"Stupid things"- Bae jinyoung

441 45 4
                                    

By awnana-dly

"Baejin!!!"

"Aaaa, Baejin ku!"

"Yaampun, dia ganteng banget!"

"Baejin, notice me senpai!"

Engghh, berisik. Sepertinya dunia ini sangatlah sempit ya, karena di mana-mana Jiyeon selalu bertemu dengan fans Baejin. Ciwi-ciwi alay yang selalu diam di depan kelasnya tiap pagi, hanya untuk melihat seorang Baejin.

Saat ini seharusnya adalah pelajaran Bu Sena, tetapi beliau tidak hadir. Mengapa? Jiyeon juga tidak tahu. Keadaan Jiyeon saat ini sedang teduduk manis di bangku tercintanya. By the way, bangku Baejin itu berada tepat di depan bangku Jiyeon.

"Jiyeon!"

Jiyeon menoleh ke arah sumber suara, didapatinya Jihoon tengah berdiri di ambang pintu kelasnya. Siapa Jihoon? Dialah sahabat Jiyeon. Jihoon memang tidak satu kelas dengan Jiyeon, tetapi dia sering mampir ke kelas Jiyeon hanya untuk memastikan Jiyeon sekolah atau tidak.

Jihoon menghampiri Jiyeon lalu duduk di depannya, lebih tepatnya di bangku Baejin. Sebentar lagi ada perang dunia tiga.

"Udah sarapan belom?" tanya Jihoon kepada Jiyeon.

Jiyeon hanya menggelengkan kepalanya saja karena dia sedang malas untuk berbicara, ditambah teriakan ciwi-ciwi fans nya Baejin yang sangat kencang sekali. Teriakan itu pasti membuat suara Jiyeon terdengar samar dikuping Jihoon walau Jihoon ada tepat di hadapannya.

"Gua dititipin sarapan nih," ujar Jihoon sembari menyodorkan kepada Jiyeon sebuah kotak makan.

"Gak, gua lagi gak nafsu makan," tolak Jiyeon.

"Kenapa?" tanya Jihoon.

"Gak papa."

"Yaudah gua balik kelas dulu ya, kalau mau makan, chat gua aja. Oke?" tutur Jihoon.

Jiyeon hanya mengangguk tanda meng-iyakan ucapan Jihoon.

Tidak lama setelah itu, tiba-tiba Baejin datang bersamaan dengan Jihoon yang bangkit dari bangku seorang Baejin.

"Siapa yang ngebolehin lu duduk di bangku gua?" tanya Baejin kepada Jihoon.

"Gua cuma mau ngasih kotak makan doang sih," jawab Jihoon.

"Minggir lu," usir Baejin.

Lalu Baejin duduk dit empatnya, dan Jihoon segera pergi dari hadapan Jiyeon dan Baejin.

Tiba-tiba Baejin menghadap belakang, dan otomatis berhadapan dengan Jiyeon. "Eh Yeon, mana PR lu? Gua nyontek dong," ucap Baejin sembari merebut paksa buku Jiyeon yang sekarang sedang dirinya pakai untuk mencorat-coret.

"Baejin! Gua bilang apa!? Jangan nyontek-nyontek!" teriak Jiyeon kepada Baejin.

Tetapi teriakan Jiyeon sama sekali tidak didengar olehnya, dia malah asik menyontek seluruh jawaban yang ada di buku Jiyeon.

"Kalau pinter tuh pake otaknya!" sindir Jiyeon.

Jiyeon hanya bisa pasrah terhadap keadaan. Kenapa? Karena jika Jiyeon melawan Baejin, itu sama saja seperti melawan Ayahnya sendiri.

Jiyeon melihat respon seorang Baejin yang langsung menghadap ke belakang saat Jiyeon menyindirnya tadi. "Tadi lu bilang apa?" tanya Baejin sembari menatap intens kedua bola mata Jiyeon.

"Iya lu, pinter-pinter gak di pake otaknya. Cih."

"Setidaknya gua gak kayak lu, yang gak bertindak kalau ditindas sama temen," cibir Baejin lalu dia dengan cepat menghadap depan lagi.

Oneshoot WannaOne Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang