ia terjatuh dari tangga dan hal itu membuat tulang keringnya retak.
Dan Woojin mengurung dirinya sejak hari itu. Ia benar-benar merasa buruk karena tidak bisa mewakili sekolah untuk perlombaan itu.
"Woojin, jangan gini." Avalee bergumam pelan sebelum membuka pintu di depannya perlahan. Begitu pintu terbuka, Avalee mendapati Woojin tengah berbaring di atas ranjangnya sambil menatap kosong langit-langit kamarnya.
Lagi-lagi Avalee menghela napas. Rasanya sangat aneh melihat Woojin yang biasanya selalu ceria berubah tanpa semangat seperti ini.
"Jin───"
"Keluar Va, gue lagi pengen sendiri." potong Woojin dingin.
"Tapi Jin, ini udah dua hari. Jangan ngurung diri kek gini." Avalee berjalan mendekati jendela yang ditutupi rapat oleh gorden. Dalam sekali hentakan, gadis itu membuka gorden berwarna kebiruan itu dan membiarkan cahaya matahari pagi masuk ke dalam kamar Woojin.
"Lu ngapain si Va?! Keluar gue bilang! "
"Sampai kapan lu mau kek gini hah?! Lu gatau gimana cemasnya pelatih taekwondo lu?! Lu ga tau gimana sedihnya bunda lu?! Lu ga tau gimana khawatirnya gue?! Lu pasti ga tau kan?! "
Woojin terdiam. Manik kembarnya beralih menatap wajah Avalee lekat-lekat.
"Iya, gue emang ga tau apa-apa. Tapi siapa yang mau kakinya retak sebelum lomba Va? Lu ga ngerti rasanya." ujar Woojin penuh penekanan. Laki-laki itu kembali memalingkan pandangannya ke arah langit-langit, mencoba untuk tidak mempedulikan eksistensi Avalee yang masih berdiri di depan jendela kamarnya.
Avalee membuang napasnya berat. Memang sulit menghadapi tipe keras kepala seperti Woojin. Tapi apa boleh buat, orangtua Woojin sendiri tidak tau lagi harus menyikapi anak sulungnya itu dengan cara apa.
"Va, keluar aja mending."
"Gamau. Bunda lu bilang lu belom makan sejak kemarin malam."
"Gue ga laper."
"Tetap aja lu harus makan. Ga kasian sama bunda yang udah masakin?"
Kalimat itu membuat Woojin menghela napasnya panjang sebelum bangkit dari posisi berbaringnya, "kenapa lu mau repot-repot buat peduli sama gue?"
"Ga mutu amat pertanyaan lu Jin." Avalee menjawab asal. Ia lalu berjalan menghampiri meja yang terletak di sebelah ranjang Woojin, tempat di mana jatah sarapan Woojin diletakkan oleh bundanya.
"Nih makan."
"Kalo lu mau jawab pertanyaan gue, ntar sarapannya gue makan."
Avalee tersenyum simpul sebelum mengambil tempat untuk duduk di pinggiran ranjang Woojin, "kenapa ya? Mungkin karena gue udah ngabisin hidup 17 tahun sama lu. Jadi gue gabisa liat lu down atau apalah itu."
Jawaban itu membuat Woojin menganggukkan kepalanya. Sepersekian detik berikutnya, tangannya meraih ujung kaus hitam yang Avalee kenakan, membuat gadis itu menoleh.
"Kalo gitu jangan peduli ataupun khawatir sama cowo lain selain gue."
***
Gimana readers setia!!! Makin cinta gw ma woojin... Moga aja dia tetep berjuang guys ma cita2ny...
Pokoknya cinta aku gak pernah luntur...
Niehhh biar tambah cinta..
Lagi niehhh... Yah penting jangan luapa votmentnya ya!!!!!
Emuach... Buat kamuu
😑😊😍😍😊😐😊😶😍😊😑😊😑😐😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot WannaOne
Short Story♦COLAB FF♦ Pernah kepikiran ga sih gimana jadinya kalo anak-anak wannaone lagi cinta-cintaan? ngelakuin hal-hal seru? Jackpot! Kalian sedang membaca deskripsi book yang tepat untuk memberantas rasa kepo kalian o(^▽^)o Tinggal klik baca dan rasakan...