Twenty One

1K 100 21
                                    

Perasaan itu gak bisa bohong. Kalau udah sayang, mau sok gak peduli kayak apapun tetep aja kepikiran.

****
Keesokan harinya. Aletha turun dari mobil ayahnya. Hari ini Aletha berangkat bersama Adit. Tak lupa Aletha juga bercium tangan kepada Adit. Setelah itu, barulah Aletha memasuki gerbang sekolah.

Aletha berjalan menuju koridor kelas 11. Tiba-tiba saja ia melihat sosok laki-laki, laki-laki itu adalah mantannya. Siapa lagi kalau bukan Revan.

Revan juga melihat Aletha yang sedang berjalan. Revan dan Aletha memandang satu sama lain. Tapi kali ini beda. Biasanya Revan selalu memasang senyuman ketika bertemu. Tapi ini beda. Justru ia malah memasang wajah datar dan dingin. Seolah Revan tidak pernah kenal dengan Aletha. Seolah yang kemarin-kemarin itu hanyalah kejadian semata yang sudah terlupakan.

Entah kenapa rasa sakit dihati Aletha kembali menjalar. Inikah reaksi Revan ketika bertemu dengannya. Aletha mengenali Revan sebagai sosok sahabat yang baik. Tapi kini dia malah berubah menjadi sosok yang dingin.

Aletha dan Revan berjalan berlawanan. Seketika bagian siku tangan Revan dan Aletha bersentuhan ketika mereka berdua berjalan satu sama lain. Aletha bisa merasakannya sentuhan antara kulitnya dengan kulit Revan.

Dua insan remaja yang dulu begitu perhatian dan saling bertegur sapa ketika bertemu, kini menjadi seperti saling melupakan. Apa salah Aletha kepada Revan sehingga Revan memilih mengakhiri hubungan ini?

Aletha menundukkan kepalanya dan cepat-cepat menuju kelas. Aletha tidak mau terus berlama-lama ketika bertemu Revan.

"Kenapa lo, tha?." Tanya Bella ketika melihat Aletha seperti menahan tangisan. "Hidung lo kok merah? Mata lo kayak mau nangis?."

Aletha duduk di samping Anggun, dan Bella dibelakang bangkunya.
"Gue gak tahan, bel. Gue ngerasa udah deket banget sama Revan, dan pisah gitu aja." Jelas Aletha. Mengapa begitu sakit seperti ini? Aletha menyesal berpacaran dengan sahabatnya sendiri, Revan. Kenapa? Ketika sudah putus, Aletha bisa kehilangan dua orang, yang pertama sahabat dan yang kedua pacar. Dan kini Aletha sudah mengalami keduanya.

"Lo putus gara-gara apa sih?" Tanya Anggun sebelahnya.

Aletha menggeleng. "Gue gak tau pasti, gun. Revan gak jelas ngasih alasannya. Gue gak ngerti cara pikiran dia. Gue udah terlanjur deket sama dia. Dan tiba-tiba gue pisah sama dia. Gue udah terbiasa sama dia. Dan ketika itu gue langsung pisah sama dia." Ucap Aletha. Menyesal dan menyesal, itu adalah perasaan yang ada di hati dan pikiran Aletha.

"Gak kayak gini, tha. Lo bisa cari yang lain. Kita sebagai sahabat lo bisa selalu bareng lo kok. Hidup lo gak perlu bareng pacar atau Revan. Kita bisa jadi pengganti Revan buat lo." Sahut Bella. "Gue jadi kesel sama Revan. Tega-teganya dia bikin lo nangis. Gue agak gak terima." Sambung Bella dengan wajah kesel.

Anggun mengusap pundak Aletha. "Apa yang lo belum tau tentang Revan?."

"Anggun! Kok lo jadi bahas Revan sih?! Udah tau dia lagi kesel." Sahut Bella dengan nada meninggi.

"Gue kan cuma mastiin, siapa tau kita bisa tau penyebab Revan mutusin Aletha!" Balas Anggun.

"Iya juga sih." Ucap Bella. "Lo ngerasa ada perubahan gak pas lo ketemu dia kemarin?."

Aletha menggeleng. "Dia biasa aja."

Anggun berpikir. Revan bakalan mutusin pacarnya kalau ada sesuatu yang baru datang dalam hidupnya. Itu tandanya dia mempunyai seseorang yang spesial dalam hidupnya. Keshya? Gak mungkin, dia udah mantan. Nesha? Itu kan musuh dia.
Nadya? Dia kan lagi ada di Jerman, tapi bisa aja sih.

"Nadya?." Sontak Anggun yang membuat Bella dan Aletha mengerutkan keningnya.

"Nadya?." Tanya Bella dan Aletha bersama dengan nada penuh tanda tanya. "Dia siapa?."

Boy Bestfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang