Thirty Two

789 75 21
                                    

Aku berusaha menjaga hati, namun kamu? Kamu malah seenaknya mempermainkan hatiku.

***

Revan menatap kosong bola yang ada dihadapannya. Ia tak sama sekali berminat untuk main bola kali ini. Ia merasa malas, lesu dan tak bersemangat.

"Woy, van. Ayo van main lagi yang semangat! Jangan kebanyakan duduk." Sontak Wildan yang membuyarkan lamunan Revan.

Revan yanh sedang duduk samping menatap bola yang ada dihadapannya pun langsung menatap Wildan.

"Males gue. Kalian main aja berempat." Sontak Revan.

"Main berempat apa rasa anjir. Udah kayak main bola ala anak TK." Sontak Leon yang sedang berlarian kecil kearah sisi lapangan, dimana Revan sedang duduk.

Leon duduk disamping Revan diserta teman-temannya yang lain. "Jomblo lo begini amat sih, van. Keseringan punya pacar, jadi kalo jomblo lo ngelamun mulu. Makanya hidup itu jangan pacaran mulu, sesekali jomblo terus perbanyak main bareng temen." Gerutuk Leon.

"Berisik anjir!" Balas Revan.

"Wihh babang Revan lagi PMS." Sambung Aldo berkedik ngeri. "Dedek jadi atut."

"Jijik anjir!" Sontak Fathur. "Sesekali do, lo rubah sifat lo yang kayak cewek."

"Gak mau, gue udah betah kayak gini, gimana dong?"

Wildan merinding. "Sikap lo yang kayak cewek berubahnya kapan? Bisa-bisa lo jomblo seumur hidup karena lo kebanyakan begini."

"Biarin, kan gue bisa minta cariin pacar sama babang Revan, ya gak, van?" Tanya Aldo kepada Revan yang tengah melamun.

"Gak." Revan hanya membalasnya singkat.

"Yah kok gitu?"

"Minta orang tua lo ta'aruf sana." Sahut Fathur.

"Pengennya sama Revan gimana dong?" Tanya Aldo.

"Guenya gak mau, gimana dong?" Tanya Revan.

"Harus mau!"

Revan bangkit. "Pengen cabut, jangan kangen ya?" Revan meraih jaket hitamnya serta tas ransel yang ada di tempat duduknya.

"Yahh kok lo pulang?" Leon memasang tatapan sendu.

"Bosen gue." Ucap Revan yang tubuhnya yang sudah menjauh dari teman-temannya.

"Revan kok sikapnya aneh ya?" Gumam Wildan.

"Iya, biasanya dia paling ceria diantara kita-kita. Kok sekarang jadi pemarah ya?" Balas Fathur.

"Efek jomblo terlalu lama mungkin." Kedik Leon.

Semuanya langsung memutar bola matanya malas. "Yakali gue harus bawa Revan ke biro jodoh supaya Revan punya pacar. Ihh, gak gitu banget kali. Berasa jones banget." Celetuk Aldo.

Semuanya langsung menatap Aldo heran.

"Lo aja belum punya pacar, main jodoh-jodohan aja. HAHAHA." Sontak Fathur, Wildan, dan Leon secara bersamaan diakhiri dengan tawa.

Aldo hanya memutar bola matanya malas. "Sabar gue." Gumamnya.

***

Revan mengarahkan stang motornya tanpa tujuan. Ia melajukan kendaraannya sambil memikirkan sang belahan jiwanya. Mana mungkin Aletha begitu saja melupakan Revan yang sedang memikirkannya karena Aletha tidak ada kabar. Huh! Mungkin itu terlalu lebay untuk didengar.

Ya sedang Revan pikirkan saat ini, apa keadaan Aletha sekarang? Apakah masih menyimpan rasa cintanya kepada Revan?

Revan memarkirkan motornya di depan gerbang sekolah SMA Kusuma Bangsa. Gerbang itu terbuka lebar walaupun hari ini adalah hari libur, ya tentu saja, karena hari ini ekstrakulikuler PMR sedang ada acara disekolahnya.

Boy Bestfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang