Twenty Eight

821 78 9
                                    

Puter lagu diatas ya guys😊 lagunya enak banget, aku suka😍😍

___________________________________

Kalau udah kecewa susah buat balik lagi kayak dulu. Ibarat kertas kalau udah di remas, tuh kertas gak mungkin bisa jadi bagus lagi.

__________________________________________

Revan POV

Malam ini gue lagi ngerjain pekerjaan rumah yang belum sempet gue kerjain di sekolah. Ya lo tau sendiri lah, tadi itu disekolah jawaban PR gue salah semua. Maklum, gue udah lama gak belajar-belajar. Baru kali ini gue buka buku, dan ngerjain PR. Kalau gak ada dorongan gue buat berubah, mungkin gue saat ini lagi asik main game. Ya gue juga gak mungkin begitu terus, kayak anak kecil. Pikiran gue semakin lama pasti semakin dewasa. Dan kali ini gue pengen bener-bener berubah. Gue udah mulai cuek sama Nadya, ya walaupun Nadya sering heran kenapa gue cuek sama dia. Intinya gue pengen ngelupaian masa lalu gue bareng Nadya walaupun Nadya tinggal satu rumah sama gue untuk saat ini.

Entah kapan, Nadya pulang lagi ke Jerman. Tapi gue juga gak rela kalo Nadya balik lagi ke Jerman. Gue masih kangen sama dia. Tapi ya terserah dia juga sih, itu hak dia buat pindah ke Jerman.

Seketika pikiran gue berpikir tentang piano. Ya! Gue udah lama gak main piano. Dulu waktu kecil, gue sering belajar main piano sama papah. Tapi entah, sekarang papah udah gak kayak dulu lagi. Papah udah bener-bener berubah semenjak ada Dita. Papah udah mulai masa bodo sama gue. Gue sih biasa aja, asalkan Bi Ijah selalu ada disamping gue. Sumpah! Gue serasa kayak anaknya bi Ijah dibanding jadi anaknya pak Dilon yang lebih mementingkan dirinya sendiri.

Dilon dan Dita udah lama keluar kota, sampe saat ini belum pulang. Mungkin mereka lagi ada tugas disana, dan biasanya setiap ada tugas seperti itu Dita selalu menemani Dilon. Ya biasalah, Dita sok cari perhatian dan cari muka sama papah gue.

Gue langsung menutup buku tugas gue, dan menatap piano yang ada di samping lemari gue. Perlahan gue mengusap piano itu yang dipenuhi sedikit debu.

Seketika gue berpikir untuk menyanyikan lagu River Flows in you. Itu adalah lagu yang sering papah nyanyiin buat gue ketika gue berumur 8 tahun.

Jari tangan gue mulai gatel pengen menekan tuts piano. Dan akhirnya gue duduk di kursi piano itu dan mulai menekan tuts piano.

River Flows in You

You are just too young to find the
Senses in your life,
Looking for something else like the
Dream that you have.

Filled your life with something
Else like teardrop in your eyes
Who does care what you are while
The river flows in you?

You are not the fool, no,
You're a beautiful one,
You are like the sun,
Cause this one river flows in you.

You are not the no one,
You just look for more here,
Who does care because you are the one
With it inside.

Seketika gue jadi keinget kasih sayang papah yang dulu pernah diberikan kepada gue.

You are not the fool, no,
You're a beautiful one,
You are like the sun,
Cause this one river flows in you.

You are not the no one,
You just look for more here,
Who does care because you are the one
With it inside.

Gue berhenti menekan tuts piano. Entah kenapa gue merasa lagu ini mewakili perhatian papah kepada gue. Gue rindu sama kasih sayang papah. Papah udah beda semenjak bareng sama istri barunya. Gue rindu papah yang dulu. Gue berharap papah bisa berubah. Tapi kapan? Nyatanya papah lebih sibuk sama pekerjaannya.

Boy Bestfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang