Thirteen

1.3K 142 27
                                    

Barangkali hujan sengaja diciptakan tuhan agar air matamu mempunyai teman. Dan seketika hujan turun, ia adalah satu-satunya pendengar yang juga ikut menangis dengan tulus.

***

"Hay," sapa Rafi yang sedang menghampiri Wildan yang sedang duduk di kursi panjang belakang taman kelas. "Tumben baca buku?."

Wildan melirik kearah Rafi. "Hari ini kan ulangan Fisika, lo gak inget?." Tanya Wildan.

"Alah, tinggal lempar kertas aja jadi, segala pake belajar." Sahut Rafi.

"Kebanyakan ngelaksanain teknik si Revan nih, jadi ketularan kan bandelnya." Ucap Wildan.

Wildan menghembuskan napasnya. Ingin sekali rasanya Wildan menanyakan sesuatu pada Rafi, mumpung kali ini mereka sedang berdua, dan suasananya cukup bagus.

"Raf" ucap Wildan pelan.

"Kenapa?"

"Lo masih suka sama Anggun?." Kalimat yang berhasil Wildan lontarkan pada Rafi. Membuat mood Rafi menjadi badmood mendengar kata itu.

Rafi menatap Wildan. "Lo mulai suka sama dia ya? Gue dukung lo kok."

Wildan menggeleng-geleng kepalanya pelan. "Lebih baik gue menyukai Anggun dalam diam. Gue gak mau lo sedih kalo seandainya gue jadian sama Anggun. " ucap Wildan. "Raf, lo gak usah berlaga sok kuat di depan gue. Gue tau lo rapuh. Lo gak usah pasang fake smile."

Rafi menundukkan kepalanya. "Ini semua gue lakuin buat lo, wil. Gue bisa cari yang lain kok. Anggap aja ini kado buat gue buat lo."

Wildan menutup bukunya. "Raf, percaya sama gue. Apa perlu gue bilang sama Anggun kalo lo masih suka sama dia? Apa tindakan yang harus gue lakuin buat lo?."

"Enggak ada, wil. Intinya gue kasih Anggun buat lo aja. Kalo lo jadian sama Anggun, tenang, kita masih bisa jadi temen baik kok. Lo gak usah khawatir. Gue harap lo bisa jadi temen terbaik gue." Rafi bangkit dari tempatnya dan membalikkan badannya, lalu pergi.

Wildan tau, Rafi itu paling pandai menyembunyikan kesedihannya. Setiap kali Wildan membahas Anggun, Rafi selalu tersenyum meskipun sakit. Tapi menurut Wildan, semua itu cuma hiasan saja, tapi dibalik senyuman Rafi, ada fakta yang menyakitkan.

Wildan tau karakter Rafi.

***

"Mau sampe kapan Raf lo begini terus? Gue kasihan sama lo Raf." Ucap Revan. Mereka kini sedang berada di kantin. Bersama Rafi, Revan, Leon, dan Aldo, tanpa Wildan.

"Gue rasa gue harus ngeikhlasin Anggun buat Wildan." Ucap Rafi sambil menundukkan kepalanya. "Dia juga wajib bahagia kan?."

Revan mengelus-ngelus punggung Rafi. "Sampe kapan lo coba ngeikhlasin terus?."

"Sampai Wildan dapetin Anggun, disitu gue bakalan berhenti berharap lebih sama Anggun."

"Kenapa lo gak cari pelampiasan?." Sahut Leon. "Kenapa lo gak cari penggantinya?."

Rafi menghembuskan napasnya. "Gak semudah itu cari pelampiasan, gue gak sepinter Revan yang mudahnya cari cewek, gue bukan Revan yang jago ngegombalin cewek. Gue cuma cowok culun, yang bisanya nyakitin cewek." Jelas Rafi.

Revan merasa kasihan dengan Rafi. "Maka dari itu lo harus belajar sama gue. Gue bakalan bantuin lo cari cewek lagi. Gue bakalan cari cewek yang mirip sama Anggun."

"Sama gue aja gimana?." Sambung Aldo. "Gue kan cantik, ya gak?."

Leon menjitak kepala Aldo. "Lo kan cowok bego! Bego kok dipelihara."

Boy Bestfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang