Thirty Eight

757 45 4
                                    

Kehilangan orang tua untuk kedua kalinya adalah hal yang paling menyakitkan.

****

Hari ini juga Papa dan mama Revan dimakamkan. Revan dan teman-temannya tampak memakai pakaian hitam-hitam. Revan terisak sedari tadi, namun isakannya itu tidak mengeluarkan air mata. Kehilangan orang tua lebih sakit dari pada kehilangan cinta. Bagi Revan, orang tua adalah segalanya. Revan menyesal selama hidupnya selalu durhaka terhadap papahnya.

Revan selalu tidak menuruti perintahnya. Revan hanya bisa membantah dan membantah. Revan menyesali semuanya saat ini juga. Revan tidak pernah bisa membahagiakan mereka. Revan hanya bisa menyusahkan mereka.

Paman dan bibi Revan ikut berkunjung ke pemakaman dan menenangkan Revan. Paman dan bibinya berjanji untuk menjaga Revan. Mereka juga berniat untuk tinggal di rumah Revan sementara, agar bisa menemani Revan.

Teman-teman Revan menenangi Revan sambil mengusap-usap punggung Revan. "Sabar van, semoga orang tua lo tenang disana. Jangan jadi anak nakal terus makanya." Cerocos Aldo.

"Eh buset, orang lagi sedih malah lo omelin." Sahut Wildan.

"Si Aldo mah emang gesrek otaknya dari dulu, kagak bener-bener." Sahut Fathur.

"Jangan sembarangan lo, kalo gue udah gede dan sukses, baru nyaho!" Balas Aldo.

"Udah van, jangan nangis terus." Kata Wildan. "Btw kalian gak sekalian ngejenguk makam Rafi gitu?"

Revan mengusap air mata yang hampir menetes. "Rafi? Ayo, gue mau jenguk dia."

Semuanya mengangguk, lalu berjalan menuju makan Rafi. Sebelum itu, Revan berpamitan kepada kedua orang tuanya sambil mencium batu nisan tersebut.
"Selamat jalan pah.... mah." Ucap Revan, lalu Revan segera berjalan menuju makam Rafi.

"Assalamualaikum Rafi." Ucap Wildan disertai teman-temannya. "Gue kangen lo banget nih."

"Gue harap lo bisa denger gue ya, walaupun lo udah gak ada." Lanjutnya.

"Gue kangen main sepeda bareng lo, kangen main bareng lo."

"Kangen... kalo kita pernah suka sama satu cewek yang sama, hehe."

"Gue cuma bisa bantu do'a. Semoga lo tenang di sana ya, amin."

Setelah beberapa menit kemudian, teman-teman Revan bangkit, dan berencana untuk pulang. Namun Revan meminta kepada temannya untuk menemani Revan khusus hari ini. Revan masih merasa kesepian atas kepergian kedua orang tuanya, dan Revan butuh hiburan.

#BoyBestfriend#

Aletha menatap ponsel barunya. Seminggu lagi Aletha sudah masuk sekolah dan memasuki semester dua. Aletha harus segera banyak-banyak belajar, dan fokus untuk UKK nanti. Namun ada satu hal yang masih mengganjal dipikirannya, yaitu Revan.

Mungkin Aletha bisa menjengkuk Revan besok, karena kebetulan besok Aletha akan segera pulang dari puncak.

Aletha menghela napasnya, lalu mengetik sesuatu.

Revan:
Van, lo apa kabar?

Namun kalimat itu Aletha hapus kembali. Aletha takut Revan tidak merenspon, karena Aletha mengechat Revan menggunakan nomer baru.

"Chat jangan?" Tanyanya pada diri sendiri.

"Gak usah lah." Jawabnya.

Boy Bestfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang