Nineteen

976 114 38
                                    

Satu ketakutan yang paling aku takuti, yaitu takut kehilanganmu.

***

Aletha masih dalam keadaan berkumpul dengan temannya. Aletha mengecek ponselnya yang sedari tadi berbunyi. Aletha penasaran notifikasi apa yang baru saja memasuki ponselnya.

Seketika tatapannya membulat melihat notifikasi pesan dari si pengirim misterius.

Nomor misterius:
Aku tau, kamu sekarang lagi ngumpul bareng temen kamu! Aku ada di sekitar kamu. Kamu mau tau siapa aku? Kamu bakalan liat aku malam ini juga.

Aletha berusaha menutupi ketakutan di depan teman-temannya, termasuk didepan Revan. Aletha melihat sekeliling orang yang ada di perkemahan ini. Tidak ada yang mencurigakan menurut Aletha. Lalu siapa si pengirim pesan misterius ini? Tak mungkin bila harus sahabatnya?

Aletha langsung memasukkan ponselnya kedalam kantong jaketnya. Revan melihat kelakuan aneh Aletha sedari tadi. Revan tidak tahu apa yang sedang Aletha pikirkan. Tapi yang Revan lihat, sepertinya Aletha sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Apa yang Aletha sembunyikan?

"Lo kenapa sih, tha? Lo kayaknya gugup gitu? Lo ada masalah?. Cerita sama gue." Tanya Revan.

Aletha menggeleng kaku kepalanya. "E-engga, gue gak apa-apa."

Revan menyipitkan matanya. "Ga mungkin, kayaknya lo ada sesuatu yang diumpetin dari kita. Apa yang lo umpetin?."

Aletha menghembuskan napasnya. "Gak ada yang aku umpetin dari kamu kok." Balas Aletha menggunakan kata "aku-kamu'.

Revan mengerutkan keningnya. "Serius?"

"Iya."

Revan mengedikkan bahunya, lalu mengangguk pelan.

Anggun merasa ingin buang air kecil. Anggun tidak kuat dengan hawa dingin di hutan ini. "Tha, anterin gue pipis yuk! Gue udah gak bisa nahan lagi." Bisik Anggun kepada Aletha.

Aletha mengangguk. "Ayo!"

Anggun bangkit dari tempat duduknya. "Senter jangan lupa dibawa, sama bawa air juga." Kata Anggun.

Aletha mengangguk. "Iye. Van, gue anterin Anggun dulu ya?." Ucap Aletha kepada Revan, Revan tersenyum. "Mau gue anterin juga gak?." Tanyanya.

Anggun membulatkan matanya. "Lo udah gila ya?."

Revan tertawa kecil. "Canda elah." Anggun menatap Revan intens. Lalu Aletha dan Anggun berjalan menuju luar area perkemahan untuk mencari tempat buang air kecil.

Beberapa menit kemudian Anggun menemukan tempat untuk buang air kecil. "Tha, lo tunggu sini ya?!" Perintah Anggun.

Aletha hanya mengangguk nurut. "Iya." Lalu Anggun berjalan menuju semak-semak. Aletha hanya diam dalam kegelapan sambil menunggu Anggun selesai.

Sudah 15 menit, Anggun tak kunjung keluar. Rasa takut mulai menjalar di tubuh Aletha. Aletha memang benar-benar takut dalam kegelapan dan kesepian. Aletha mencoba membuka layar ponselnya untuk menghilangkan rasa takutnya. Seketika seperti ada orang yang menginjak ranting pohon.

Aletha melihat kearah sumber suara. Tidak ada orang. Aletha benar-benar ketakutan. "Anggun, lo dimana sih?." Gumam Aletha.

Hap!

Seseorang berhasil membekam mulut Aletha menggunakan kain. Kain yang berhasil membekam Aletha, seperti mengeluarkan aroma menyengat, yang dapat membuat Aletha lemas tidak berdaya. Seketika tatapan Aletha menjadi gelap. Aletha menjatuhkan senter ke bawah tanah. Dan setelah itu Aletha tidak ingat apa-apa.

Boy Bestfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang