Two

3.5K 353 560
                                    

Karena getaran rasa yang muncul terhadapnya berbentuk seperti lingkaran, tidak pernah memiliki ujung dan tiada batas.

***
Aletha POV

Revan narik pergelangan tangan gue dan membawa gue ke suatu taman yang ada di belakang kelas. Gue enggak tau apa yang bakalan Revan sampein ke gue. Gue juga heran, atau jangan-jangan Revan bakalan apa-apain gue? Oh, gue jangan berpikir negatif dulu. Mungkin aja dia pengen nanya sesuatu ke gue. Ya gak?

"Ada apaan sih van?" Tanya gue dengan nada sedatar mungkin.

Jujur! Gue nanya hal itu dengan degub jantung deg-degan. Gue ngerasa ada cairan yang mengalir di jidat gue, gue rasa sih keringet. Tiba -tiba aja Revan tertawa kecil, entah apa yang membuatnya lucu. "Mukanya gak usah tegang gitu dong. Lagian gue juga gak bakalan apa-apain lo kok."

Gue kaget. "Terus mau ngapain?."

"Pulang sekolah kita pulang bareng yuk." Ajak Revan.

"Pulang bareng?" Gue berusaha mengulang kata-katanya, kali aja gue salah denger gitu.

"Iya, mau gak? Atau lo dijemput sama nyokap bokap lo?"

Gue sejenak terdiam. "Ohh enggak, gue biasanya naik angkot. Gak usah ngerepotin." Ucapnya sambil tersenyum kecil.

"Gak apa-apa, anggap aja ini perayaan pertemuan kedua kita." Ucap Revan.

Gue agak bingung."Emang ketemuan harus dirayain ya?" Tanya gue dengan masang muka-muka datar dan sok polos.

Revan tertawa. "Lo lucu banget ya." Ucap Revan.

"Lucu?" Sumpah gue nggak ngerti sebenernya Revan maunya apa. Dari tadi pertama ketemu tuh cowok selalu coba ngerayu gue. Jujur sih, ini kali pertamanya gue dideketin cowok spesies kayak Revan yang amat sangat badboy dan tengil.

"Iya."

"Makasih." Gue tersenyum kikuk.

"Maksud gue jepitan yang ada di kepala lo itu, lucu." Revan melanjutkan kalimatnya. Membuat senyum yang terukir di bibir gue sekian lama langsung hilang. Sialan, malu banget.

"Kambing!" Balas gue dengan nada yang agak meninggi.

"Canda. Btw jadi pulang bareng?." Tanya Revan.

"Gak usah deh takut ngerepotin."
Gue menolak permintaan ajakan Revan karena takut merepotkan. Bukan karna itu doang sih, tapi karna udah terlanjut ga mood.

"Gak apa-apa, lagian gak ada salahnya kan pulang bareng?."

Gue berpikir sejenak dan terdiam.

"Jangan kebanyakan mikir." Sontak Revan.

"Hmm.. ya boleh lah." Ucap gue. Lumayan ngirit ongkos kan? Eh tapi- kok gue bisa segampang itu nyetujuin buat pulang bareng sih? "Eh tapi van--"

Gue memcoba buat nolak lagi tapi Revan tiba-tiba motong omongan gue.

"Serius? Oke, gue tunggu di gerbang belakang." Balasnya. "Kalau gitu gue mau ke kantin dulu ya, jangan lupa. Oke?"

"Oke." Balas gue terpaksa. Lalu cowok itu pun tersenyum dan mengajak gue untuk kembali ke tempat asal yang tadinya bareng sama Anggun.

***
Bel berbunyi 30 menit yang lalu. Aletha masih sibuk dengan tugas IPAnya yang masih belum selesai. Karena tugas dari bu Nissa harus Aletha selesaikan hari ini juga sebagai hukuman agar Aletha tidak terlambat datang kesekolah lagi.

Revan sudah menunggunya dari tadi, tapi Aletha tak kunjung datang. Atau Aletha lupa dengan janjinya? Revan tidak boleh meninggalkan gerbang belakang dulu, takut Aletha sedang berjalan menuju gerbang belakang sekolah. Tapi ini sudah hampir 1 jam. Akhirnya Revan memutuskan untuk ke kelas Aletha, dari pada pikirannya kacau, lebih baik ia menghampiri Aletha.

Boy Bestfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang