Twenty Two

1K 92 24
                                    

Ada kala dimana rindu berbicara perihal senyap di antara jarak. Hari ini di tengah rintihan hujan, aku rindu.

***

Aletha merebahkan tubuhnya dikasur. Ingin rasanya Aletha menanyakan alasan Revan memutuskan hubungan dengannya. Aletha masih penasaran dengan semua itu. Pertanyaan itu terus dan terus menghantui pikirannya.

Aletha memeluk guling di samping tubuhnya. Seandainya guling yang ia peluk adalah Revan, ingin rasanya ia menangis di pelukannya. Aletha ingin meluakkan semua amarah dan perasaan yang mengganjalnya. Kenapa cinta Aletha dan Revan seperti rumus matematika yang begitu sangat rumit?

Aletha beranjak dari tempat tidurnya. Ia ingin menuju ruang tamu untuk melihat Gio dan Alika. Sudah lama juga Aletha tidak menjahili mereka berdua di ruang tamu. Apalagi menjahili abangnya, Aletha rindu dengan semua itu. Aletha terlalu sibuk dengan Revan pada saat itu, hampir setiap malam Aletha lebih memilih mengurung di kamar dan chatab dengan Revan. Jadinya Aletha jarang berkomunikasi dan bercanda dengan abang dan adiknya.

Terlalu sibuk dengan Revan membuat Aletha melupakan kedua saudaranya.

"Bang." Panggil Aletha dengan pelan. Gio sedang duduk di kursi ruang tamu sendirian sambil membaca novel dan ditemani televisi yang menyala. Papa dan mama kebetulan belum pulang malam ini. Jadi Aletha, Gio, dan Alika saja yang ada di rumah ini.

Aletha melihat judul novel yang Gip baca. Aletha ingin tertawa ketika melihat judul novel yang sedang dibaca Abangnya. Novel itu adalah novel fiksi remaja. Memang Gio wajar membaca novel itu, tapi kedengaran aneh saja ketika seorang laki-laki membaca novel. Jarang laki-laki membaca novel, boro-boro baca novel, baca buku pelajaran aja, malas.

"Baca buku novel bang?." Tanya Aletha.

Gio menatap Aletha. "Hooh," lalu melanjutkan membacanya.

"Emang bisa bacanya?" Tanya Aletha dengan nada seperti meremehkan.

"Eh emang lo kira abang gak bisa baca novel? Gini-gini juga abang hobi membaca."

Aletha hanya memangangguk sambil tersenyum miring. "Iyadeh." Aletha duduk disamping Gio.

Gio menutup novelnya. "Udah lama gue gak liat lo duduk di ruang tamu."

"Gue sibuk dikamar."

"Ngapain? Chatan sama Revan?."

Aletha mengerutkan keningnya. "Kok abang tau?" Tanya Aletha. "Tapi udah putus sih."

Gio membulatkan matanya. "Putus? Kapan?."

"Dasar kudet!!"

Gio melemparkan bantal kecil yang ada di sofa ruang tamu. "Gue nanya baik-baik plaung."

"Iya-iya. Putusnya baru kemaren"

"Gara-gara apa?." Gio kembali bertanya.

"Kepo aja lu bang." Jawab Aletha seraya.

Gio bangkit dari tempat duduknya. "Makan dulu gih, gue udah masak buat lo."

"Masak apa?."

"Ayam goreng, lo makan ya?."

Aletha mengangguk "iya." Lalu ia membalikkan tubuhnya dan segera menuju dapur.

Abang bisa masak juga ya-batin Aletha.

Untung gue bisa masak ayam, walaupun agak sedikit gosong -batin Gio.

"KAKAK! KOK AYAMNYA GOSONG!" Teriak dari arah dapur.

"Gosong-gosong tapi enak kok! Biar gak kerasa pahit, tambahin kecap aja biar agak manis!" Teraik Gio dan segera berlari menuju kamar. "Kakak mau tidur ya!"

Boy Bestfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang