Fourty

859 42 4
                                    

Rindu itu berat. Memperhatikanmu dari kejauhan itu menyakitkan dan melihat tanpa bicara itu sungguh memilukan.

***

Sudah cukup hubungannya dengan Revan. Sudah berakhir semua kebahagiaan yang pernah ada. Dimana awal mereka bertemu disaat insiden telat, dan Revan menolong Aletha. Dan berakhir menyakitkan.

Kalau mereka berujung berpisah, untuk apa harus ada Revan datang dalam hidup Aletha?

"Apa jadinya? Lo pisah?" Tanya Anggun, "serius lo ngelakuin itu? Lo harus siap kehilangan, tha."

Anggun mengusap punggung Aletha yang bergetar karena terisak, disertai Bella di samping Aletha. Mereka bertiga kini berasa di kamar Aletha. "Kalo emang lo nyatain buat pisah, ya harus move on! Berani berdiri tanpa adanya dia." Kata Bella.

"Karna dia itu cuman mau membuat lu bahagia untuk sementara dan selebihnya luka." Sahut Anggun. "Lo juga harus terfokus sama pelajaran lo, jangan sampe ada hal yang menggangu semangat lo buat belajar."

"Pas lo hilang karena hp lo mati aja dia gak bisa ngertiin lo, dia emang pantes buat lo jauhi." Kata Bella. "Di luar sana banyak cowok, lo jangan cuma terfokus sama satu orang. Jangan ngelewatin dunia luar biasa ini cuma karena masalah kayak gini."

Aletha mengusap air matanya, meyakini pada dirinya. Kalau semuanya bisa dilalui dengan baik.

****

Takdir memisahkan mereka, yang dulunya pernah saling membahagiakan dan kini terpaksa harus seperti orang yang sangat asing. Itu lah Revan dan Aletha. Keduanya harus terbiasa berpisah.

Terlihat mereka memang seperti orang asing, bertemu tanpa saling menyapa. Seperti dulu. Hanya memasang tatapan dingin. Keduanya memang seperti itu.

Dulu Revan pernah berkata, bahwa ia tidak mau kehilangan Aletha, Revan tidak bisa berpisah dari Aletha. Namun ketakutan itu juga merupakan ketakutan Aletha.

Namun apa daya? Semua itu malah terjadi, dan sedang melanda mereka berdua.
Memang sangat menyakitkan.

Hujan turun, membasahi lingkungan SMA Kusuma Bangsa, dan wilayah lainnya. Adit belum kunjung menjemput Aletha ke sekolah, terpaksa, Aletha harus menunggunya.

Menunggu di depan ruang TU yang terletak di dalam gerbang SMA tersebut. Aletha menscrool layar ponselnya. Namun suara hentakan sepatu terdengar di telinganya, dan berhenti jauh di sampingnya. Ya seseorang itu adalah Revan, Revan menatap ke depan dengan eraphone yang ada di telinganya sambil mengunyah permen karet.

Hening seketika. Hanya terdengar tetesan hujan saja yang terjatuh.

Aletha merasa tidak suka dengan suasana hening seperti ini. Apalagi Revan yang tidak suka keheningan. Mereka sama-sama menahan untuk berbicara.

"Pengen gue mulai ngomong, takut dikacangin, kan gak enak." Batin Revan.

"Pengen ngomong, masa iya cewek mulai duluan." Batin Aletha.

Karena Aletha tidak suka dengan keadaan seperti ini, akhirnya Aletha terpaksa menerobos hujan dan berlari keluar gerbang untuk menunggu ayahnya menjemput.

Ingin rasanya Revan berteriak, 'jangan hujan-hujanan, nanti sakit'. Namun Revan ragu mengakatakan itu, karena Revan bukan siapa-siapa Aletha lagi.

"Ciee yang cuma bisa liat dari kejauhan." Sindir Wildan, "enak gak? Hahaha."

"Yeuh, malah ngetawain. Jahat banget sih lo!"

"Habisnya gue kadang mikir kalo kalian itu kayak anak kecil, putus nyambung, kalo marah diem-dieman, persis kayak anak kecil, gak pernah saling dewasa." Kata Wildan. "Sesekali lo ngalah gitu, ya walaupun gak bisa jadi pacar, jadi sahabat apa susahnya?"

"Status sahabat gak terlalu wow menurut gue. Lebih baik pacaran." Kata Revan.

"Kalo sahabatan aja bisa lebih dari pacaran, kenapa harus pacaran? Pacaran cuma buat status doang buat apaan." Katanya, "gue sama Anggun fine-fine aja jadi sahabat."

"Ya itu kan elo!" Air hujan perlahan mulai mereda, "gue pulang dulu ya." Revan berpamitan kepada Wildan dan segera berlari menuju parkiran motor. Sambil memikirkan omongan menyakitkan dari Wildan, Revan berpikir.

"Kalo sahabatan aja bisa lebih dari pacaran, kenapa harus pacaran?"

Itu kata-kata yang Revan ingat. Revan berusaha mengabaikan perkataan itu dan lebih baik terfokus menyetir. Memakaikan helm dikepalanya, lalu mulai menyetater motornya dan keluar dari gerbang.

Revan melihat Aletha yang berdiri di depan gerbang. Revan berlalu begitu saja, seolah tiada seseorang di hadapannya.

****

Hari demi hari, Aletha sudah terbiasa tanpanya, bahkan yang Aletha pikirkan hanyalah soal pelajaran. Entah kenapa, rasanya Aletha sudah menjadi Aletha yang dulu. Aletha yang hanya mengenal soal pelajaran, Aletha malas untuk mengenal cinta, bahkan Aletha juga ingin terfokus pada cita-citanya untuk menjadi seorang penulis dan dokter.

"Sekarang mah gak usah mikirin cinta, fokus sama cita-cita lo aja." Kata Bella. "Udah semester kedua, bentar lagi kita kelas 12. Fokus belajar, oke?"

"Siap, makasih Bel." Mereka berdualah, Bella dan Anggun yang senantiasa menamani Aletha. Kadang canda tawa mereka membuat Aletha melupakan semuanya, melupakan hal yang paling menyakitkan.

Merekalah yang saling menghibur dan menyalurkan inspirasi dalam curhatannya. Sungguh satu kebahagiaan bagi Aletha.

Fathur dan Wildan juga kadang menghampiri Bella dan Anggun. Mereka saling menghibur, hingga tawanya pun meledak.

Kadang bersama sahabat lebih menyenangkan dari pada dengan pacar.

#Boy Bestfriend#

Beberapa bulan kemudian.

Tepat pada malam hari pukul 7. Malam yang sangat sejuk menyelimuti malam ini. Malam yang dimana Anggun sudah bertambah usia.

Semuanya berpesta, merayakan ulang tahun Anggun. Betapa bahagianya Anggun saat ini menerima ucapan manis dan do'a dari para teman-temannya.

Anggun menghampiri Aletha dan Bella yang terlihat sangat cantik malam ini. Aletha yang memakai dress pendek selutut berwarna biru laut, dan Bella menggunakan dress merah maroon selutut.
"Tha, mau nyanyi di panggung gak? Sepi tuh. Mama sama papa gue sengaja nyewa panggung biar gak garing." Kata Anggun, "sebenernya udah nyewa band gitu, tapi kagak dateng-dateng." Lanjutnya.

"Coba lo tanya sama papa lo." Sahut Bella.

"Udah jirr, katanya tungguin aja. Huaa.... gabut gue." Anggun frustasi.

Beberapa detik kemudian, terlihat beberapa segerombolan orang yang terlihat sangat keren malam ini. Mereka berjalan menuju panggung dan berdehem di mic.

"Hai semuanya... Kami disini akan bernyanyi untuk menghibur kalian semua. Namun khususnya saya memberikan sebuah lagu untuk orang yang pernah hadir beberapa bulan yang lalu. Dimana pun kamu berada, harap kamu bisa mendengarkannya."

Semua orang yang ada di pesta itu tampak bertepuk tangan dan bergembira. Namun berbeda dengan Aletha, Aletha justru agak terkejut.

****

Satu part menuju ending😢😢😭😭

Stay terus ya😉😉


Boy Bestfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang